Jika saja ada satu kesempatan untuk bisa mengubah semuanya, aku akan mempertaruhkan untuk itu. Tapi, sayang sekali –daun yang jatuh berguguran tak akan pernah bisa bersatu kembali dengan pohonnya.
Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto
Warning : Gaje, OOC, misstypo(s)
A/N: Terinspirasi dari novel Autumn In Paris © Ilana Tan
Genre: Romance & Hurt/Comfort
Pairing: SasuSaku
Rate: T
.
.
Autumn
"Sakura, tunggu!" panggil seorang pria berambut jabrik berwarna kuning dari kejauhan sambil menginstruksikan orang yang ia panggil agar tidak beranjak dari tempatnya. Pria berambut jabrik itu kemudian mendekat.
"Jangan pergi dulu Sakura, bisa aku bicara sebentar denganmu?" ujar pria berambut jabrik itu melanjutkan ucapannya pada wanita yang ia panggil dengan nama Sakura.
"Ada apa Naruto-kun? Aku sudah lelah dan aku ingin beristirahat," jawab wanita berambut pink sebahu itu dengan nada malas pada pria jabrik itu, Naruto.
"Tapi sebentar saja tidak sampai satu jam, aku mohon." Wajah Naruto memelas sambil memohon pada Sakura. Wanita yang menjadi pujaan hatinya sejak ia menginjak bangku SMA.
"Baiklah baiklah aku akan dengarkan," ucap Sakura dengan nada agak sinis sambil mengerutkan dahinya. Tanda ia serius ingin mendengarkan perkataan dari Naruto.
"Eh anoooo, bagaimana kalau kita makan bersama? Aku yang traktir, restauran apapun aku pasti sanggupi." Naruto memohon dengan wajah yang semakin memelas.
"Apa kau yakin?" Sakura menjawab dengan nada penuh keraguan sambil tersenyum jahat. "Baiklah jika kau memaksa, traktir aku di restauran yang baru buka di seberang Jalan Hashirama, bagaimana?" tantang Sakura pada orang yang mengajaknya makan bersama.
Sedangkan orang yang ditantang menunjukkan wajah pucat. Wajah Naruto tiba-tiba pucat pasi, mengingat restauran yang Sakura sebutkan adalah restauran yang terkenal selain karena rasa makanannya yang lezat tetapi juga karena harganya yang cukup tinggi dan mungkin Naruto tidak sanggup membayarnya.
"Ehh disana ya? Bagaimana ya Sakura," ucap Naruto ragu dan wajahnya tampak bingung.
"Kau bilang restauran apapun itu kau akan menyanggupi?" ucap Sakura menagih perkataan pria mengajaknya makan bersama. "Jika kau tidak mau, aku pulang saja." Sakura melanjutkan ucapannya sambil tersenyum jahat. Berharap Naruto akan menyerah. Saat Sakura hendak beranjak Naruto tersadar dari rasa bingungnya.
"Matte, baiklah baiklah kita pergi ke restauran itu sekarang," ucap Naruto dengan gaya yang dibuat seyakin mungkin, berusaha menahan Sakura agar tetap mau pergi makan bersama dengannya. Namun di sisi lain Naruto bergulat dengan batinnya sendiri. "Hmm.. bagaimana aku membayar semua makanan yang dipesan nanti, padahal gaji bulan ini baru saja aku dapatkan," batin Naruto bicara. "Apa yang kau pikirkan baka! Uang bisa dicari, yang penting sekarang adalah berkencan dengan Sakura! Mimpimu sejak SMA akan terwujud! Hehe." Suara hati Naruto kini yang berbicara berusaha meyakinkannya.
.
.
Naruto dan Sakura telah sampai di restauran yang cukup ramai pengunjung. Mereka disambut oleh seorang pelayan yang ramah. Dan begitu masuk ke dalamnya, Naruto dan Sakura dibuat tercengang. Restauran dengan tampilan begitu mewah dan desain yang menakjubkan. Tempat duduk yang terlihat agak klasik namun terlihat mewah dengan penataan yang rapi menunjukkan kelasnya yang tinggi. Lampu-lampu kristal terlihat di langit-langit menambah sempurna restauran di seberang Jalan Hashirama itu.
"Apa aku bisa membayar semua makanan yang dipesan di restauran semewah ini?" pikir Naruto penuh keraguan. Seolah kembali pada pergulatan batinnya yang tadi. Namun ia harus menjaga image-nya yang susah payah ia tunjukkan pada wanita pujaannya. Naruto kemudian sadar dari pikirannya.
"Sakura mari duduk disana?" ajak Naruto sambil menunjuk meja kosong di sebelah dinding kaca yang menunjukkan pemandangan Jalan Hashirama pada Sakura yang tengah melihat sekeliling restaura.
"Baiklah," jawab Sakura menerima ajakan Naruto.
Mereka kemudian duduk dan memesan beberapa makanan yang terlihat lezat dan minuman yang segar.
.
.
Satu setengah jam telah berlalu bagi mereka menghabiskan waktu untuk menghabiskan makan malam di restauran mewah itu. Naruto pun kemudian memanggil seorang pelayan dan seorang pelayan pun menghampiri mereka untuk memberikan tagihannya.
"Ini Tuan, tagihannya." Pelayan itu dengan sopan memberikan kertas kecil berisi angka yang harus dibayar pada Naruto.
"Naniiii!" Naruto begitu kaget melihat angka-angka yang berbaris rapi di kertas kecil yang ia pegang. Wajahnya pun menjadi pucat.
"Ada apa Naruto?" tanya Sakura dengan nada yang dibuat kaget dan sepertinya Sakura sudah mengetahui ekspresi yang akan di tunjukkan Naruto saat melihat angka-angka itu.
"Nandemonai Sakura-chan," jawab Naruto sambil tersenyum kecut karena memikirkan gajinya bsebulan yang akan habis hanya dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam.
Setelah membayar semuanya, Naruto terlihat lemas dan Sakura tersenyum puas melihat Naruto dengan wajahnya yang pucat.
"Naruto, daijobu? Kau begitu lemas," tanya Sakura sambil memandang wajah Naruto yang masih agak pucat.
"Hehe, daijobu Sakura-chan aku hanya kekenyangan saja," jawab Naruto dengan nada yang dibuat semanis mungkin. Seolah ia baik-baik saja.
"Nah, kalau begitu kita berpisah, jaa matta ne Naruto-kun dan terima kasih atas makan malamnya," ucap Sakura yang akan beranjak dari tempat duduknya.
CUP!
Dan tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di pipi Naruto. Naruto hanya terdiam setelah kejadian yang terjadi beberapa detik itu.
"Sampai jumpa di kantor Naruto-kun!" Sakura berpamitan dengan senyum manisnya pada Naruto yang masih tidak sadar lalu beranjak hendak pulang. Sesaat kemudian Naruto antara sadar dan tidak sadar dengan apa yang terjadi.
"Apa itu tadi? Apakah hanya mimpi? Apakah ini nyata?" Naruto akhirnya benar-benar sadar dengan apa yang terjadi. "Yeay!" Naruto pun melompat kegirangan seteelah sadar bahwa orang yang mencium pipinya tadi adalah wanita pujaan hatinya.
.
.
TO BE CONTINUE..
