THIS IS A FAN FICTION ABOUT SEVENTEEN PAIRING: JEON WONWOO & KIM MINGYU

AN ACCIDENT

Main Cast : Jeon Wonwoo (As the Girl)

Kim Mingyu (As the Boy)

Length :Chaptered

Genre : Genderswitch, Romance,School life.

Rating : Teen. PG [13+]

Author : Alham Baskoro

Word (s) : WORK IN PROGRESS

Page(s) : WORK IN PROGRESS

Writted since : November 8th 2015

Disclaimer : this is just a fiction story about SEVENTEEN pairing Jeon Wonwoo&Kim Mingyu. The real characters is belongs to the greatest God, ©PLEDIS ENTERTAINMENT, SEVENTEEN, and their Parents. I just borrow their name. of course the storyline is mine . DO NOT COPY MY STORY

WARNING : BAHASA CAMPUR SARI….

.

.

.

.

.

"Potongan suku bunga berubah menjadi enam juta won."

"Tapi, pak? Kenapa enam juta won?"

"Itu kan sudah ditambah dengan modal awal. Jadi ia perlu membayar enam juta enam ratus won. Karena diskonto yang dipotong itu satu juta enam ratus won." Aku ikutan menyela sambil sibuk mencatat apa yang guru Lee tulis di papan tulis; rumus suku bunga dan cara menentukan diskonto.

"Benar! Jadi, jumlah suku bunga terakhir selalu ditambah dengan modal awal." Itu kata kata terakhir dari guru Lee sebelum bel pergantian jam berteriak nyaring dan membuat seluruh penghuni kelas menghela napas lega. Pria tua berkacamata tebal itu ikutan bernapas lega. Siapa juga yang tidak lelah berbicara dan mengajar di kelas yang bahkan tingkat intensitas kepeduliannya terhadap materi pembelajaran tidak melebihi dari lima orang?

"Tumben kamu ngerti pelajarannya." Teman sebangkuku nyeletuk. Aku hanya membalasnya dengan mengangkat bahu tidak peduli lalu membungkuk untuk menghormati guru Lee yang sudah berjalan keluar. Diikuti aku dan teman sekelasku tentunya. Moving class membuatku harus menyiapkan energi lebih untuk bisa bolak balik mulai dari lantai satu sampai empat. Meskipun dua lift disamping toilet cukup membantu, tapi apa salahnya jika sekolah ini tidak perlu menerapkan sistem moving class? Maksudku, sekolah ini mempunyai empat gedung yang membentuk segi empat. Disetiap gedung mempunyai lift yang terletak disamping toilet siswa. Tapi, kami terkadang harus pindah dari lantai satu gedung yang berada di sebelah utara menuju lantai tiga yang berada di gedung sebelah selatan. Cukup kakiku yang kecil dan kurus ini mungkin bisa bertambah kurus karena olahraga kaki yang hampir setiap satu jam sekali aku lakukan. Kadang tiga, kadang juga empat jam sih tergantung lamanya pelajaran.

"Woy! bengong aja. Ayo pindah ke laboratorium! Aku nggak sabar buat praktik bikin es dari gula batu."

"Kita bukan mau praktik membuat es dari gula batu. Tapi menguji titik beku—."

"Ya ya dan ya. apalah terserah katamu. Jangan lelet jadi perempuan deh." Alih alih terlalu bersemangat, perepuan kurus yang merangkap sebagai sahabatku itu malah menarik pergelangan tanganku untuk segera keluar dari kelas. Sakit sih, tapi mau bagaimana lagi? aku memang tidak terbiasa dengan hal hal semacam terburu buru atau berlari lari heboh untuk mendapat bangku paling belakang saat ulangan tengah semester. Itu hal yang paling kekanakan.

"Jeonghan-ah, pelan pelan." Aku sedikit menjerit saat Jeonghan memaksa masuk ke dalam lift dan menyebabkan backpack jansport biru tua kesayanganku hampir terjepit di pintu lift yang mulai menutup. Suasana hening, dan aku bisa melihat Jeonghan yang masih bersemangat. Perempuan yang mewarnai rambutnya menjadi pirang itu bahkan senyum senyum sendiri sambil terus memperhatikan tombol lift yang menyala.

"Sebenarnya, apa sih yang bikin kamu terlalu bersemangat untuk praktik kimia kali ini?" Akhirnya aku bertanya karena penasaran. Suara ting membuat perhatianku teralihkan sebentar, begitupula dengan Jeonghan. Tempatnya para kutu buku dan calon dancer mulai terlihat begitu pintu lift perlahan bergeser; lantai dua. Ada dua anak laki laki –kalau menurutku sih, mereka itu calon dancer— mencoba masuk ke dalam lift, tapi suara peringatan berbunyi. Itu tandanya lift ini penuh. Kedua calon dancer tadi menekuk wajahnya sebal dan beranjak keluar lift.

'Haha. Emang enak?' aku membatin jahat. Salahkan saja pihak sekolah yang hanya membeli dua lift di setiap gedung dengan ribuan siswa yang berpindah kelas setiap jamnya.

Pintu lift kembali menutup dan aku kembali menanyakan hal yang sama pada Jeonghan. Jeonghan sedikit mengerutkan dahinya setelah aku menyelesaikan pertanyaan. Antara bingung atau ia merasa terganggu dengan beberapa orang yang mulai mengeluarkan aroma tidak sedap dari tubuhnya. Lucu sih, tapi memang faktanya begitu.

"Aku hanya tidak sabar melihat bagaimana partikel air yang mengandung kadar glukosa tinggi itu membeku." Jawabnya simpel namun agak mencurigakan. Aku bisa melihat senyumannya yang aneh. Ia seperti sedang berkhayal. Ah, masa bodoh lah. Yang aku pikirkan saat ini adalah keluar dari kerumunan orang orang ini begitu lift sudah berada di lantai tiga.

Ting.

Pintu lift terbuka, tapi aku dan Jeonghan masih berusaha keluar sebab ada dua orang guru yang kelebihan berat badan di depan pintu menghalangi jalan kami. Sebenarnya, ini bukan salah mereka, tapi salah tumpukan lemak menggelambir yang ada di perut mereka. Bayangkan, kami, dua orang anak perempuan yang mempunyai tubuh langsing dan hanya membawa backpack berukuran sedang, tidak bisa melewati celah yang diberikan oleh dua orang guru tadi. Padahal keduanya sudah sedikit bergeser kesamping.

Sedikit bersuah payah, akhirnya kami bisa keluar dari sesaknya lift itu. kami melanjutkan perjalanan dengan sedikit berjalan menelusuri lorong. Itu karena memang laboratorium ipa ada di ujung lorong lantai tiga. Dari kejauhan, aku belum menemukan satupun anak kelas tingkat dua keluar dari laboratorium. Sedikit mengeryit heran, lalu aku berlari kecil untuk bisa melihat keadaan di laboratorium. Gaduh, dan pintunya masih tertutup. Tak lama, Jeonghan datang disusul beberapa anak laki laki kelas kami.

"Kenapa belum masuk?" Jeonghan menghampiri lalu berdiri disamping pintu. Kedua tangannya masih setia menggenggam sweater cokelat di depan dada.
"Ini, kayaknya mereka masib betah."

"YANG DI DALAM ! WAKTUMU SUDAH HABIS! DEMI TUHAAAAANNN!." Salah satu anak laki laki kelas kami berteriak. Membuat beberapa teman kami tertawa dan adik kelas di dalam semakin menjerit panik

"Hansol-ssi, bersikaplah lebih sopan." Tegur Jeonghan sambil memainkan ujung rambutnya; centil.

"Ingin menggodaku, nona Yoon?" Anak laki laki blasteran itu sedikit mengigit bibir bawahnya sambil memojokkkan Jeonghan. Melihat reaksi tak terduga dari Hansol, Jeonghan terkejut dan ia reflek menyikut perut Hansol. Membuat sang empunya menjarit kesakitan. Sebenarnya Jeonghan tau itu hanya akting. Hey, mana ada atlet basket yang populer seantero sekolah akan menjerit kesakitan hanya karena disikut oleh seorang gadis?

"Ah, ayo masuk!"

Seluruh anggota kelas kami tiba tiba nyelonong masuk ketika sang ketua kelas berorasi singkat— dan kebetulan pintu laboratorium juga perlahan terbuka.

"OY! AKU BELUM NOMOR 4! BAGI DONG!"

"YAK! SEUNGCHEOL-AH, AKU BELUM SELESAI MENGISI NOMOR TUJUH."

"EH, YANG NOMOR SEPULUH SUDAH MANA MANA?!"

Oh, pantas daritadi gaduh. Lagi ulangan harian kimia. Memang nasib jadi pelajar. Eh tapi, di meja guru nggak ada satupun yang jaga. Kecuali tiga orang anak perempuan yang sama sama berada di tingkat dua.

"WOY JEONGHAN-AH, TEMPATIN DI BANGKU NOMER TIGA DARI BELAKANG YA!." Aku ikutan berteriak untuk membuat suasana semakin gaduh. Hehehe.

"Semuanya kumpulkan!" salah satu anak perempuan berbaju biru kotak kotak didepan itu menjerit kesal. Warna kulit wajahnya sudah berubah menjadi merah padam layaknya kepiting rebus.

"SEBENTAR SEBENTAR. SEDIKIT LAGI!"

Aku ikut prihatin. Pasalnya, dulu sewaktu masih di tingkat satu dan dua, aku juga pernah mengalaminya. Kakak kelas yang tidak tahu diri dan nyelonong masuk untuk cepat cepat menentukan tempat duduknya; padahal kami para adik kelas tengah memperjuangkan hidup mati kamu untuk bisa mengisi semua jawaban di ketas ulangan itu. huft.

"KALIAN KAKAK KELAS TIDAK TAHU DIRI. ADIK KELASNYA MASIH ULANGAN TAU!" Aku menjerit disela sela kegaduhan, dan itu berhasil mengalihkan perhatian para adik kelas termasuk juga teman temanku. Aku berjalan dengan anggun menuju tempat duduk lalu menaruh tas diatas meja.

"Kakak kelas nggak tahu diri? Kenapa kamu juga ikutan masuk?"

"Wonwoo-ah, mending kamu diam. Jangan ikut berkomentar."

Sekali lagi aku mengangkat bahu tidak peduli dan berjalan keluar. Niatnya sih ingin mengajak Jeonghan pergi ke kantin, tapi sesuatu membuatku berhenti lalu berpikir sebentar.

"Oh, pantas kamu semangat banget buat pratik kimia kali ini."

Aku melihat Jeonghan yang sedang begong. Aku tahu arah tatapannya; salah satu anak laki laki berambut hitam dan bermarga Choi. Choi Seungcheol lebih tepatnya. Jeonghan masih belum sadar dari lamunannya sampai aku sedikit mencubit bagian perutnya.

"Aw! Apa sih? Ganggu banget." Kata Jeonghan sebal lalu aku segera menarik lengan anak perempuan kurus itu keluar dari tempat duduknya. Cacing cacing di perutku sudah tidak bisa ditolerir lagi. Seakan mereka sudah mengadakan demo untuk segera diberi makan.

"Ayo ke kantin! Aku lapar dan kamu harus mentraktir aku seporsi tteokbokki sebagai cemilan."

"Wonwoo-ah, kenapa kamu selalu menganggu saat saat terpenting dalam hidupku?" Jeonghan mencicit sebal karena tangannya ditarik olehku. Balas dendam ceritanya.

"Berisik. Lebih baik—."

BUAGH

"Itu hukuman buat orang yang berani ngegombalin kekasih orang."

Ketika aku baru setengah perjalanan –tepatnya lima meter dari pintu, aku langsung menyaksikan ada salah dua anak laki laki yang berkelahi. Oh my God. Baru kali ini aku melihat perkelahian secara nyata. Ya walau hanya sekadar anak laki laki pendek berambut pirang belah tengah yang menonjok pipi anak laki laki lainnya. Aku bisa mengetahui anak laki laki berambut pirang itu, namanya Kwon Soonyoung. Dan Kim Mingyu yang menjadi korban penganiayaaan.

Tiba tiba hening, Aku dan Jeonghan terbengong sesaat sampai suara Mingyu yang berat mulai memecah keheningan disekitar kami.

"Kau tau, aku tidak bermaksud untuk menggombali kekasihmu." Mingyu mengusap usap pipinya yang sedikit bengkak karena tinjuan sekonyong konyong dari Soonyoung

"Kau keras kepala." Soonyoung maju dan hampir memukul kepala Mingyu sebelum salah satu adik kelas dari dalam laboratorium datang ke tengah tengah untuk melerai –itu Seungcheol dan tentu kalian tau aku jadi semakin terpaku karena Jeonghan sama sekali tidak mau bergerak dari tempatnya.

"Aku tidak bermaksud untuk menggombali Jihoon, sumpah. Aku hanya berterima kasih dan hanya memujinya manis."

"Tapi aku tidak suka caramu menatap Jihoon dan memujinya manis, keparat!." Soonyoung masih bersikeras untuk maju dan ingin menghantam wajah tampan Mingyu dengan bogem mentah. Tunggu, apa aku bilang Mingyu itu tampan tadi?

"Ya! Ya! Ya! sabar, Kwon Soonyoung-ssi. Aku yakin memang Mingyu mempunyai tatapan mesum seperti itu sedari lahir." Seungcheol mencoba melawak sambil terus memegangi kdua tangan Soonyoung ke belakang layaknya tersangka kriminal. Sangat tidak tepat waktu. Aku pikir dia sangat bodoh. Bagaimana Jeonghan melirik orang seperti dia? Aku tidak pernah habis pikir.

"Kalau itu menyakiti hatimu, aku minta maaf sebagai lelaki. Aku tidak mau mempunyai musuh satupun." Itu Mingyu yang berinisiatif untuk meminta maaf terlebih dulu. Soonyoung mulai tenang dan seperti kepalanya tertimpa ratusan keping salju; kepala dingin.

Soonyoung melirik uluran tangan Mingyu tanpa minat sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menjabatnya—dengan tidak rela.

"Apa aku harus meminta maaf pada Jihoon juga?." Seringai jahil di bibir Mingyu muncul dan itu mengundang kelopak mata Soonyoung yang sipit untuk memelototinya.

"Ya! jangan coba coba!." Soonyoung berteriak kesal dan dibalas dengan teriakan juga oleh Mingyu yang sudah berlari menjauh.

"Maaf, aku hanya bercanda!"

.

.

.

.

.

"Jihoon-ah. Apa kau tau?."

"Hmmm?"

"Tadi, aku lihat Soonyoung oppa berkelahi dengan seseorang."

Jihoon melirik seseorang yang tiba tiba duduk disampingnya tanpa minat sambil terus menguyah beberapa sumpit ramyeon pedasnya.

"Aku sudah terbiasa dengan berita seperti ini, Jisoo-ah. Biarkan saja."

.

.

.

.

.

"Jadi, Kim Mingyu menyukai Lee Jihoon?"

"Kupikir begitu, Wonwoo-ah."

Selamat tinggal untukku. Jihoon yang imut, cantik dan manis mana pantas disandingkan denganku? Sepertinya Mingyu positif mempunyai tipe yang imut dan mempunyai banyak aegyo untuknya. Kalau begitu, aku akan berusaha!

TO BE CONTINUED / END (?)

A/N:

HYAAAAA APA APAAN INI ! GUA BAWA TULISAN NGGAK JELAS, NGGAK BERMUTU DENGAN BAHASA CAMPUR SARI PULA HADEUH /TEPOK JIDAT/. SEPERTI BIASA GUA BAWA PAIR KESUKAAN GUA YAITU MEANIE. BARU BARU INI GUA JUGA LAGI SUKA SOONHOON WKWKWKWK SOALNYA MEREKA BERDUA CUTE BINGGOW MAKANYA GUA MASUKIN JUGA KE FANFICT INI. ASTAGA JESUS T^T

SEMOGA YANG BACA GA MUNTAH MUNTAH YA NGELIAT AKSI SOONYOUNG YANG SOK JADI PAHLAWAN KESIANGAN HAHA /DIGAMPAR SOONYOUNG/ INI KEJADIAN REAL YANG DIALAMI GUA HARI SABTU KEMAREN. ADA ADEK KELAS GUA YANG BERANTEM GARA GARA CEWEKNYA DI GOMBALIN. HALLLOWWWW. IT'S BE LIKE : EW, R U FUCKIN KIDDING ME? TOO CHILDISH.

EW DARI SITU GUA JIJIK DAN GA SENGAJA BIKIN FANFICT ABSURD INI. DENGAN BUMBU KEBOHONGAN TENTUNYA WKWKWKWK /DIRUKIYAH/ BTW INI PERTAMA KALINYA GUA NULIS FANFICT DENGAN BAHASA YANG CAMPUR CAMPUR LOOOH /GAPENTINGBNGTPLZ/

MINTA PENDAPATNYA DONG, LEBIH BAIK NEXT ATAU END AJA? DISINI PASTI BANYAK TYPO SAMA APALAH APALAH….. GUA BINGUNG ANTARA NEXT ATAU ENGGA SOALNYA KALO RESPONNYA DIKIT GA BAKAL GUA NEXT. SENGAJA KAN GUA BIKIN ENDING YANG SELALU MENGGANTUNG? /DIGOROK READERS/ HAHAHAHAHAHA. PENDAPAT KALIAN BISA DITAMPUNG DI KOTAK REVIEW LOOOH. JANGAN NGEDUMEL DALEM HATI AJA, AYOK TUMPAHIN KELUH KESAH KALIAN PAS BACA FANFICT GA JELAS INI DIKOLOM REVIEW. KALO BOLEH MINTA FAVS, SAMA FOLLOWNYA SEKALIAN SIAPA TAU FANFICT INI NEXT CHAPTER /MAMPUS SPOILER/ BHAQZ

UDAH AH….

SINCERELY

NAN GWISHIN KKUM KKOTTO :*

ALHAM BASKORO.