Kokoro

Disclaimer:Boboiboy punya monsta, Nozomi cuma mainin mereka doang#dilempar sendal.

Warning: No super power, No Alien, family, miracle, Alur maksa dan kecepatan, typo everywhere, gaje, AU, OOC dll.

Langsung baca aja yah...


Sebuah manusia robot yang dibuat oleh seorang professor yang kesepian

"...?"

"Ah! Kau sudah bangun!"

Sesuatu yang bisa menciptakan kebahagia untuk dirinya sendiri.

"Selamat pagi."

"Apa semua sistem bekerja dengan baik?"

Itu disebut dengan...

"Tidak ada masalah."

"Baiklah... Sekarang, namamu adalah..."

Keajaiban.

.

.

.

Clek

"Professor, hari sudah pagi. Tolong segera bangun."

Terlihatlah seorang gadis cantik yang datang dari pintu membawa segelas teh. Ia memakai jaket berkerah berwarna biru muda, serta lengan hitam yang panjang. Ia juga memakai topi dengan warna yang senada dengan jaketnya. Rambut hitamnya yang panjang itu sangat mempesona.

Seorang pemuda yang sedang tertidur di kursi kerjanya, segera terbangun dengan mata yang terbelalak.

"Uwwaaa! Jam berapa sekarang?!" tanyanya sambil melihat ke arah gadis cantik yang ada dibelakangnya, atau lebih tepatnya sebuah robot.

Sang robot menatap datar pada tuannya itu," Jam 7 tepat." ia segera menaruh teh tersebut di atas meja kerja tuannya.

Sang professor, Api, segera menguap dan merenggangkan badannya,"Aku tertidur selama 2 jam lebih, baiklah! Kembali bekerja." ia kembali menatap layar monitor dengan sangat fokus.

"Professor harus istirahat. Menurut dataku, manusia membutuhkan istirahat yang cukup." ucap Air dengan nada serta pandangan datar. Api terus fokus pada layar kaca yang ada didepannya, "Aku tak bisa. Aku masih harus bekerja..."

Air menatap Api dengan seksama, ia melihat tangannya terus mengetik dia atas papan tombol yang ada di atas meja itu. "Apa... yang professor buat?" walaupun dia robot, tapi dia juga memiliki rasa keingin tahuan, walau tak bisa mengungkapkannya dengan perasaan.

Api menoleh kepada Air sebelum membalikkan badannya, "Hatimu..." ucapnya sambil menunjuk dada Air. Air mengikuti arahan Api dan kembali menatapnya dengan pandangan bingung, walau agak samar.

"Kau belum selesai. Masih ada yang hilang, yaitu hatimu."

"Hatiku?"

Api mengangguk, kemudian tersenyum lembut."Aku ingin kau merasakan hal hal yang baru... Seperti merasakan kegembiraan, kesedihan... Aku ingin melihatmu bisa merasakan hal hal tersebut."

Ia memang sudah mengimpikan hal itu sejak pertama kali Air berhasil di buat.

Terdengar suara mesin mesin yang sedang bekerja, tanda Air sedang berusaha memproses kata kata Api, "Aku... tidak bisa... mengerti..." ucapnya dengan lirih, mungkin otaknya sudah mulai berasap akibat berpikir terlalu keras.

Api segera tersenyum lembut dan membelai rambut Air dengan lembut,"Suatu hari nanti, kau pasti akan merasakannya." ucap Api sambil tersenyum lebar.

Air hanya membiarkan kepalanya diusap oleh Api, dia hanya melemparkan pandangan datar pada orang yang ada didepannya ini. Api segera membalikkan badannya dan kembali menghadap komputernya itu.

Sementara Air, ia mengambil lembaran kertas yang tertulis nada sebuah lagu, ia membawa kertas kertas ke dekat jendela yang ada disitu dan mencoba untuk bernyanyi. Pemandangan di jendela sangatlah indah, ada banyak pohon pohon yang cantik menghiasinya. Tapi Air sama sekali tak peduli akan hal itu, ia hanya melaksanakan tugas yang diberikan untuknya.

"Lalalala." nada yang dinyanyikan Air sangat sempurna, tapi semuanya pasti berpendapat...

Bahwa nyanyiannya tak memiliki perasaan...

Api menoleh sebentar ke arah Air yang sibuk menyesuaikan iramanya, kemudian Api tersenyum lembut.

'Kau pasti akan mempunyai hatimu, aku berjanji!'

~"~

Hari terus berjalan sesuai dengan peraturannya sendiri.

Api tak pernah mendapatkan istirahat yang cukup karena sibuk membuat 'hati' untuk Air, sedangkan si gadis robot tersebut hanya bisa melayani professornya soal makanan. Dia sudah diprogram agar bisa memasak.

Seperti hari ini, Api memutuskan untuk mengajak Air piknik di pinggir kota, di atas bukitnya agar lebih bisa melihat kota secara keseluruhan. Mereka tinggal di tengah hutan yang tak terlalu jauh dari letak kota.

"Enak! Ini masakan yang paling enak dari apapun yang pernah aku makan!" puji Api sambil memakan nasi kepal buatan Air. Air menoleh pada Api,"Terima kasih, professor. Saya menghargai pujian anda..." jawab Air dengan datar. Api hanya tersenyum, memaklumi hal tersebut.

Air membuatkan nasi kepal, kue bola, kue lapis, biskuit dan banyak makanan lainnya. Itu semua adalah makanan kesukaan Api, maka dari itu Air membuat makanan yang manis manis saja.

Api masih saja sibuk memakan kue kue yang tersedia untuknya dengan lahap. Jarang jarang Air mau membuatkan sebanyak ini, yah... Tapi jika Api memaksa, maka Air akan langsung menurutinya, tapi sejauh ini Api tak pernah memaksakan apapun pada Air karena ia sangat menyayangi robot yang tak memiliki hati itu.

Air mengambil lembaran kertas menyanyi dan mulai mengamatinya. Api memakan masakan Air sambil menatap orangnya.

Bola mata Air terus bergerak dari kanan ke kiri dan kembali mengulanginya lagi, tapi ia terhenti sesaat. Ia menoleh pada Api,"Apa maksudnya ini, professor?" ia menunjuk sebuah kalimat yang bertintakan merah dengan tulisan 'Kasih sayang...'

Api melihat tulisan itu dan kembali menatap Air, ia hanya tersenyum lembut. Ia mengusap pelan kepala Air, sedangkan Air hanya membiarkan dirinya dibelai, walau mukanya terlihat bingung.

Air mencoba untuk menyanyikan lagu yang dibuatkan Api untuk dirinya, tapi sama sekali tak ada kemajuan. Air masih tak bisa menghayati lagu tersebut. Api hanya tersenyum tipis melihat Air bernyanyi tanpa perasaan.

Ia pun berdiri dan memandangi pemandangan kota. Air yang melihat professornya berdiri hanya menatap datar.

Api menatap ke arah Air kemudian tersenyum lebar, ia kembali menatap kota.

"Air, maukah kau berjanji?"

Air menatap Api dengan datar.

"Saat kau sudah mengerti apa yang namanya 'hati', maukah kau kembali kesini dan bernyanyi?"

.

.

.

"Air! Tolong buatkan aku es coklat!" pinta Api dengan nada riang.

Air menoleh pada Api,"Tidak bisa professor. Menurutku programku, manusia tidak boleh meminum es pagi pagi. Anda perlu tidur yang cukup."

Api segera cemberut,"Walaupun kau robot, tapi kau tetap mengerikan jika kau memaksa." Api pun kembali duduk di tempat dia meneliti. Air menghampirinya,"Professor, anda perlu tidur." perintah Air, tapi Api tetap fokus pada pekerjaannya.

Air menatap Api yang sedang sibuk, lalu ia pergi ke dapur untuk membuatkan es coklat yang seperti Api inginkan, tapi ia akan memberikannya setelah jam 9 lewat.

Karena sudah berada disini, Air pikir ia akan membuatkan teh hangat serta roti panggang untuk Api, ia belum sarapan sejak tadi.

Setelah selesai menyiapkan sarapan Api, ia segera menuju ke ruangan dimana Api berada.

"Professor, aku membuatkan sarapan. Silakan dimakan." Air segera menaruh nampan yang berisikan roti panggang serta teh hangat di meja Api. Api menatap apa yang ditaruh Air, dan segera tersenyum lebar.

"Wahh! Terima kasih, Air! Kebetulan aku sedang lapar." Api segera menghentikan pekerjaannya dan melahap roti panggang yang dibuat oleh Air.

"Enak! Kau memang berbakat ya, Air!" puji Api sambil tersenyum lebar. Air segera membungkukkan badannya,"Terima kasih. Tapi, kemampuan saya belum sebanding dengan masakan ibu professor." Api segera membelalakkan matanya.

"Menurut dataku, manusia menganggap masakan ibunya yang paling enak di dunia ini." Air tak menyadari bahwa kata katanya itu telah membuat Api kembali teringat dengan masa lalunya.

*FLASHBACK*

"Ibu, ibu!" ucap seorang anak kecil dengan jaket berwarna oranye sambil menarik narik tangan ibunya. "Ada apa, nak?" tanya ibunya sambil memegangi kepala anaknya.

"Kita pergi ke rumah Kakek Aba, ya!" pinta bocah cilik itu dengan manja.

Tiba tiba, ada seorang gadis mungil, menghampiri bocah tersebut."Kakak harus dirumah dulu! Kami ingin ke supermarket untuk membeli buah tangan!" ucap gadis tersebut pada kakaknya.

Sang kakak menatap adiknya yang memakai baju dress berwarna biru tua dengan cemberut,"Baiklah... Tapi jangan lama lama ya! Aku sudah tak sabar untuk melihat kakek lagi!"

"Ayah pergi dulu ya, nak." ucap seorang pria sambil memegangi punggung bocah itu.

Sang bocah pun mengangguk dan tersenyum lebar.

Ketiga orang itu pun pergi keluar rumah meninggalkan bocah kecil itu sendirian.

Karena supermarketnya dekat, mereka tak perlu mengeluarkan kendaraan mereka.

Setelah beberapa menit, karena bosan, sang bocah pun berjalan mengelilingi rumah mereka. Saat di taman, ia melihat sebuah jepitan rambut, tanpa berpikir ia mengambil jepitan tersebut.

'Inikan punya...' sang bocah segera berlari keluar rumah dan menyusul keluarganya itu.

Dia terus berlari di pinggir jalan sampai menemukan ketiga keluarganya,"Ibu! Ayah!" panggil anak itu. Mereka bertiga pun segera menoleh ke arah belakang mereka.

"Kakak!" sang gadis berlari mengejar kakaknya dan langsung memeluknya membuat anak laki laki itu kehilangan keseimbangan dan tanpa sengaja melempar jepitan itu ke tengah jalan.

"Ada apa kakak kesini?" tanyanya dengan muka polos. Sang kakak tersenyum lebar,"Tadi jepitanmu jatuh, jadi kakak mau kembaliin..." ia segera melihat tangannnya yang kosong dan segera meraba tubuhnya."Huh?! Hilang...!"

Gadis yang beriris biru tua itu segera menunjuk ke arah jalanan,"Itu, ya?" ia segera berlari ketengah jalan dan mengambil jepitannya tanpa memikirkan resiko apa yang akan ia hadapi nanti.

"Air! Jangan ketengah jalan-" sang bocah segera membelalak ketika ada sebuah truk besar yang akan segera menabrak adik tersayangnya itu.

"AIR!" ayah dan ibu mereka segera berlari ketengah jalan dan memeluk Air dengan kuat, sementara anak laki laki yang beririskan oranye tersebut hanya bisa membeku ditempat, menyaksikan apa yang akan terjadi nanti.

BUUKK

"Lihat! Ada yang kecelakaan!" sementara orang orang mulai mengerumuni para korban, sang supir truk segera melarikan diri secepat mungkin.

Sedangkan bocah kecil tersebut hanya bisa membatu dan terbelalak melihat kejadian yang menimpa keluarganya tepat di depan matanya sendiri. Sampai semua kesadarannya kembali...

"IBU! AYAH!" ia pun segera berlari menerobos kerumunan itu untuk sampai ke dalamnya.

Ia terpaku setelah melihat banyak darah berlumuran disana sini, tanpa pikir panjang lagi, ia segera menggoyangkan kedua orang tuanya.

"Ibu! Ayah! Bangun... Hiks... Ayo bangun..." sang bocah terus menerus menggoyangkan bahu kedua orang tuanya.

Karena tak menghasilkan apapun, ia segera beralih ke adik kecilnya yang sedang terkapar."Hei! Air! Ayo bangun! Jangan tinggalin aku!"

Kepala sang adik sudah berlumuran darah segar. Dia sama sekali tak merespon apapun.

"Kami membutuhkan ambulan sekarang ini! Tolong segera datang!" ucap seorang pria yang sepertinya sedang menelpon ambulan, setelah selesai, ia segera menghampiri bocah malang tersebut.

"Adek, apa mereka keluargamu?" sang bocah segera menoleh pada pria tersebut dengan mata yang sudah dibanjiri air matanya.

Karena saking sedihnya, sang bocah sampai tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Baiklah. Apa adek ada nomor keluarga lain yang bisa dihubungi?"

Mungkin sang pria mengerti betapa syoknya anak laki laki berumur 6 tahun ini, ia segera mengambil sebuah kertas serta pena dan memberikannya pada anak tersebut. Sang anak menerimanya dan menuliskan nomor kakeknya, kebetulan ia sering menelpon kakeknya sehingga sudah ingat dengan nomornya.

Setelah siap ia segera memberikan kertas tersebut pada pria itu. Sang pria mengerti bahwa ia sedang syok berat dan ketakutan, itu dibuktikan dengan tulisannya yang sedikit tidak rapi, mungkin karena tubuhnya juga ikut bergetar hebat. Setidaknya ia masih bisa membacanya dan segera menghubungi nomor tersebut.

*END OF FLASHBACK*

Mengingat kenangan pahit tersebut hanya membuat Api kehilangan semangat.

Tapi sayang sekali, Air sama sekali tak menyadari hal tersebut. Ia hanya menatap datar pada professornya.

Sedangkan si Api memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya.

Tanpa disadarinya, air mata telah membasahi pipinya...

Air pun berjalan menuju ruangan tempat ia pertama kali berhasil dibuat. Ia segera memasang kabel chargenya pada telinga, kepala serta lengannya.

Saat ia ingin mematikan mesinnya, ia melihat ada seseuatu yang diantarkan padanya.

.

.

.

"Aku telah menerima pesan..."

Api pun segera menoleh pada Air dengan tatapan bingung.

Ia sudah menghapus air matanya, walau matanya masih memerah.

"Pesan dari..."

.

.

.

"...masa depan."


TBC.


Nozomi balik dengan fanfic gaje lagi!

Entah kenapa, jadi kepikiran buat fanfic kayak ginian...

Rencananya cuma mau one-shot, tapi udah keburu capek...

Alurnya betul betul maksa 'kan? Hehehe...#nyengir kuda.

So... Apa pendapat kalian tentang fanfic ini? Gaje? Pastinya.

.

.

.

Silakan reviewnya.