Takkan Ku Lepas
.
Disclaimer: Masahi Kishimoto
A story by: whitefox & ryu-san
Rated: T
Main pairing: SasuSaku
Genre: drama, hurt/comfort, & romance
Warning: Au, Typo, Alur semau author, twoshoot, dan Banyak cacat lainnya
Silahkan ketik back untuk kembali karena aku tidak memaksa para readers untuk membaca fictku ini karena fict ini mungkin melenceng dari kata sempurna
.
.
.
.
.
.
.
Kaki jenjang dengan di padukan High-Sheel lima centimeter berwarna Putih cream itu terus menapaki lantai marmer porselen yang terlihat mewah mengkilap. Irisnya yang teduh terus menelusuri setiap inci interior mewah yang disuguhi oleh pemilik Restaurant termewah di Inggris yang terletak di dekat pantai, membawa kesan romantis tersendiri serta mewah berkelas secara bersamaan. Dindingnya yang hanya terpasang kaca bening menampakkan pantai yang indah di malam hari sangat terlihat jelas jika di amati dari dalam restaurant, lampu-lampu berwarna putih dengan dihiasi kristal-kristal yang sangat indah menempel di langit-langit seperti lampu kerajaan yang sangat besar namun elok di pandang mata. Satu kata untuk restauran ini, Menakjubkan.
Sakura Haruno-gadis cantik dengan helaian Soft Pink panjang sepunggung kini tampil memukau setiap mata memandangnya di Restaurant ini. Ia menjadi pusat perhatian seluruh pasang mata yang tengah berada di dalam Retaurant. Mereka yang kebanyakan kaum adam terus memperhatikan paras cantik dari seorang gadis dengan helaian unik tersebut,Seolah-olah dia adalah jelmaan bidadari yang turun dari sang langit. Gadis cantik ini kini melangkah santai memasuki Restauran, Ia tampil dengan balutan Dress tanpa lengan Putih Cream selutut yang berlapis dengan lipatan di ujungnya mempertontonkan kaki jenjang putih mulusnya dan leher serta dada bagian atas yang tampak seputih susu. Dress itu tampak bersinar kerlip kala sinar lampu mengenai bajunya karena setiap ukiran gaunnya terdapat permata kecil seperti butiran kristal. di perkirakan harga gaun tersebut mencapai angka Sembilan digit, menambah Kecantikan dari Sang Haruno yang memang Kolongmerat terkaya Seantero Jepang. Rambut indahnya ia keriting bergelombang di setiap ujung rambutnya menambah nilai plus untuk penampilannya pada malam ini. Iris teduhnya menelusuri setiap orang yang berada di Restaurant, menginat tempat ini cukup luas untuk menampung puluhan orang-orang kaya yang memenuhi Restaurant.
Tampaknya ia sepertinya kesulitan mencari seseorang yang ia sayangi setelah ibunya yang memang sudah lebih dulu berpulang kepada Sang Maha Kuasa, ia hidup bersama ayahnya selama sepuluh tahun, jadi tidak mengherankan ia sangat tahu Karakteristik dari seorang Kizashi-ayahnya sendiri. tak lama Sakura menemukan ayahnya setelah lima menit berputar mengitari ruangan tersebut. ah ternyata penyakit buta arahnya belum juga hilang. tidak ingin berlama-lama ia pun melanjutkan langkahnya menghampiri Sang ayah yang tengah bersenda gurau bersama rekan-rekan bisnisnya.
"Happy Brithday, Ayah!" ucapnya sambil memeluk erat Sang ayah yang tengah berkumpul bersama rekan-rekan kerjanya.
"Terimakasih Sakura, kau memang anak yang Ayah banggakan." Ucapnya lalu melepaskan pelukannya perlahan lalu menatap Anak tercintanya yang tampak sangat cantik di malam ini.
"Ayah, aku punya sesuatu untuk ayah, tapi tidak semudah itu." Senyum tipis terlukis di bibir Sakura.
"jadi, Ayah harus apa?"
"tutup mata Ayah!"
beberapa orang melihat adegan Ayah dan Anak tersebut hanya bisa tersenyum tipis seraya menunggu kejutan apa yang akan si anak berikan untuk ayah tersayangnya.
"baiklah." Tuturnya. Pria berumur genap kepala-4 itu menuruti kemauan Sang Anak tercintanya, ia menutup matanya perlahan menanti kejutan apa yang Sakura berikan padanya. Melihat Ayahnya telah menutup mata ia arahkan Irisnya kearah gadis cantik dengan setelan cantik pula untuk mendekat kearahnya sambil membawa sebuah bungkusan, Kado. Hinata-pelayan pribadinya kini mendekat ke arah Sakura yang menjadi atasan sekaligus sahabatnya, ia menyerahkan bingkisan Kado tersebut kepada Sakura yang dibalas senyum tipis darinya.
"Ok, Ayah buka matamu." Tanpa menunggu lama Ayah beranak satu itu membuka matanya perlahan dan sekarang ia melihat putrinya memberikan sebuah kado berukuran kecil ke tangan besarnya.
"apa ini Sakura?"
"coba saja Ayah buka, jika Ayah penasaran." Dengan penasaran ia pun merobek kado berwarna Abu-Abu polos itu. Setelah bungkusan itu terbuka barulah ia lihat sebuah kotak Hitam pas di genggamannya. Irisnya ia arahkan ke Sakura seolah berkata'apa ini?' dan di jawab oleh tatapan Sakura'coba saja Ayah buka'. tidak ada jawaban dari anak gadisnya ia pun membuka kotak abu-abu itu. setelah membuka kado itu Irisnya mengecil kala maniknya melihat sebuah Jam Tangan Emas putih dengan bertahtahkan Berlian mengelilingi lingkaran di jam tersebut. ia melihat putrinya tampak tersenyum tulus memandangnya, senyum yang ia jarang sekali di perlihatkan Sakura pada siapa pun selain dirinya. ia pun membalas tersenyum tulus pula lalu ia daratkan bibirnya menyentuh kening Sakura.
Hanya kecupan ringan ia dapatkan dari ayahnya, ia pun kembali memeluk erat Kizashi. Mengabaikan tatapan orang lain yang pasti sedang melihat ia dan ayahnya berpelukan seperti anak kecil. Namun ia tak menyangka aksi tersebut mengundang banyak orang untuk bertepuk tangan melihat keharmonisan ia dan ayahnya.
"Oh. Iyah, Ayah juga punya hadiah untukmu." Senyum tipis masih terukir di wajah tegas Kizashi. Irisnya melihat seseorang yang berdiri agak jauh darinya. Ia menatap seolah menyuruh Pemuda tampan berkharisma itu untuk bergabung denganya. Pemuda yang Kizashi tatap kini berjalan dengan beribawa menuju tempat Kizashi dan anaknya berada. Iris Jadenya menatap lurus kedepan, tak lama ia pun memberhentikan langkahnya di samping Kizashi lalu menatap wanita cantik di hadapan Kizashi. Sakura pun melihat pemuda tampan berdiri di samping ayahnya. Tangan lentiknya ia tarik kembali dari tubuh tegap ayahnya.
"Sakura Ayah berpikir di usiamu yang ke-25 tahun, itu sudah cukup matang untuk kau menikah. jadi Ayah kenalkan kau dengan Calon Suamimu. Gaara," ucapnya tanpa menoleh sedikitpun padanya seolah tidak memberi keputusan untuk menolak dari Sakura. Tangan kekar Gaara tampak terjulur di hadapan Sakura namun tetap memepertahankan ekspresi datarnya sambil terus menelisik paras cantik milik Calon Istrinya.
"Sabaku Gaara," ucapnya serak khas para kaum Adam.
Iris Teduhnya terus memandang pemuda di samping Ayahnya. Ia pun menjabat tangan Gaara seraya mengucapkan'Sakura Haruno' diiringi senyum tipis khas dirinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Deburan ombak tampak menggulum membentuk seperti karpet tergulung yang tiada habisnya di Pantai indah ini, suara deburan ombak mengenai indra pendengarannya serta suara gemerisik pohon kelapa pun ikut menyatu dengan suara alam saat helaian-helaian daun saling bergesekan satu sama lain membuat suasana pantai tampak tak sepi. Terlihat seorang gadis cantik dengan surai Pink tengah duduk di ujung dermaga, ia tidak bergerak sama sekali. Surai Pink Panjangnya tampak melambai tertiup sapuan angin dingin, tapi tak cukup dingin untuknya. Iris Teduh tersebut sudah beberapa kali menjatuhkan air dari kelopak matanya yang tengah memandang kosong hamparan Lautan yang luas di hadapanya, Rahang yang indah itu tak bergerak sedikitpun seolah ia menangis dalam diam, Kaki-Kaki Jenjang Sakura berulang kali terkena hempasan ombak air asin yang menerjang kedua kakinya, namun ia tak pedulikan hal itu. Angin malam terus menerpa dirinya namun tubuh indahnya itu tidak bergetar menghadapi dinginnya udara di Pantai malam hari.
sejak kejadian beberapa jam lalu ia tidak bisa berhenti menangis, satu hal yang membuat ia menangis saat ini. Ia kecewa, ia terus memandang kosong air asin tanpa memperdulikan waktu yang terus bergulir tanpa henti di setiap detiknya. ia tidak peduli jika sekarang pukul berapa, yang ia pedulikan saat ini adalah mental dan hatinya. berharap semua ini mimpi buruk baginya dan besok pagi ia bisa terbangun lalu melanjutkan tugasnya di Boutique miliknya yang memang setiap hari selalu ramai di kunjungi orang-orang berpenghasilan tinggi dan juga Haruno Corp perusahaan besar milik Sang Ayah yang ia kelola juga, namun dia juga di bantu Hinata-asisten pribadinya.
Tapi kenyataan menggampar dirinya sekali lagi, sekarang ia berharap bahwa ada Gelombang tsunami yang menghantam tubuh indahnya atau Hiu Megalodon menghampirinya dan memakan dirinya sampai mati, Namun ia tahu hal itu sungguh mustahil. Lama ia termenung, di sela-sela suara deburan ombak, ia mendengar suara langkah kaki mendekat kearahnya dari arah belakang, ia mencoba untuk tidak peduli dan terus memandang hamparan Lautan yang terlihat kosong di matanya, sampai bibir pink itu berucap.
"Jika kau adalah Pawang Hiu, bisakah kau panggilkan Hiu Raksasa Megalodon kemari agar ia bisa memakanku secara utuh?!" Terdengar dengusan dari Pemuda di belakangnya. Ia yakin sekali saat Pesta Ulang Tahun Ayahnya selesai tiga jam lalu, tidak ada orang lain lagi di kawasan ini selain dirinya. Pelayan Restaurant yang masih ada beberapa yang membersihkan tempat itu, ia yakin tugas para Pelayan yang berjumlah dua puluh orang tersebut sudah selesai dan pasti pulang ke rumah masing-masing sekitar satu jam yang lalu. Lalu di belakangnya ini siapa?, oh jangan bilang seorang penculik, atau pemabuk yang tersesat disini. Namun sekali lagi Itu tidak mungkin, seingat dia hanya orang-orang tidak punya otak datang ke Pantai ini tengah malam.
"anda sangat lucu, Nona." Pemuda itu terus menatap Perempuan di hadapanya dengan ekspresi datar khas dirinya.
Dengusan kini keluar dari bibir Sakura. Sejenak Sakura terkagum dengan suara tegas milik Pemuda tersebut yang mengalun tertangkap di Indra pendengarannya.
"Terima kasih atas pujianya." Ucap sekenanya tanpa mengarahkan Irisnya untuk melihat siapa lawan bicaranya.
Tidak ada lagi suara dari Pemuda di belakangnya. Tidak ingin berlama-lama dengan suasana canggung, Sakura pun akhirnya berdiri lalu segera memutar tubuhnya, Iris Teduhnya melihat Pemuda yang tengah berdiri dihadapanya dengan memakai pakaian yang ia kenali saat selama masih berada di Restauran bergaya Eropa itu. Iris Emerald tampak kesulitan melihat raut wajah jelas dari Pria bersurai yang aneh menurutnya, mengingat di pantai tiada satupun cahaya menerangi pantai ini. bahkan lampu yang bersinar di dalam Restaurant tak jauh dari tempatnya berdiri pun kini tampak gelap. Ia baru sadar bahwa malam ini tidak ada sinar bulan yang bertengger di atas cakrawala.
"Jika kau tidak menerima dia, jangan kau paksakan kehendak beliau." Ucapnya sopan lalu ia arahkan Iris Onyx ke arah Emerald Sakura.
"bukan urusanmu." Kaki jenjang polosnya berjalan di atas jembatan melewati Pemuda yang tidak bergeming pada tempatnya.
"Tunggu-." Pemuda tersebut memutar tubuhnya, menatap wanita cantik yang sempat ia di buat terpesona akan kecantikannya sekali lagi.
"-anda melupakan ini" lanjutnya datar. kemudian ia langkahkan Kaki kekarnya mendekat kearah Sakura yang tengah menatap dirinya, ia pun berjongkok menaruh sesuatu di dekat kedua kaki Sakura, Sepasang sepatu High Sheel lima centimeter berwarna Putih Cream.
"anda bisa dikira orang gila yang keluyuran tengah malam, kau juga bisa gelandang polisi di perjalanan menuju rumahmu yang berjarak tiga kilometer dari sini, Nona." Wajahnya tetap datar namun Irisnya terus menerus menatap Sakura lalu berjalan melewati wanita yang membuat jantungnya berdegup cepat.
Terkesiap mendengar jawaban dari bibir Pemuda itu, ia pun berjalan di mengekor di belakang. Namun ia tidak bisa pungkiri bahwa ada perasaan kesal di hatinya. tapi ia juga sempat berfikir bahwa Pemuda di hadapannya adalah Pria yang baik hati.
"Siapa namamu?" tanyanya, karena ia sungguh penasaran baru kali ini ada Seseorang dari kalangan biasa berani menemuinya secara terang-terangan seperti ini.
"Kukira tidak penting bagimu, Nona." Ucapnya singkat tanpa menoleh ke arah Sakura yang bisa membuat jantungnya berdetak tidak normal.
Sakura terdiam mendengar jawaban dari Pemuda di hadapannya. Hening kembali melanda keduanya.
Keduanya saling berjalan dalam keheningan tanpa ada satupun kata yang keluar dari bibir masing-masing, mereka terlalu sibuk dengan isi pikiran mereka. Hingga ketika sampai di sebuah perempatan jalan. sebuah cahaya yang bersumber dari lampu jalanan yang menjulang tinggi tak jauh dari langkah mereka. terlihat jalan begitu lengang pada malam hari. Kaki kekar itu berhenti berjalan lalu membalikkan badan menghadap wanita yang baru saja berhenti berjalan di belakangnya.
Sekarang terlihatlah jelas wajah rupawan milik pria tersebut, membuat satu-satunya wanita disini terkagum oleh rupa yang dimilikinya. rahang yang tegas, bibir tipis nan menggoda, dada bidang sedikit terlihat di kemeja putih pakaiannya, surai biru kehitaman, juga jangan lupakan onyx hitam yang kini menatapnya yang terasa..Mengintimidasi.
ada apa ini mengapa jantungku berdebar cepat, pikirnya.
"kau tidak membawa apa pun?"
Sakura pun langsung tersadar dari lamunannya, kini ia ingat ia meninggalkan semua barang bawaanya seperti tas berisi dompet pink cantik dan juga sebuah smartphone terbarunya di mobil, yang mungkin sekarang tengah terparkir rapih di bagasi luas di rumah megahnya. Kini ia merutuki kebodohannya sendiri, sekarang ia hanya membawa dirinya sendiri tanpa sepeser pun uang yang ia genggam.
"bodoh!"
menghela nafas pelan yang bisa ia lakukan saat ini. Mau membantah pun percuma pada akhirnya ia memanglah sekarang kelewat bodoh. Jam sudah menunjukkan setengah satu malam dilihat dari arloji milik pemuda itu, semilir angin dingin membelai tubuh Sakura lagi kali ini membuatnya meringis kedinginan.
Melihat Sakura yang tampak kedinginan dengan wajah pucat pasif membuat ia tak tega juga. Ia pun mendekatkan dirinya pada Sakura lalu memandang wajah itu lekat.
"aku akan menemanimu pulang sampai di depan rumahmu, walaupun jalan kaki. itupun kalau kau mau, Lagian ini sudah larut malam. tidak baik wanita cantik sepertimu berjalan sendirian di tengah gelapnya malam." Sungguh ia bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri karena gugupnya, namun tidak terlihat di raut tanpa ekspresinya.
Seketika pipi sakura merona dalam sekejab lalu tak lama ia menganggukan kepalanya tanda setuju dengan ajakan pemuda yang baru saja ia temui.
.
.
.
.
.
.
.
.
Seminggu telah berlalu, semenjak kejadian dirinya berjalan dengan Pemuda tampan yang menemani sepanjang perjalanan menuju rumahnya. Kini berkali-kali ia tidak fokus saat sedang menjalani rutinitasnya sehari-hari. wanita berkarir dan cantik ini selalu tampak termenung di setiap sela waktu kegiatanya seperti sekarang, ia termenung lagi saat di depannya seorang pemuda berambut nanas tengah mempresentasikan beberapa hal mengenai saham dari perusahaan yang berkerja sama dengan Haruno Corp. iris teduhnya tampak memandang kosong layar proyeksi di depannya, hingga tidak mendengarkan seseorang yang terus memanggilnya dengan nada sopan. Yah, Nara Shikamaru memanggil direktur wanita satu-satunya di Haruno Corp. namun tidak ada sahutan dari wanita cantik bersurai pink itu. Tangan lentik milik wanita di belakang Sakura menepuk pelan pundaknya, hingga membuat wanita tersebut terkesiap lalu segera tersenyum tipis kepada semua mata memandangnya.
"saya tahu bahwa anda sedang memikirkan rencana pernikahan anda yang akan berlangsung dua minggu yang akan datang, tapi bisakah anda memfokuskan diri terlebih dahulu dengan rapat ini?" Terdengar nada sedikit kesal dari bibir pemuda bernama-Shikamaru.
"maaf Mr. Nara, aku hanya sedang kelelahan, jadi bisakah rapat ini di lanjutkan esok hari?" jawabnya sambil memandang iris pemuda tersebut yang hanya di balas dengan gumaman'mendokusei'.
Melihat sahabat sekaligus bosnya tampak tidak biasa membuatnya mengernyitkan alisnya. Wajah cantiknya dengan surai Indigo tampak tenang mendengarkan seksama seorang yang tengah berbicara kembali, sesekali iris sebening Tiara miliknya melirik ke arah bos cantiknya.
.
.
.
.
.
.
.
.
"apa ada yang mengganggumu, Sakura?" ucap pelan seorang gadis bersurai panjang Indigo lembut, menatap wanita jauh lebih cantik darinya.
"aku tidak apa-apa, Hinata." Balasnya, dengan senyuman tipis yang memukau bagi banyak pria. Kini ia dan asisten pribadinya tengah berada di ruangan luas yang di ketahui adalah ruangan direktur, mengingat luasnya ruangan tersebut.
Terdengar helaan nafas dari bibir Sakura, Iris emeraldnya nampak terpejam menikmati heningnya saat ini, sebelum getaran ponsel mengganggunya. Ia mengambil benda touchscreen tersebut di atas meja kerjanya. Tangan lentiknya membuka sebuah pesan baru masuk di smartphone yang ia genggam.
'nanti malam kau sibuk?, aku harap tidak. karena aku ingin mengajakmu makan malam, aku ingin mengenalmu lebih jauh lagi. kuharap kau tidak menolak, Gaara'
Helaan nafas keluar kembali dari hidung mancungnya.
Hinata yang melihat Sakura hanya bisa meringis dalam hati. Ia tahu betul Sakura seperti apa, sifat dan kepribadiannya ia sudah hafal sekali, jika saat ini ia tidak suka terhadap satu hal yang ia pikirkan. Karena ia tahu jika ada helaan nafas berulang kali, maka disaat itulah Sakura telah ada sesuatu hal yang membebani otak kepala Pink sahabatnya.
"aku tahu kau pasti tidak menyetujui perjodohan mendadakmu dengan pemuda Sabaku itu." Ia menyamankan dirinya di sofa putih yang tersedia untuk tamu di dalam ruangan Sakura. Sementara gadis tersebut mengarahkan Iris hijau teduhnya menatap sang Tiara.
"melihat raut wajahmu yang tersenyum palsu saat itu aku sangat tahu, nona. Kenapa kau tidak menolaknya?" akhirnya ia keluarkan isi dalam otaknya.
Terlihat Sakura menghela nafas kembali berusaha menenangkan otaknya yang sedari tadi terus menerus mengarah ke tempat lain.
"aku tidak setega itu menolak perkataannya, kau tahu. Ini sungguh menyiksaku.-" Hinata memasang kupingnya kali ini baik-baik, untuk saat ini ia hanya bertugas menjadi pendengar yang baik dari bos cantiknya.
"-aku tidak mau membuatnya bersedih, aku tidak tega Hinata, tapi sungguh kalau masalah perjodohan aku tidak mau di atur, ok. Aku mau diatur dalam hal apapun, tapi tidak untuk yang satu ini!" suaranya serak mungkin ia akan menangis saat itu juga jika kalau tidak ada Hinata di sekelilingnya.
Mendengar ucapan Sakura ia hanya mampu mandang gadis yang kontras dengan warna Pink itu dengan tatapan sendu, ia tidak bisa menolongnya. Mengingat ia juga hanya seorang bawahan dari Sakura dan tentu saja ia juga bawahan dari Sang atasan-Kizashi, bukan orang terpandang sama seperti sahabat Pinknya ini.
"-aku selalu berusaha menjadi anak yang berguna baginya. kupikir dengan semua usaha ku membuahkan hasil. hingga ia menjadikan ku anak kebanggaannya, namun ia berniat menjodohkan ku." Dengusnya. Ia sedikit meredam kekesalannya terhadap Sang ayah dengan memberikan sedikit masalah yang membebani otaknya kepada sahabatnya.
"jadi, apa yang akan kau lakukan?. Membatalkan perjodohannya?"
Iris hijau emerald menatap kosong kaca yang menembus kota london.
"mungkin." Tersenyum tipis sarat akan keputus-asaan.
bibir tipis Hinata hendak terbuka untuk menanyakan sesuatu yang kini ia tahu jawaban dari Sakura. Namun dering ponsel miliknya mengalihkan eksitensinya lalu segera mengangkat panggilan dari seseorang.
"moshi-moshi,.. ah, nanti malam?,.. ok aku mau." Senyum manis terlukis di bibir Hinata sesaat, lalu ia menaruh ponselnya kembali ke tas violet miliknya.
"Tunanganmu kah?" tanyanya saat melihat reaksi Hinata begitu senang saat berbicara dengan seseorang dengan ponselnya tadi, ia cukup di buat penasaran karena semenjak pertunangan Hinata dan Pemuda pilihannya, ia sungguh tidak tahu wajah Pria yang sekarang menjadi tunangan dari sahabatnya, karena acara pertunangan Hinata berlangsung tertutup, dan ia pun saat itu sedang berada di Jepang mengurus segala perusahaan Haruno Corp di Tokyo, hingga hal itu ia terpaksa tidak hadir dalam acara tersebut.
Surai Indigo terlihat mengangguk pelan.
"iyah, dia mengajakku makan malam di sebuah Restaurant. Hahh, sangat bahagia jika kau bersama dengan seseorang yang kau cintai, Sakura." Aku Hinata. Ia pun berdiri lalu memandang sekali lagi Sakura.
"aku undur diri, pasti pekerjaanku sedang menungguku di meja." Ia membungkuk sebentar lalu membuka pintu dan menghilang setelah pintu itu tertutup rapat.
'seseorang yang dicintai, yah.' Pikirnya saat ruangan kembali hening dan ia pun segera mengurusi dokumentnya lagi.
.
.
.
.
.
.
.
.
Mobil sport Jaguar terhenti di sebuah Restaurant megah yang sangat di kagumi banyak orang dari kalangan atas, bukan dari masakannya saja, juga interior yang di suguhkan di Restaurant tersebut sungguh sangat mampu menghipnotis semua mata yang berada dalam Restaurant. Kembali ke mobil itu, terlihat dua orang berbeda gender keluar dari dalam mobil. gadis cantik dengan tubuh indahnya kini terbalut dress Hitam polos sepanjang lutut dengan tali sepageti menghiasi punggung putihnya membuatnya kini semakin cantik juga terlihat dewasa. Sedangkan pemuda bersurai Merah bata dengan tato'ai' menghiasi kening sebelah kiri kini tampak gagah dengan setelan jas hitam yang sama persis seperti dengan warna tunangannya saat ini.
tanpa membuang waktu, mereka berdua melangkahkan kakinya seirama memasuki Restaurant. Baik Sakura maupun Gaara, ini kali kedua mereka berada disini namun berbeda situasi. Mereka berdua memilih tempat duduk di samping kaca yang menghadap langsung ke pantai. Terlihat seorang Waithress dengan setelan maid hitam putih menghampiri mereka.
"selamat malam Tuan dan Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" ucapnya sopan mengingat ia harus profeksional jika bekerja di Restaurant termewah ini.
Iris emerald terus memandang buku menu di genggamannya lalu kini tatapan matanya ia arahkan ke maid di sampingnya.
"aku pesan Steak juga Jus Cherry." Maid tersebut mencatat pesanan Sakura. Lalu Irisnya bergulir ke pria yang duduk di hadapan Sakura.
"hm, Spagetty saus Bolonaice dan juga secangkir coffee." Maid itu pun kembali mencatat pesanan Gaara lalu bergumam sebentar untuk menyiapkan pesanan mereka, ia membungkuk sopan dan berlalu pergi menjauhi mereka.
Tidak ada pembicaraan di kedua belah pihak, satunya sedang menikmati indahnya ombak pantai malam hari dan satunya lagi sedang memainkan ponsel, hening menyelimuti mereka. Cukup lama diselimuti keheningan, terlihat maid yang sama datang kembali dengan pesanan mereka. Maid tersebut menaruh hati-hati makanan tersebut di atas meja.
"silahkan di nikmati Tuan dan Nyonya." Tuturnya sopan, tanpa butuh waktu lama maid tersebut beranjak pergi meninggalkan pasangan itu.
Mereka berdua pun kini menyantap hidangan mereka tanpa suara, hanya denting suara sendok dengan garpu deradu pada piring. Iris jade Gaara terus menatap wanita di hadapanya. Ia memang sungguh tertarik dengan gadis berdarah Inggris- Jepang tersebut, walaupun ia dari london, inggris. Namun seluruh hidupnya kini hanya di penuhi Sakura, gadis yang ia cintai semenjak seminggu lalu. Senyum tipis terlukis di bibirnya membuat ia semakin tampan dan beribawa, ia pun kembali menundukkan kepalanya, kembali menyantap hidanganya dalam diam. Sedangkan yang di perhatikan hanya memakan makanannya dengan pelan dan tenang. Ciri khas kalangan atas jika saat makan. Namun mendadak jantungnya berdegup kencang, ia tidak tahu ada apa dengan dirinya. Berusaha tenang ia pun terus menyantap makanannya, sesekali Iris hijaunya mencari seseorang yang mengacaukan otaknya.
Iris teduh sedikit membulat saat mengarahkan tatapannya ke luar, bukan pantai yang sekarang ia tatap, tetapi kedua manusia yang tengah berpelukan tampak mesra di bibir pantai, Indigo dan Raven.
Ia mengerti sekarang, ia berusaha menjaga ekspersinya agar tetap tenang seolah tidak terjadi apa-apa namun lain halnya dengan hatinya. Rasa sesak memenuhi rongga dadanya. ada apa dengan dirinya?. Mungkin Pemuda itulah tunangan Hinata, wajarkan jika mereka berpelukan?. Berbagi rasa sayang terhadap pasangannya, kenapa hatinya begitu perih?. Ia sendiri tidak tahu perasaan apa ini, perasaan cintakah?. Jika benar ini cinta berarti apa yang ia rasakan adalah salah besar, ia tidak boleh mencintai Pemuda yang berstatus tunangan Hinata-sahabatnya sendiri.
ia arahkan Irisnya kembali kearah meja di bawahnya. Ia sungguh tak mampu melihat betapa mesranya mereka yang mampu membuat dadanya berdenyut terasa perih, ia tidak boleh berlama-lama disini. Ia tidak mau pertahanan dirinya sebagai gadis yang kuat luntur begitu saja, ia harus kuat. Tidak boleh lemah apalagi di tempat umum, mengingat bukan hanya mereka berdua yang sedang makan di Restaurant mewah ini.
Irisnya bergulir menatap Gaara di hadapannya yang sedang menikmati secangkir coffee di genggamannya, sepertinya Gaara telah menghabiskan makanannya. Sedangkan ia baru melahap setengah dari makanannya sekarang.
"aku sudah kenyang, bisa kita pergi dari sini?" ia merutuki suaranya yang hampir bergetar.
Iris jade dan emerald bertemu.
Gaara meletakan kembali cangkir yang telah tandas isinya ke meja lalu menatap Sakura. Yang di tatap hanya berwajah datar namun tetap terlihat manis di matanya.
"kupikir makanan disini memang enak, tapi selera makanmu cepat juga. Baiklah ayo." Pemuda bersurai Merah bata itu meletakkan beberapa Poundsterling di atas meja. Tangan kekarnya menggenggam erat tangan lentik Sakura. Mereka berdua pun keluar dari Restaurant dan mobil Jaguar sport itu terlihat melaju menembus jalanan gemerlapnya kota.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Zona author:
apa terlalu pendek minna?, tadinya sih aku mau langsung bikin oneshoot, tapi sepertinya terlalu banyak deh. Jadi fict ini ku jadikan twoshoot saja. Aku takut jika terlalu panjang mungkin para readers akan pingsan duluan. Apa ada yang mau protes? *dengerin suara hati para readers*
ohh gitu, *angguk-angguk*
dan maaf jika kata/bahasa inggrisnya kurang jelas atau tidak jelas sama sekali, karena bahasa inggris ku memang buruk..*Doeengg
Aku sangat berterima kasih jika sebagian dari senpai memberikan pendapat positif untuk fict ini. Aku ingin tahu sejauh mana bagus tidaknya fict ini, karena yang menilai bagus atau tidaknya yah para senpai dan juga para readers
jika tidak bagus akan ku hapus fict ini :)
"WARNING untuk para readers:
AKU TIDAK MENERIMA FLAME DALAM BENTUK APAPUN! SEBURUK-BURUKNYA FICT INI. JIKA ANDA TIDAK SUKA. ANDA DI PERSILAHKAN TIDAK MEMBACA FICT INI KARENA BAGAIMANA PUN FICT INI AKU JUGA MEMBUATNYA DENGAN PEMIKIRANKU, TIDAK ADA CAMPUR TANGANPUN DARI ANDA.
Ok jika Senpai ramah Aku pun bisa membalas keramah tamahan Senpai
terima saran dan kritiknya Senpai, Riview tidak Riview itu terserah pada para readers. Sekali lagi aku tidak memaksa yah!
See you next time..
