Chapter 1: he's so loud like, super mendokusai.
ten reasons
—taiyakii
disclaimer : furudate haruichi
i own nothing
22 September 2020.
Kageyama menyesap susu hangatnya. Mata birunya menelusuri kaca jendela yang menunjukkan kelopak demi kelopak bunga Sakura yang berjatuhan. Hari ini adalah hari itu. Tepat lima tahun
Kenangan tentang seorang Hinata Shōyō. Dan bagaimana Kageyama begitu membenci pemuda itu. Kageyama membenci Hinata. Semua tentang dirinya—rambutnya, suaranya, kebiasaan buruknya. Tapi ada sepuluh alasan utama mengapa Kageyama membenci Hinata.
—
16 Juli 2014. Awal tahun ajaran baru sekolah menengah Karasuno.
Kageyama berlari menyusuri koridor sekolah menengah Karasuno dengan tergesa-gesa. Sial sekali, hari ini dia malah bangun terlambat karena memikirkan strategi permainan volinya, dan jam pelajaran pertama adalah pelajaran biologi—yang mana gurunya sangat galak. Tanpa ia sadari, kakinya menambah kecepatan dan yang ia tahu beberapa saat kemudian adalah sekelebat oranye dan suara gedebuk pelan.
Ia menabrak seseorang.
"Hei!"
Kageyama mengangkat sebelah alisnya, seorang pemuda berambut oranye jatuh terduduk dihadapannya, dan pemuda perak disebelahnya sedang berkacak pinggang—baru saja meneriakinya.
"..maaf," gumam Kageyama pelan tanpa merasa bersalah.
Pemuda berambut perak itu masih saja menatapnya dengan pandangan tidak mengenakkan, lalu membantu si oranye berdiri. Pemuda itu berdecak. "Tolong kalau jalan pakai mata," ujarnya pelan lalu berlalu.
Kageyama mengernyit, lalu tersadar bahwa waktunya ternyata sudah banyak terbuang. "Sial!" Ia kembali berlari, dan saat ia melewati pemuda berambut perak dan oranye yang tadi ditabraknya, Kageyama berdesis. "Jalan itu pakai kaki, bukan pakai mata. Boke."
Kageyama terus berlari dan tidak mengurangi kecepatan larinya hingga ia sampai di kelasnya. Tapi terlambat sudah. Nakamura-sensei sudah ada di kelasnya. Sial. Sial. Sial. Kageyama tahu dia akan dihukum—itu sudah mutlak, apalagi ia tidak bisa meluluhkan watak pria tua yang menjadi guru biologinya tersebut. Maka Kageyama berjalan mendekati pintu kelasnya perlahan dan mengetuk pintu kayu itu. Setelah mengucap permisi, ia berusaha sebisa mungkin memasang tampang sedatar dan sepolos mungkin (karena ia tahu, senyumnya cukup mengerikan) pada Nakamura-sensei.
"Kageyama Tobio." Nakamura-sensei berujar dengan tenang, terlalu tenang. Dan itu membuat Kageyama semakin malas menghadapinya, ia bahkan mulai membayangkan helaian kumis-kumis yang memutih itu sedang berkedut marah padanya.
"Maaf, sensei. Aku terlambat," ujarnya perlahan.
"Kemarilah," sahut Nakamura-sensei. "jelaskan pada seluruh kelas apa alasanmu terlambat pada pagi yang cerah ini."
Sial. Kageyama berjalan pelan mendekati Nakamura-sensei yang ada di depan kelas. Sial. Sial.
"A-aku terlambat bangun," jawabnya jujur. Ia benar-benar tidak tahu apalagi yang harus dipikirkannya untuk berbohong. Semalam ia tidur larut, dan ia sudah berlarian tidak jelas sepanjang pagi ini. Ia lelah, tidak peduli lagi.
"Wah, wah—"
Perkataan Nakamura-sensei tepotong dengan adanya ketukan dengan ritme yang melegakan di telinga Kageyama. Seluruh kelas memandangi pintu kayu tipis itu.
Ternyata Takeda-sensei.
"Permisi, Nakamura-sensei! Aku membawa murid pindahan baru, maaf mengganggu waktumu sebentar!"
Nakamura-sensei menghela napas lalu menatap Kageyama. "Duduklah."
Kageyama menebar confetti imajiner di dalam pikirannya sendiri, lalu berjalan pelan menuju kursinya yang ada di belakang. Selama ini ia duduk sendiri, entah karena faktor apa—karena ia terlalu malas bersosialisasi diluar anggota klub volinya sendiri, atau karena wajah galaknya, ia tidak mau tahu.
Dan disanalah, ia berdiri. Kageyama menyipitkan matanya. Di depan kelasnya, pemuda oranye yang tadi ditabraknya, sedang tersenyum semringah pada Takeda-sensei. Kageyama berdecih. Lalu membuang muka ke kursi sebelahnya yang kosong—wait. Kosong. Kosong. Pemuda oranye itu akan duduk disebelahnya! Kageyama menggeram panik, lalu mencoba mencari cara.
"Psst, psst. Yamaguchi," bisik Kageyama pada pemuda berambut hitam yang duduk tepat di depannya. "bisakah kau pindah ke sebelahku—sekarang? Sekarang."
Yamaguchi tersenyum kikuk. "Tapi—"
"Tidak." Itu suara Tsukishima. Astaga, astaga. Kageyama benci sekali dengan pemuda itu. "Yamaguchi tetap akan di sebelahku. Berhenti memerintah orang lain, Ou-sama."
Kageyama berdecak marah. "Jangan panggil aku begitu."
"Maaf, Tsukki," ujar Yamaguchi yang hanya dibalas dengan kedikan bahu singkat oleh Tsukishima.
"Ya, baiklah," suara Takeda-sensei mendadak terdengar—Kageyama sudah kembali pada kenyataan dimana sebentar lagi ia akan bersebelahan dengan pemuda oranye tersebut. "Hinata, kau bisa duduk disebelah Kageyama. Kebetulan, bangku disebelahnya kosong."
Ah, ternyata namanya Hinata.
Pemuda itu berjalan perlahan menuju kursi kosong disebelah Kageyama. "Halo," sapanya singkat. "Namaku Hinata Shōyō. Kau yang menabrakku tadi, kan? Senang berkenalan denganmu."
Kageyama mendengus. Saraf-saraf dalam tubuhnya berkedut marah. Pemuda ini baru saja menyindirnya. Sial. Sial. Sial.
"Mati kau. Boke."
"A-Apa?! BOKE?!" jerit Hinata, lebih seperti sengaja. Rasanya Kageyama ingin melemparnya keluar dari distrik ini.
"Ada apa, Hinata-kun? Apa ada masalah?"
"Ano, Kageyama baru saja memanggilku boke. Dan aku cukup sedih mendengarnya."
Nakamura-sensei berdecak. "Bersikaplah dengan benar, Kageyama."
Kageyama berdecak. Lagi. Duduk disebelah Hinata akan mempercepat penuaannya sepuluh kali lebih cepat.
Takeda-sensei membisikkan sesuatu ke telinga Nakamura-sensei, lalu ia menepuk-nepuk tangannya agar perhatian kelas tertuju padanya.
"Dengar, dengar," ujarnya. "Hinata akan selalu bersama dengan senior kalian, Sugawara Kōshi, dari kelas 12-3, karena alasan-alasan tertentu. Jadi aku harap kalian maklum, karena itu memang sebuah keharusan. Benar begitu, Hinata?"
Hinata mengangguk pelan.
Kageyama mengernyit, dari yang bisa ia tebak, pemuda Sugawara-Sugawara itu adalah pemuda perak yang tadi pagi menegurnya. Ah, persetan. Kageyama tidak mau peduli juga.
"Hoi, Bakageyama." Hinata menoleh kearahnya. "kau belum benar-benar mengenalkan dirimu padaku, lho. Kita 'kan, akan duduk sebangku selama satu tahun. Ayo, perkenalkan dirimu!"
Kageyama lagi-lagi mendengus. Ini akan menjadi masa-masa sulit untuknya. Sial. Sial. Sial.
—
Alasan pertama. Tentu saja karena Hinata itu berisik dan menyebalkan. Secara keseluruhan. Dua kombinasi yang paling dibenci oleh Kageyama. Belum lagi dengan senior satu tahun diatasnya—Sugawara, yang sama menyebalkannya dengan Hinata, yang selalu disebelah Hinata kapan saja.
"Tadi kau sudah sarapan kare, 'kan?" tanya Hinata pada Sugawara. "sekarang ingin beli makanan lagi?"
"Tidak," jawab Sugawara. "aku masih kenyang. Lagipula aku ingin menemanimu disini."
Hinata mengangguk pelan. "Jadi kapan kau akan mulai bermain voli, Suga-chan?"
Kalau Kageyama itu kelinci, mungkin sudah terlihat dengan jelas bahwa telinganya berkedut tertarik dengan pembicaraan yang diangkat oleh Hinata. Voli, heh.
"Entahlah," jawab Sugawara mengedikkan bahunya. "aku tidak tahu apakah aku bisa menjadi regular dengan posisiku tetap sebagai setter. Kudengar, Karasuno sudah memiliki setter jenius andalan mereka."
Kepala Kageyama mengembang mendengar ucapan Sugawara. "Aku," selanya.
Hinata dan Sugawara sama-sama memandangnya dengan pandangan bingung. Hinata mengernyit. "Kau bilang apa, Bakageyama?"
Sugawara terkekeh mendengar nama panggilan itu.
Kageyama mendengus. "Aku. Aku setter tim voli Karasuno."
"GWAAAAH—KAU SERIUS, BAKAGEYAMA?" seru Hinata keras. Membuat Kageyama harus menjauh sedikit dari pemuda itu dan berdecak marah padanya.
"Pelankan suaramu, Hinata-boke!"
Hinata mengabaikan hinaan untuknya dan memandang Kageyama dengan mata berbinar-binar. "Aku tidak menyangka, orang macam kau itu setter jenius Karasuno."
Kageyama mendengus. "Memangnya aku orang macam apa, boke?!"
"Macam-macam," jawab Hinata asal lalu kembali memfokuskan dirinya pada Sugawara.
Sialan, Hinata-boke.
to be continue.
hai. setelah hiatus nyaris tiga tahun saya kembali! saya kembali dengan fanfiksi haikyu, karena belakangan saya lagi nge-fans banget sama haikyu. yah, walau sasunaru bakal tetep selalu fav, sih.
apa kabar? semoga setelah proses hiatus alias menghilangnya saya dari dunia fanfiction dot net, karya-karya saya bisa jadi jauh lebih baik!
anyway, selama saya hilang saya jadi penulis fanfiksi di wattpad dan penulis puisi karbitan di line. HAHA.
segitu aja curhatnya, mind to review?
