Tittle : April With You

Author : Blossomkimp

Main Cast : - Sehun

- Luhan

- Kai

- Member EXO

Genre : Romantic, Fluff(?), Frienship.

Rate : T

Length : Two shot

Warning : (!) Yaoi, Typo.

Disclaimer : Semua pemeran yang ada di FF ini hanya milik Tuhan, Keluarga dan SM. Saya hanya meminjam mereka sebagai peran tapi Cerita ini murni hasil pikiran dan ketikan tangan saya. Don't Copy my Fanfiction nothing permission and don't be plagiat my fanfic. Thanks^^


April With You


"Ini sudah larut, kau sebaiknya tidur." Tidak. Sebenarnya ini lebih menjelang pagi.

"Aku tahu. Tunggu beberapa menit lagi."

Kai hanya menggelengkan kepalanya. Dia tahu siapa yang ditunggu Sehun saat ini. Sejak perayaan kecil ulang tahun sang maknae hingga kue raip dengan beserta kekacauan dimeja ini berakhir. Sehun masih tetap sama. Diam dengan menangkup dagunya di kayu besar dengan Ponsel yang tergeletak tak jauh dihadapannya.

"Kau masih menunggunya?" Tanya Kai kembali dan lagi dia menatap Sehun hanya menganggukkan kepalanya menyetujui. "Dia pasti menghubungimu, beristirahatlah.. aku tidak mau melihat Suho hyung marah lagi karena melihatmu terlambat untuk tidur. Besok kia masih memiliki banyak jadwal."

"Jangan khawatir. Aku tidak akan tidur terlalu larut."

Sehun tahu. Dia tidak mungkin memaksa Kai untuk terus menemeaninya hanya demi menunggu pria itu memberikan sebuah ucapan kecil kepadanya. Kai beberapa hari ini kelelahan. Dia tidak akan merepotkan orang lain demi kepentingan dirinya sendiri.

Kai membalikkan tubuhnya dan kini pergi kekamarya sendiri. Meninggalkan Sehun yang masih tetap bertahan sampai saat ini. Hanya demi menunggu Luhan-nya untuk sekedar mengatakan Selamat Ulang Tahun.

Sehun memjamkan matanya lelah. "Ge, tahun ini sangatlah berbeda." Bisiknya yang hanya didengarkan oleh angin—mungkin.


"Dan hari ini adalah hari Ulang Tahun maknae kita! Selamat ulang tahun Sehun!" Teriak semua member yang kini tengahberada di atas panggung bersama.

Showcase kali ini berbeda bagi Sehun. Dia merayakan ulang tahunnya bersama-sama dengan para fans dan member yang lengkap tentunya. Semua member yang mengelilinginya. Chen dan Suho yang memegang Kue Ulang tahun dan tidak lupa Chanyeol yang terus bersorak-sorak penuh kebahagian. Hari terindah baginya.

"Ini ulang tahunnku yang terhebat. Aku harap aku masih bisa merayakan ulang tahun ini kembali bersama-sama kalian." Ucapnya sebelum akhirnya dia meniupkan api lilin-lilin kecil yang menyala—menunjukkan angka 21.

Semua member berpelukan. Memberikan selamat dan rasa sayang kepada Sang maknae. Hingga Showcase berakhir, senyuman Sehun tidak pernah lepas dari lukisan wajahnya.

"Sehunna!" Teriak seseorang yang kini berada dibawah backstage. Luhan telah menunggunya sebelum dirinya turun dari stage.

Sehun tersenyum dan mendekat ketika menatap lengan Luhan yang kini dia sembunyikan di balik punggungnya sendiri.

"Hadiah untukku kan ge?" Ucapnya dengan diikuti senyum percaya dirinya—seperti biasa.

"Siapa yang mengatakan aku akan memberikanmu hadiah?" balasnya dengan menyipitkan sebelah matanya.

"Ayolah.. aku tahu. Jangan sembunyikan itu dariku ge. Ayo berikan!"

"Tidak. Tidak!" Jawabnya dengan gelengan kecil setiap perkataannya.

"Gege jahat." Sehun kini menggerutu dengan mempoutkan kedua pipinya—lagi dia melakukan Aegyo untuk mengambil hati hyung-nya.

Luhan terkekeh kecil. Dia menyerah, dia memberikan kotak kecil dengan bungkusan berwarna hijau kepada Sehun. Ukurannya tidak lebih besar dari ukuran ponselnya. Bahkan beratnya begitu sangat ringan saat Sehun pertama kali menerimanya.

"Apa ini? Ringan sekali. Pasti barang murah." Ejek Sehun.

"Kalau kau tidak mau. Kembalikan lagi kepadaku!" Luhan mencoba kembali mengambil hadiahnya. Namun Sehun lebih gesit, dia sudah terlebih dulu menariknya keatas kepalanya.

"Ini hadiahku. Kenapa harus diambil lagi." Diikuti ejekan kecil seperti biasanya.

Luhan hanya tersenyum melihat tingkah Sehun. Dia mengalah dan kini melihat Sehun yang sudah menunjukkan wajah penasarannya dengan beberapa kali mengocok kotak itu.

"Boleh kubuka?"

"Tentu saja. Buka saja."

Sehun tersenyum dan dengan cepat Sehun membuka bungkusan hadiahny di backstage itu juga. Merobek kertas kado itu dan membuka kotak yang kini menunjukkan sebuah benda kecil—Sebuah Earphone.

"Earphone?" Sehun mengernyitkan keningnya bingung.

"Tentu saja? Itu untuk menutup telingamu bila kau merasa aku berisik karena sering berlatih bernyanyi setiap malam."

"Kau bercanda ge. Aku tidak mungkin memarahimu berisik karena selalu bernyanyi."

"Ya kalau begitu simpan saja. Siapa tau berguna."

"Kau aneh ge."

"Kenapa?"

"Aku mempunyai banyak earphone kenapa memberikanku lagi satu."

"Setidaknya ada satu earphone yang lebih special diantara puluhan earphonemu."

Sehun hanya diam menatap earphone berwarna putih yang kini bertengger manis di kotak tersebut dengan sebuah pita kecil di talinya. Luhan mulai berpikir. Mungkin sehun kecewa dengan hadiahnya tapi itu semua karena dia tidak tahu lagi harus memberikan apa. Sehingga mungkin yang lebih baik dia bisa memberikan Sehun hanya sebuah earphone.

"Kita bisa saling menelpon saat aku jauh. Kau bisa memakai itu sehingga kau tidak dapat diganggu oleh member lain."

Sehun sedikit mengulas senyumanya. Menatap Luhan yang seolah meyakinkan dirinya untuk menerima hadiah tersebut. Lagipula dia tidak bisa menolak.

"Kita sudah tinggal satu Dorm sekarang ge. Kau akan jauh darimana lagi?"

"Hmm.. ya.. mungkin bila aku sedang ada kegiatan di China."


'Ting'

Sebuah pesan kini menyadarkan Sehun dari semua kenangannya setahun yang lalu. Dia membuka matanya dan kini menatap ponselnya yang daritadi begitu sepi—sebuah pesan kakaotalk diterimanya.

"SEHUNNAA! HAPPY BIRTHDAY! Apa gegemu ini terlambat? Apa kau sudah tidur? Maafkan aku. Hubungi aku sekarang. Aku sedang memiliki banyak waktu luang saat ini."

Tidak lupa dibawahnya terdapat emoticon sebuah boneka yang kini seolah sedang berpesta. jangan lupakan dengan memakai topi dan balon ulang tahun di sekelilingnya.

Sehun mengulas senyumnya kembali. Akhirnya.

Tidak butuh waktu lama. Dengan cepat dia memasangkan Earphonenya—hadiah yang diberikan luhan tahun lalu—dan mengetikkan beberapa angka dengan cepat. Sehun benar-benar ingin mendengar suaranya.

"Sehun! Ahhh… Sehunna! Happy Birthday! Gege merindukanmu!" Teriaknya penuh kebahagian.

"Sehun juga merindukanmu ge. Terima kasih telah mengingatnya." Ucapnya halus dengan tanpa sadar sebuah tetesan kecil jatuh diantara pipinya—air matanya. Dia menangis bahagia.


"Kau benar-benar ingin meninggalkan kami? Gege benar-benar ingin meninggalkanku?" Ucap Sehun parau. Luhan tau. Suaranya hampir menghilang karena dia tahu bahwa seharian ini Sehun pasti menangis karenanya.

"Maafkan aku Sehun, ini sudah pilihanku."

"Gege jahat."

"Maaf."

"Gege meninggalkanku."

"Maaf."

"Gege akan melupakan aku!"

"Tidak. Sehun tidak. Sampai kapanpun aku tidak akan melupakanmu."

"Kalau begitu jangan tinggalkan aku."

Dan kembali sebuah isakan sangat jelas terdengar oleh Luhan. Dia menangis kembali. Perasaanya begitu sakit harus mendengar Sehunnya menangis. Sehun adalah satu-satunya member yang paling terdekat dengannya. Dalam hatinya dia tidak ingin meninggalkan Sehun. Namun dia tidak bisa melakukan apa-apa. Ini sudah terlanjur terjadi.

"Sehun. Dengarkan aku." Ucap Luhan dengan wajah tenangnya.

"Luhan ge sudah berjanji tidak akan pernah meninggalkanku." Isaknya membuat Luhan semakin merasa bersalah.

"Hei.. dengar sebentar. Aku benar-benar tidak meninggalkanmu. Aku akan selalu menghubungimu. Kita masih bisa berkomunikasi."

"Itu berbeda ge.. berbeda. Aku akan sendirian disini."

"Masih banyak hyungmu yang lain disana. Jangan buat mereka khawatir."

"Tapi ge—"

"Percayalah padaku Sehun. Aku tidak akan melupakanmu."

"Meskipun kau telah jauh?"

"Ya."

"Lalu bagaimana dengan ulang tahunku, ulang tahun kita? Kita tidak akan merayakan bersama lagi."

"Kita akan merayakannya bergantian."

"Bagaimana? Itu tidak mungkin."

"Aku akan mencoba menghubungiku bagaiamanapun keadaanku nanti."

"Janji?"

"Aku berjanji."


Pagi-pagi sekali Manager telah datang untuk mempersiapkan Jadwal mereka yang hari ini akan kembali disibukkan dengan jadwal Comeback mereka. Masing-masing telah bersiap-siap begitupun dengan Sehun yang wajahnya kini menunjukkan lukisan bahagia yang begitu indah. Tentu saja dia bahagia karena penantiannya semalaman akhirnya tidak berakhir sia-sia karena Luhan menghubunginya. Meskipun hanya mengobrol dalam hitungan menit. Setidaknya dia masih mendengar suara Luhan dan mendengar dia untuk mengatakan selamat ulang tahun kepadanya.

Ketika Manager memberikan beberapa hadiah titipan dari Fans. Sehun semakin melebarkan senyum dibibirnya.

"Kau nampak bahagia sekali Oh Sehun." Ucap Manager hyung yang menatapnya berbeda seperti hari-hari biasanya.

"Tentu saja itu karena hari ini adalah hari ulang tahunku. Aku benar-benar bersemangat untuk hari ini."

"Baguslah. Aku menyukai semangatmu. Saengil Chukkae hamnida Sehun." Ucapnya dengan sebuah senyuman.

"Gomawo hyung."

Beberapa menit setelah percakapan itu. Manager pergi berlalu meninggalkannya. Kai mendekat dan menatap Sehun yang masih sumringah.

"Dia menghubungimu?"

"Ya. Aku sangat senang menerima kabar dan ucapan darinya. Kupikir dia melupakannya."

"Baguslah." Jawab Kai dengan diikuti senyumannya dan Sehun ikut membalasnya dengan sebuah senyuman yang lebih lebar lagi.

Kai menatap Sehun yang kini merapikan beberapa hadiah pemberian Fansnya. Didalam hatinya sebenarnya Kai iri kepada Sehun. Kenapa? Karena baginya Sehun adalah satu-satunya pria yang beruntung yang paling diperhatikan Luhan hingga saat ini. Meskipun Luhan juga kadang masih berkomunikasi bersama Xiumin dan Lay. Tapi menurutnya Sehun berbeda. Dialah yang terspecial bagi Luhan. Bahkan hingga saat ini Kai sendiri belum pernah mendengar suara Luhan lagi setelah terakhir permintaan maafnya saat di Beijing. Sudah benar-benar Lost contact.

Bila berpikir tentang perasaanya. Ya, dia memang menyukai Luhan. Tapi Sehun juga jauh lebih menyukainya dan rasa sayangnya juga terbalaskan. Jauh dari rasa Sayang—Cinta.

"Kalian sudah sarapan?" Tanya Suho memastikan karena Kai dan Sehun daritadi masih bersiap-siap di ruang tengah.

"Tentu saja." Ucap Sehun dengan diikuti anggukan Kai.

"Baguslah. Ayo.. kita harus segera berangkat." Ucapnya yang langsung berjalan pergi meninggalkan kedua maknae.

"Dia tidak mengatakan hal lain? Misalnya untuk kepada para member mungkin?" Tanya Jongin lagi memastikan.

"Tidak. Dia hanya menitipkan pesan kepadaku agar aku bersikap baik dan tidak menyulitkan kalian semua." Ucap Sehun tersenyum dan beranjak pergi lebih dulu keluar meninggalkan Kai.

Ya. Mereka berdua memang tidak sebebas itu membicarakan tentang Luhan bila sedang bersama member lain. Sehun lebih nyaman menceritakan perasaanya kepada Kai karena selain mereka seumuran. Kai juga sangat dekat dengannya juga Luhan jadi dia pasti akan mengerti semua yang dirasakan Sehun. Dan Kai juga selalu tetap sabar mendengarkan semua curahan hati Sehun, meski sebenarnya dia merasakan cemburu juga.


Kai ingat sekali terakhir kali dia berbicara serius dengan Luhan. Di Beijing. Antara perasaan marah, kecewa dan sedih saat dia tahu rencana Luhan untuk meninggalkan EXO—meninggalkan mereka. Mungkin tidak ada kesan berarti yang tertinggal diantara mereka berdua. Kai terlalu larut dalam emosi sehingga dia sama sekali tidak mendengarkan penuh penjelasan Luhan saat itu.


"Begitukah? Jadi benar apa yang dikatakan Xiumin hyung kalau gege akan meninggalkan kami?"

"Maafkan aku Kai. Ini sudah keputusan akhir yang kubuat."

"Kupikir kita akan bersama-sama terus sampai akhir. Ternyata kau pergi juga." Kai mendesis kesal dan berusaha sekuat mungkin untuk menahan emosinya.

"Aku sudah membicarakan ini dengan yang lainnya Kai.."

"Tapi kenapa aku salah satu yang tidak diberitahu sejak awal?"

"Karena aku tidak ingin membuatmu sedih?"

"Aku bukan sedih, aku malah lebih kecewa mendengarnya hari ini. Dan aku salah satu yang tidak tahu apa-apa disini. Oh, sepertinya kau mulai tidak mempercayaiku ge."

"Jongin—"

"Kita sudah mengenal cukup lama ge, kita sering berlatih bersama . Bahkan kau yang telah berjanji untuk tetap bersama kami dan mengajarkanku agar tetap kuat menghadapi semuanya, tetapi kenapa sekarang kau juga pergi?"

Luhan hanya menunduk mendengar apa yang dikatakan Jongin. Mungkin semuanya benar. Dia tidak menepati janjinya untuk terus bersama EXO. Dia hanya bisa meneteskan beberapa beningan Kristal dari sudut bola matanya—dia menangis.

"Apa Sehun sudah tahu semua ini?" Tanya Kai yang kini menatap lekat wajah Luhan yang masih menunduk menyembunyikan perasaan sedihnya.

"Ya.. dia sudah tau. Aku mengatakan lebih awal kepadanya. Dia sudah tahu semuanya." Jawab Luhan parau.

Kai hanya membuang nafasnya kasar. Kini dia mengerti kenapa sehun beberapa minggu belakangan ini lebih sering menyendiri dengan wajah yang murung. Apalagi dia tidak ingin membicarakan masalah yang dialaminya kepada Kai seperti biasanya. Dia nampak berbeda. Sudah sangat jelas sekarang Kai tahu alasannya. Semua karena rencana kepergian Luhan.

Sepanjang konser tadi juga Sehun menatap Luhan dengan tatapan yang sangat berbeda dari biasanya. Namun mereka berdua begitu sangat jarang berinteraksi dan bertegur sapa. Mereka saling diam satu sama lain. Padahal Kai dapat melihat dari raut wajah dan tatapan matanya kalau Sehun ingin sekali bericara kepada Luhan. Semua telah tergambar jelas apa alasan dibalik sikap Sehun yang berubah.

'Oh.. kenapa harus Sehun? Apakah hanya ada dia yang ada didalam hatimu ge, hingga aku tidak kau anggap sama sekali?' batinnya.

"Aku sangat mencintaimu ge."

Hening.

"Maaf." Penolakan kecil yang tidak diikuti perkataan apapun Kai dapatkan dari mulut Luhan yang kini semakin bergetar menahan tangisnya. Perasaan kai sepertinya saat ini semakin sesak.

"Tidak apa-apa. Aku tahu kau hanya mencintai Sehun. Jadi pergilah sesukamu dan jangan pernah mengingatku lagi!"

"Maaf telah membuatmu benar-benar kecewa."

Kai menatap beberapa detik wajah Luhan yang masih saja menunduk dengan isakan kecil mencoba menahan tangisannya untuk semakin keras terdengar.

"Aku tidak ingin bicara lagi denganmu ge."

"Kai dengarkan aku!"

Terlambat. Kai sudah benar-benar pergi meninggalkan Luhan di yang masih mematung di kamar Hotelnya sendirian. Seharusnya mala mini Kai sekamar bersama Luhan, Chen dan Chanyeol namun sepertinya saat ini dia akan menumpang kekamar lain. Untuk menyembunyikan perasaan dan rasa kecewa tentunya. Hingga semuanya berakhir dalam sebuah tangisan.


Kai hanya mengacak rambutnya kasar bila dia mengingat pembicaraan terakhirnya itu. Hingga hari ini dia baru tersadar bahwa apa yang dilakukan kepada Luhan itu salah. Benar-benar tidak ada kesan baik yang diberikan Kai kepada Luhan padahal Luhan telah mencoba berbicara kepadanya dengan penuh kehati-hatian agar tidak menyakiti perasaanya. Tapi tetap saja. Penyesalan akan selalu datang di akhir.

Mungkin ini yang menyebabkan mereka tidak saling berkomunikasi kembali. Bila diberi kesempatan untuk kembali bertemu dengan Luhan. Dia benar-benar ingin mengatakan rasa penyesalan dan permintaan maafnya—meskipun hal itu entah akan kapan datangnya.


Acara Fansign telah berakhir dan tentunya masih meninggalkan kenangan manis bagi Sehun yang merupakan member yang berulang tahun. Beberapa hadiah yang tidak terhitung jumlahnya dia dapatkan dari fans saat acara fansign juga ucapan serta Do'a terus dia dapatkan setiap kali dia menemui banyak orang yang mengenal dan mengingat bahwa dirinya sedang berulang tahun.

Sehun membuka ponselnya saat sedang berjalan keluar dari SM Coex. Hanya sekedar mengecek apakah Luhan memberinya kabar atau tidak. Tapi seperti biasa, Luhan memang kini sibuk dengan karir individualnya. Sehun mewajarkan hal itu. Selagi dia masih mendengar suara dan mendapatkan pesan dari Luhan. Dia masih tetap merasa bahagia.

Hari ini begitu sangat menyenangkan bagiku ge. Bagaimana dengan Harimu disana? Aku merindukanmu.

Dengan sekali gerakan. Sehun telah mengirimkan pesan kakaotalk-nya kepada Luhan yang dia yakini saat ini masih sibuk dengan jadwalnya.

Sehun masuk kedalam Van—yang diisi oleh hyung-hyung tertua—kali ini hanya diisi oleh Suho, Baekhyun dan Xiumin. Suho yang duduk didepan sibuk dengan ponselnya sendiri. Xiumin yang juga begitu tenang memejamkan matanya dengan headphone yang terpasang dikepalanya dan Baekhyun yang biasanya paling berisik kini sudah terlelap dalam mimpinya. Dia benar-benar kelelahan.

Sehun memilih untuk duduk dibangku paling belakang sendirian karena kursi depan telah diisi lengkap oleh hyung-hyungnya. Dia akan mengalah. Selama perjalan bosan menyelubungi hatinya. Dia hanya menatap kearah luar yang malam ini masih menunjukkan kecantikkannya oleh lampu-lampu yang menghiasi setiap sudut kota. Seoul memang semakin cantik bila pada saat malam hari.

Mengusir rasa kebosananya. Sehun mengeluarkan Earphone—pemberian ulang tahun dari Luhan setahun yang lalu—dari Handbag berwarna coklatnya. Memasangkan dengan nyaman dikedua telinganya lalu mulai mendengarkan lagu-lagu yang berputar dari ponselnya yang telah terhubung dengan earphone.

Suaranya memang selalu dia rindukan. Lucu sekali bila diingat selama bertahun-tahun kebiasaan Sehun adalah menguping Luhan saat latihan bernyanyi. Entah itu di kamar, di ruang tamu, Tempat karaoke atau bahkan di kamar mandi. Sehun akan mengikutinya dan secara diam-diam akan merekam lagu yang dinyanyikan Luhan melalui ponselnya. Dia memiliki beberapa suara Luhan entah itu saat dia sakit dengan suara yang parau dan serak, saat latihan dengan suara yang bagus dan menakjubkan seperti biasanya, atau suara yang sangat jelek dan idak beraturan.Bahkan saat Luhan menirukan suara wanita ketika dia menyanyikan sebuah lagu dari salah satu Girl Group pun dia mempunyainya—dan tentunya itu tidak diketahui Luhan.

Tidak sia-sia ternyata hasil jailnya selama bertahun-tahun bisa menjadi obat penawar rindunya kepada Luhan setiap harinya hingga saat ini. Lagu-lagu yang sering diputar ini adalah file rahasia. Tidak ada seorang pun yang mengetahui semua ini selain dirinya sendiri.

Sehun sedikit menyungginkan senyumannya ketika lagu 'Open Arms' kini melantunkan suara Luhan yang lembut ditelinganya. Puluhan atau mungkin ratusan lagu yang pernah dia dengarkan. Hanya lagu ini yang paling dia sukai. Lagu ini dia rekam saat Luhan berlatih untuk penampilannya disuatu acara. Tentunya semuanya full suara Luhan. Tanpa ada suara D.O, Baekhyun ataupun Chen.

Dia kembali melirik kearah jendela. Menatap suasana sunyi namun begitu hangat yang ditampilkan di tepi jalan kota Seoul. Sedikit—dia membuka perlahan jendela mobil. Angin berhembus menerpa wajahnya. Begitu dingin namun tetap menyegarkan. Angin musim semi memang berbeda dengan angin-angin di musim lainnya.

Dia menutup matanya dan mengingat Luhan. Selalu. Disaat tenang seperti ini. orang pertama yang diingatnya hanyalah Luhan. Senyumannya, suaranya, cara dia bicara. Sehun benar-benar merindukkan sosok Luhan.


"Sehun! Buka jendelanya.." Rengek Luhan yang

kebetulan duduk berdampingan dengan Sehun di van.

"Tidak ge, cuaca hari ini dingin."

"Kau payah. Cuaca musim semi saja kau bilang dingin." Ejek Luhan.

"Siapa yang payah? Aku tidak payah ge."

"Kalau begitu buka jendelanya."

"Tidak!"

"Buka!"

"Tidak! Tidak! Tidak!" Tolak Sehun kembali keras.

"Sehun kau—"

"Berisik! Bisakah kalian diam?" Ucap Jongin memotong apa yang akan dikatakan Luhan kepada Sehun. Dia yang kebetulan tengah tertidur kini terbangun karena perdebatan kecil antara Luhan dan Sehun yang hanya mempermasalahkan Jendela.

Kompak Luhan dan Sehun kini membungkam kedua mulutnya. Bila Kai sudah marah karena tidurnya diganggu. Itu akan terdengar menakutkan.

Luhan kini hanya menujukkan kemarahannya dengan terdiam dengan pipi yang keduanya sengaja dia kembungkan dan mata yang enggan menatap Sehun disampingnya. Sehun sesekali melirik Luhan yang masih berekspresi sama. Bila dia marah yang paling menonjol adalah sisi keimutannya yang akan terlihat semakin menggemaskan.

Baiklah. Kali ini Sehun benar-benar kalah. Ekspresi seperti itulah kelemahannya. Dia tidak pernah bisa untuk berlama-lama marah kepada Luhan.

Dengan sekali gerakan Sehun menekan tombol otomatis yang terletak ditengah-tengah kursi mereka. Membuat Jendela yang ada disamping kanan Luhan kini terbuka sedikit dan dengan cepat angin malam kini semakin masuk melingkupi mobil tersebut.

Luhan terusik dan kini menatap Sehun yang tersenyum aneh dihadapanya.

"Kenapa dibuka?"

"Bukannya gege menginginkannya?"

"Bagaimana dengan yang lain?" Tanya Luhan yang kini tersadar akan angin yang menerpa kulit tubuhnya ternyata benar-benar dingin. Mungkin member lain yang satu mobil dengannya akan terganggu juga akan keinginan konyolnya untuk membuka jendela mobil.

"Tenanglah. Mereka sudah terlelap dengan tidurnya masing-masing. Lagipula mereka menggunakan jaket tebal."

"Kau benar." Luhan menyetujui.

Luhan menatap kearah luar jendela mobil. Suasananya begitu sepi tidak seperti biasanya. Tapi tetap dia masih menikmati suasana Kota seperti ini. Begitu indah hingga membuatnya tersenyum ketika dia menutup matanya dan merasakan hembusan angin menerpa setiap kulit wajahnya. Begitu menyegarkan.

Sehun yang masih bertahan kini menatap Luhan yang saat ini menutup mata indahnya. Bagaimana bisa Luhan mengelak bahwa kenyataannya wajah Luhan memang benar-benar cantik. Apalagi di sudut pengelihatan Sehun. Siapapun akan yakin Luhan bukanlah seorang Namja melainkan Yeoja—Luhan benar-benar tidak cocok untuk dipanggil Ssangnamja.

Shhhhh~

Sapuan angin yang begitu keras kini benar-benar dapat Sehun rasakan hingga membuat tubuhnya benar-benar merinding. Dia masih tidak habis pikir bagaimana bisa Luhan menyukai angin malam seperti ini. Dan yang bisa Sehun lakukan adalah semakin merapatkan jaket tebalnya dengan kedua tangan dia masukkan kedalam saku jaket.

Luhan tersadar dengan usikan kecil itu kini melirik Sehun yang kini menggigil menahan dinginya. Sedikit Luhan tersenyum menyadari kembali kecerobohannya. Perlahan dia kembali menutup Jendela mobil itu rapat menghentikan suhu dingin yang memasuki mobil tersebut.

"Dingin ya?" Tanya Luhan dengan kekehan kecil melihat ekspresi Sehun yang selalu menunjukkan wajah datar seperti biasanya.

Luhan meraih satu tangan kanan Sehun yang tadi tersembunyi di balik saku jaketnya. Menggenggamnya erat dan kini kedua tangan Luhan ikut menangkup tangan Sehun yang memang dingin. Luhan dengan begitu perhatiannya menggesekkan kedua tangannya dengan tangan Luhan hangat. Sesekali juga dia meniup tangan itu untuk member efek kehangatan.

"Mulai merasa hangat?"

"Ya.. sedikit ge. Gomawo." Balas Sehun yang diikuti senyuman. Dan tentunya mereka tidak sadar dengan tatapan lain yang menatapnya tidak suka dari belakang. Tentu saja itu Kai.


"Sehun-ah! Bisa kau tutup Jendelanya. Dingin sekali!" Protes Baekhyun yang kini menyadarkan Sehun dari kenangan indahnya bersama Luhan.

Sehun menatap Baekhyun yang kini mengedip-ngedipkan matanya yang baru terbangun dengan begitu lucu juga gerakan kecil dia yang semakin merapatkan jaket untuk menghindar dari suhu dingin yang dia rasakan.

"Maafkan aku hyung. Tadi aku sedikit pusing." Jawab Sehun yang kembali menutup jendela mobil rapat.

"Kau sakit?" Tanya Suho yang seolah kini tertarik dan melepaskan pandangan dari ponsel yang sedari tadi dia mainkan.

"Tidak. Aku baik-baik saja hyung." Ucapnya kembali dengan senyuman memastikan Suho yang setiap saat selalu menghkhwatirkannya.

Aku ingin bertemu denganmu ge.


Seperti biasa disaat waktu senggang mereka. Masing-masing member akan melakukan aktifitas yang disukainya secara pribadi. Namun hingga selarut ini. Kedua maknae EXO ini masih tetap asyik dengan kegiatannya untuk bermain game di ruangan tengah. Meninggalkan hyung-hyungnya yang mungkin kini sudah terlelap nyaman dengan tidurnya masing-masing.

Kai yang biasa tidur setiap waktu kini terbangun di tengah malam. Beruntunglah saat dia keluar kamar dia menemukan Sehun yang juga tengah berbaring sendirian di ruang tamu. Entah apa yang dia lakukan karena biasanya Baekhyun lah yang sering tidur di ruang tamu. Selagi memiliki teman untuk begadang akhirnya Kai mengajak Sehun untuk menghabiskan waktu dengan bermain game.

Keadaan yang hangat penuh canda dan tawa mengalir begitu saja diantara mereka berdua. Hingga akhirnya sebuah deringan dari ponsel Sehun mengganggu aktifitas keduanya yang saat itu tengah bermain game football.

Sehun melirik ponselnya yang tidak jauh ada di sampingnya. Melihat nama yang tertampil diponselnya, dengan sigap dia menarik ponselnya dan buru-buru mengangkatnya dengan senyuman lebar yang tidak bisa dia sembunyikan lagi—panggilan dari Luhan.

"Gege!" Ucap Sehun senang dengan penuh semangat meskipun suaranya sengaja dia kecilkan agar tidak memabngunkan dan mengganggu hyung lainnya.

Sehun melirik kearah Kai. Dia menempelkan telunjuknya tepat dibibirnya member isyarat agar Kai diam. Seolah mengerti, Kai hanya memutar kedua bola matanya dan mengangguk menuruti perintah Sehun.

"Tunggu sebentar ge."

Tidak butuh hitungan detik kini Sehun sudah beranjak dari tempatnya tadi dan berpindah kesudut ruangan dengan Earphone kesayangannya yang sudah terpasang di kedua telinganya. Kai yang menatapnya hanya bisa mendesis kecil.

"Kau baru menghubungiku ge. Pasti kau sangat sibuk ya?"

"Ya.. aku harus melakukan banyak scene syuting akhir-akhir ini."

"Kupikir gege sedang malas untuk membalas pesanku yang sudah hampir 5 hari ini kukirimkan."

"Maaf. Aku tidak sempat membuka pesanmu. Maaf kan aku ya Sehunnie?"

Sehun sedikit tersenyum ketika Luhan menyebutkan nama panggilan kesayangannya. Begitu manis. "Ya, aku memaafkanmu ge."

"Kau belum tidur? Bagaimana dengan yang lain? Apa mereka tahu aku menghubungimu?"

"Tidak. Aku tidak bisa tidur. Dan jangan khawatir semua member telah tertidur kecuali aku dan Kai. Kami berdua sedang bermain game karena kita tidak bisa tidur."

"Hmm.. begitu. Baguslah."

Beberapa detik keheningan mengisi diantara mereka berdua. Seolah tidak ingin ada yang memulai tapi kebisuan tidak dapat dibiarkan terlalu lama. Apalagi mereka sangat jarang untuk saling menelpon dan mengobrol bersama. Bahkan waktu yang mereka butuhkan hanya kurang dari 30 menit saja. Tidak lama.

Sehun sejenak berpikir. Mungkin saat ini adalah saat yang tepat untuk mengatakan keinginannya yang selama berhari-hari ini memenuhi pikiran dan hatinya. Apapun jawabannya nanti akan dia terima.

"Ge, aku menginginkan sesuatu." Ucap Sehun yang memulai pembicaraan kembali lebih dulu.

"Apa itu?"

"Beberapa hari lagi merupakan hari ulang tahunmu. Aku ingin memiliki sebuah harapan di hari ulang tahunmu ge."

"Maksudmu? Aku tidak mengerti dengan apa yang kau bicarakan."

"Aku..," Sehun sedikit gugup mengatakannya namun sudah terlanjur. Dia harus mengatakannya juga. "Aku ingin bertemu denganmu ge."

Hening. Tidak ada jawaban sama sekali. Entah apa yang dipikirkan Luhan saat ini namun apa yang diinginkan Sehun memang berat. Meski sebenarnya dia juga ingin bertemu dengan Sehun. Dia begitu sangat merindukannya.

"Tapi Sehun kau tau kan kalau ini akan sangat sulit."

"Tapi aku ingin melewati bulan April ini bersamamu ge. Biasanya kita selalu bersama-sama, merayakan ulang tahun bersama bahkan meniup lilin bersama. April tahun lalu kita masih bisa melakukannya lalu kenapa tidak dengan tahun ini? Aku ingin melewatinya bersamamu ge."

"Sehun.." Suara Luhan kini terdengar sedih.

"April adalah bulan kita ge. Kita bisa melewatinya kembali tahun ini kan ge?"

Tidak ada lagi suara diantara mereka selain suara dentingan jam yang bisa Sehun dengar di ruang tamu yang kini tengah ditempatinya. Dia sadar permintaanya sangat konyol dan bahkan jauh kearah mustahil. Tapi apa salahnya kalau dia berharap. Dia memang benar-benar ingin bertemu dengan Luhan karena dia sangat merindukannya.

"Baiklah. Aku akan mengusahakan kalau kita akan bertemu."

"Benarkah Ge?" Tanya Sehun tidak percaya. "Jangan bercanda ge. Aku tidak ingin ini hanya sebuah lelucon."

"Aku tidak berbohong. Aku benar-benar berjanji untuk menemui. Kita akan bertemu. Ya. April tahun ini kita akan melewatinya bersama."

"Gege.." Sehun masih tidak percaya.

"Aku yang akan mengusahakannya Sehun. Percayalah.." Luhan meyakinkan.

"Terimakasih ge.. terimakasih.. aku benar-benar merindukanmu."


Sehun kini telah kembali. Dia duduk ditempatnya yang tadi dia tinggalkan dan kini dia menatap Kai yang tengah serius bermain gamenya sendiri, tetap dengan tim favoritnya—Chelsea.

"Serius sekali." Ucap Sehun mencoba mengajak bercanda Kai yang nampak benar-benar serius menatap Tv dengan tangan dan jari-jarinya yang tidak henti-hentinya menekan keras stick PS yang ada digenggamannya.

Namun Kai masih tetap diam tidak menjawab ucapan Sehun. Dia masih sibuk dengan pikirannya sendiri—bukan game—melainkan Sehun dan Luhan. Tentunya dia cemburu saat ini.

Sehun meraih stick PS lain dan kini ikut bermain melanjutkan pertandingannya yang sempat dia tinggalkan. Sama sekali tidak ada suara yang keluar dari kedua mulut mereka selain suara stick PS yang memenuhi telinga mereka.

"Kalian membicarakan apa? Tumben lama sekali kalian mengobrol." Ucap Kai kini memilih membuka suaranya untuk membuang kejenuhan karena keheningan yang sedari tadi dia buat.

"Tentang sesuatu hal yang membuatku bahagia." Ucapnya tanpa melepas pandangan dari layar TV begitupula dengan Kai.

"Membuatmu bahagia? Apa itu?" Kai bertanya penasaran.

"Berjanjilah jangan mengatakannya kepada siapapun apalagi Xiumin dan Lay gege."

"Baik. Kau memegang janjiku. Katakanlah."

"Aku akan bertemu dengan Luhan hyung secepatnya."

Kai menghentikan permainannya dan kini menatap Sehun tidak percaya. "Tidak mungkin." Jawab Kai lagi menanggapi ucapan aneh Sehun kepadanya.

"Ini kenyataan Kai. Dia yang telah berjanji untuk menemuiku."

"Dan kau percaya dengan apa yang dikatakannya?"

Sehun merasa sedikit risih dengan apa yang dikatakan Kai kepadanya sehingga dia juga ikut behenti memainkan permainannya dan menatap Kai yang kini juga menatapnya begitu tajam.

"Tentu saja aku percaya. Dia yang berjanji kepadaku."

"Dimana dia ingin menemuimu di Korea? Kau bodoh Sehun!" Bentak pelan Jongin kepadanya.

"Apa maksudmu dengan aku bodoh?" Dia tidak terima.

"Tentu saja kau bodoh! Kau tidak ingat kalau kasusnya masih belum selesai. Dia tidak akan semudah itu memasuki Korea. Begitu juga dengan kau! Kau tidak akan semudah itu menemuinya bila kau berada di Cina."

"Tapi dia benar-benar mengata—"

"Apa yang kau pikirkan hingga mempercayai perkataanya begitu saja? Bila kau percaya berarti itu benar bahwa kau memang benar-benar bodoh!" Bentak kembali Jongin yang kini diikuti dengan emosi yang sedari tadi mencoba dia tahan.


To Be Continued


Kangen HunHan! *teriak

Bulan April bulannya Hunhan kan yah. Selagi melepas rindu dan juga tentunya Baper-baperan. Jadilah nulis ini fanfic. Ya .. Special gifth Birtdaynya Hunhan sih ya.. sama temu kangen Hunhan Shipper.

Mind to RnR? Thank you for reading my fanfic.

Salam blossom~