Author: laptop rusak, maaf buat nunggu cerita lain. Tapi ini cuma one shot, kalo laptop udah bener dan cerita lain selesai ini bakalan dilanjutin. Yah ini buat one shot aja dulu hahaha
Ide ini di kepala muncul seminggu yang lalu. Bahkan saya nulisnya aja di google docs coba!
Yah tanpa basa basi…
Disclaimer: Hetalia punya Himaruya Hidekaz
Warning: nama manusia dan negara dipakai
Alfred F Jones the US OF A! (AFJones) Yoo world! Salam kenal, namaku United States of America, panggil America atau Alfred juga boleh
AlfredF Jones the US OF A! (AFJones) Btw akan tampil live di The Colbert Report lusa nanti, don't miss it guys!
Arthur Kirkland (GreatBritainNP) Bagi kalian yang tidak percaya bahwa aku personifikasi England, silakan datang ke Buckingham Palace pada pukul 9 pagi esok
Arthur Kirkland (GreatBritainNP) All of you will get royal treatment tomorrow
Alfred F. Jones atau personifikasi Amerika Serikat menatap layar ponselnya dengan lekat. Ia masih memproses twit yang baru saja ia kirim beberapa menit lalu. Ia akan diwawancarai seperti bintang-bintang terkenal miliknya di acara yang cukup dikenal di wilayahnya. Tangan kanannya kemudian melepas kacamata di wajah, tangan satunya hanya mengusap mata. Ia sangat yakin, sebelum kekacauan tentang personifikasi negara jadi informasi publik sekarang, kegiatan hari kemarin tidak ada yang abnormal, semuanya berjalan seperti biasanya.
Mata birunya lalu pindah dari menatap ponsel ke layar televisi di depannya yang masih menjadikan berita tentang personifikasi negara-negara dunia sebagai berita teratas.
...
Hari x tanggal xx bulan xx tahun 20xx, New York, Amerika Serikat
Seorang pemuda berambut pirang dengan potongan pendek dengan belah bagian depan dan terdapat rambut mencuat tak mau mengikuti arah helai lainnya sedang sibuk membaca kertas yang dibundel menjadi satu dalam dokumen cukup tebal. Ia membaca di atas meja terbuat dari kayu mahoni asli, ekspresi di wajahnya menunjukkan keseriusan yang tinggi. Namun ekspresi serius ini tak lama karena si pemuda memilih berkedip berkali-kali, selanjutnya melepas kacamata yang bertengger di muka. Ekspresi serius ini pun luntur tergantikan muka mengantuk.
Beberapa kali ia memanggut-manggut untuk memperjelas bahwa si pemuda kelelahan dan butuh tidur.
"Oke, aku butuh kopi" ia berdiri dari posisi duduk meninggalkan meja dengan tumpukan dokumen. Sebelum melangkahkan kaki keluar ruangan kerja, ia melakukan peregangan. Membaca laporan sekaligus menandatangani dalam posisi duduk hampir seharian membuat otot sekaligus tulang jadi kaku.
Terdengar suara 'kretuk' saat menarik kedua tangan ke atas.
Membuka pintu, ia berjalan gontai menuju dapur. Beruntung ia sedang tinggal di New York, jika berada di rumah bagian selatan, posisi dapur dan ruang kerja tak berdekatan. Pilihan untuk membeli flat dua lantai memang tak salah.
"Kopi… kopi…" ia bergumam pelan seperti zombie.
Sampai di dapur, dengan sigap pemuda pirang yang benar-benar butuh kopi ini mencari biji berwarna kehitaman dengan harum khas di kabinet dapur. Setelah didapatkan, dengan cepat pula ia ambil food processor untuk menghaluskan biji kopi dan selanjutnya ia proses dalam mesin pembuat kopi. Sekarang, ia hanya butuh menunggu proses dari bubuk menjadi air kehitaman.
Pemuda satu ini memilih untuk duduk di meja makan dengan dua kursi. Ia hempaskan kepala di meja hingga terdengar bunyi nyaring karena memang rasa kantuk sudah tak tertahankan.
Harum kopi mulai menyeruak memenuhi ruangan dapur. Ia mendongak dari posisi telungkup di meja, sebuah senyuman lebar ala bintang Hollywood muncul di muka melihat mesin kopi telah sukses melaksanakan tugasnya. Ia bergidik senang dan mulutnya menyenandungkan dengan pelan sebuah lirik lagu yang jika didengar lebih jelas seperti lagu kebangsaan Amerika Serikat, The Star Spangled Banner sambil mencari mug untuk meminum kopi. Ya, ia minum kopi tanpa gula karena merasa khasiat untuk menghilangkan kantuk berkurang jika diberi pemanis.
Baru saja si pemuda mau menikmati kopi panas mengepul, sebuah ringtone dengan lagu dikenal baik (yang sebenarnya lagu ia senandungkan tadi) terdengar nyaring. Telepon genggamnya ada di ruang depan, sedang ia isi baterainya sehingga bisa terdengar jelas sampai ke dapur.
Ia buru-buru mengambil smartphone di meja kecil dekat televisi flat. Sambil menengguk cairan kafein (ia menjulurkan lidah, kopinya masih panas! Pikir si pemuda), ia lihat identitas si penelepon lewat layar telepon genggam. Ia mendapati direktor CIA menggunakan jalur teraman yang terenkripsi setingkat Pentagon. Langsung saja wajah tenang si pemuda mulai kehilangan warna, perasaan khawatir tinggi mulai menyeruak di kepala.
"Alfred F. Jones di sini, ada keperluan apa?" Ia tanpa basa-basi langsung mempertanyakan tujuan orang dengan salah satu jabatan tinggi di Amerika Serikat meneleponnya, sebenarnya gaya bicara ia sekarang keluar dari karakter si pemuda karena biasanya ia akan menjawab dengan nada seperti bocah SMA. Melihat pengamanan untuk menelepon cukup tinggi, ini sih sudah masuknya gawat (setingkat kejadian Krisis Misil Kuba dulu sekali, ia dan mantan musuhnya Uni Soviet -Russia- ia koreksi dirinya sendiri hampir membuat perang nuklir pecah). Jadi, ia lupakan gaya khasnya dan memilih untuk serius.
"Apa kau sudah melihat televisi, America?" Yah, benar dugaannya, sudah bukan gawat lagi. Pasti ada kejadian berbahaya kalau sampai laki-laki paruh baya yang menelepon memanggil nama aslinya.
"Belum, lagipula ini masih… jam 10 pagi? Aku sudah tidak tidur dua hari terakhir jadi langsung saja, ada masalah apa?" Walaupun America lebih memilih untuk meminta direktor CIA menjelaskan secara langsung apa keadaan gawat yang dimaksud, tangan satunya meletakkan kopi dan mengambil remote televisi karena perkataan sang direktor.
Bersamaan menyalanya layar televisi, direktor yang terdiam dengan wajah tak nyaman (kalau ia memilih menelepon dengan video call kita bisa melihat laki-laki paruh baya sedang menelan ludah) mulai membuka mulut memberikan informasi penting.
Bersamaan dengan suara penjelasan dari sang direktor serta kedua mata menatap layar televisi, America memilih menjatuhkan telepon genggam di tangan kanannya.
Mulut Amerika menganga, tapi dengan cepat ia hilangkan perasaan kagetnya untuk mengambil telepon genggam di lantai.
"Jangan keluar America. Kami akan menjemput dengan Marine One lewat atap, oke? ETA 20 menit"
Tangan kiri yang sekarang bebas tak memegang apapun mulai mengelus bagian dahi, rasa pening sudah menyeruak di kepala pemuda rambut pirang, "buat 10 menit. Because shitstorm will happen" telepon langsung ditutup.
Ia menghempaskan badan di sofa, menarik nafas, pertama kali yang ia lakukan ialah dengan cepat mengunci pintu dan menutup jendela. Kemudian berkemas mengambil dokumen negara di kantor. Ia tak peduli dengan mengemasi pakaian, hanya bomber jacket warna cokelat peninggalan perang besar dahuluyang ia pilih untuk melengkapi t-shirt putih dengan celana jeans di badan.
'According to document leak at WikiLeaks, there's have been confirmed certain immortal individuals each nation has. Those individuals are pretty much represent each nations on earth. They're can be called as National Personification…" pembaca berita dengan suara professional masih memembawakan informasi untuk dibagikan, tapi America sudah tak peduli dan memilih sibuk bersiap-siap untuk dievakuasi dengan helikopter bernama Marine One.
Dan benar tentang 'kekacauan akan terjadi' karena setelah America membawa koper warna hitam di tangan kanan dimana ia akan keluar dari ruang kerja, melihat lewat jendela ia dapati di depan rumahnya mulai banyak gerombolan penduduk berkumpul. Sepertinya lokasi ia tinggal juga dibocorkan oleh orang tak bertanggung jawab. Melihat jam, hanya tinggal beberapa menit penjemput datang. Ia menghela nafas dan berlari ke lantai dua rumahnya untuk selanjutnya lewat jendela lantai dua memanjat ke bagian atap.
Benar saja, saat ia sampai, sebuah helikopter ukuran besar dengan warna hijau lumut memilih melayang di atas atapnya. Kemudian sebuah tangga tali dijatuhkan, tanpa basa-basi pemuda berbaju putih dengan celana jeans memanjat dengan sigap. Lalu helikopter yang membawanya meninggalkan area rumahnya yang mulai dikerumuni warga.
Bersamaan dengan perginya helikopter, beberapa mobil polisi dan mobil warna hitam mendekati untuk membubarkan massa yang penasaran akan personifikasi negara mereka.
America dilain pihak di dalam helikopter teraman di dunia mulai membaca berita lewat internet. Ia sangat yakin, personifikasi negara lain pasti sedang dibuat pusing dengan kenyataan bahwa keberadaan mereka bocor. Germany pasti bersiap-siap untuk mengadakan pertemuan tingkat atas secara mendadak.
Selain itu, sepertinya akan ada perburuan masal. Sudah lama ia tidak turun tangan dalam hal pertahanan, siapa yang berani menantang mereka? Dasar makhluk mortal yang ingin cari mati.
Alfred hanya tertawa geli dan menggelengkan kepala.
"Sir, kita akan langsung ke Gedung Putih" orang dengan jas hitam di dalam helikopter langsung menginformasikan tempat yang akan dituju, America hanya mengangguk. Telepon genggam di tangan ia tatap, ia pilih sebuah nomor.
"Tetapkan enkripsi setingkat Pentagon dengan kode Zero Four Zero Seven Bravo Alpha Lima Delta Echo Alpha Golf Lima Echo under the name United States of America"
Ia menunggu agar orang yang ditelepon mengangkat. Saat diangkat terdengar omelan dengan kata kasar berbahasa Inggris dari lawan bicara.
"Yo Iggy! Bagaimana di Inggris? Kuharap kau sudah tahu ya, tapi karena kau itu tua jadi kumaklumi kalau belum tahu beritanya"
"SIAPA YANG TUA, GIT! TENTU AKU SUDAH TAHU, OKE!?" Helaan nafas, "tak bisa ku percaya… ini kelakuan orangmu, America?"
"Hei! Hanya karena aku suka buat 'keributan' tidak semuanya karena aku oke? CIA sedang mengerjakan PRnya, dan mungkin aku harus membantu juga… huff! Mungkin saja bocornya dari MI6, kan tak ada yang tahu"
"KAU! Oh ya, Germany meminta pertemuan di Jenewa karena paling aman 8 jam dari sekarang kau menelepon"
"Yah aku tahu…"
Keduanya terdiam.
"Kenapa malah meneleponku duluan, America? Seharusnya kau pedulikan dulu saudaramu di bagian Utara rumahmu"
"Eh, siapa?"
"DIA CANADA, AMERICA!"
America memilih menjauhkan telepon genggamnya dari telinga, ia tidak mau pendengarannya rusak karena teriakan orang Inggris lawan bicaranya.
"Oh ya aku lupa soal Canadia. Lagipula aku lebih asyik meneleponku, asyik mengganggu dan mengatakan kalau kau sudah tua"
"Bloody wanker!"
Keduanya diam lagi.
"Baiklah, kututup dulu. Aku cuma minta cari dari MI6, perkiraanku kebocoran ini bukan cuma dari satu negara. Aku juga mau 'berburu' dahulu, England"
"... Bukan cuma satu negara, huh? Masukan yang berguna untuk dibawa di pertemuan nanti. Akan kucari juga di beberapa instansi intelijenku. Stay safe, America"
"Yeah, sure."
Selamat tinggal kehidupan normal tak diketahui manusia, pikir America kecut.
Author: sebenernya pengen lebih panjang. Tapi yah, cuma percobaan aja dulu. Nanti diperpanjang cuma gak tau kapan. Yah, terima kasih buat yang baca. Adios!
