ㅡBTS Fanfictionㅡ
Jimin | Yoongi | AU!Idol's Life | smut | I don't take any profit with this charas '-')
.
Do NOT plagiarize!
.
Enjoy!
.
161202
Cklek.
"Yoongi-hyu—"
"Lepas sepatumu diluar, Jimin."
Lelaki bersurai cokelat gelap itu hanya tersenyum kecil ketika ia baru saja menekan passcode sebuah ruangan berpintu kaca yang bertuliskan 'Genius Lab'. Ia sudah terbiasa disambut dengan suara datar yang selalu memberinya perintah larangan seperti itu. Salahnya juga yang selalu melanggar aturan yang jelas-jelas tertempel di depan pintu kaca buram sebuah studio kedap suara milik seorang rapper bernama lengkap Min Yoongi.
Lebih lengkap lagi, Min Yoongi kekasihnya Park Jimin.
Lelaki yang disebut Jimin itu melangkah masuk setelah melepas sendal santainya diluar dan masuk lalu menutup pintu berlapiskan gorden hitam itu dengan rapat dan menguncinya lamat-lamat.
Jimin melangkah masuk, penghuni 'Genius Lab' itu masih setia duduk di kursi kulit hitamnya yang menghadap layar besar komputer terkini yang menyala terang. Rambut blondenya yang mulai memudar terlihat dari punggung kursinya yang menopang kokoh, ia tak menoleh sedikitpun untuk sekedar menyapa seseorang yang baru saja memasuki studio pribadinya.
.
Jimin melangkah masuk dengan kaki telanjangnya, ia mendekati lelaki pucat yang duduk di singgasana tempatnya bekerja itu. Mendekatinya dari belakang dan ketika Jimin berada tepat dibelakangnya, ia menunduk untuk memeluk leher mungil lelaki yang lebih tua dua tahun daripadanya itu.
"Yoongi-hyung,sedang apa, hm?" Tanya Jimin, memberikan nada suara lembutnya tepat disamping telinga lelaki manis kesayangannya.
Yoongi berhenti menggerakkan jarinya di keyboard tipis itu, ia sedang menyalin lirik yang sudah disusunnya sejak siang tadi.
Yoongi lalu menepuk pelan lengan Jimin yang memeluk lehernya. "Kalau aku bilang sedang merindukanmu bagaimana?"
Jimin memajukan tubuhnya yang terhalang sandaran kursi, wajahnya ia dekatkan ke belakang telinga Yoongidan mengendusinya disana.
Yoongi menggeliat kecil. Kekasihnya itu selalu bermain disalah satu titik sensitifnya disana, tetapi Yoongi menyukainya. Sensasi geli dari belaian bibir lembab Jimin dan dan hembusan napasnya yang hangat menghadirkan perasaan nyaman yang menyenangkan.
"Hm? Jika kau merindukanku hanya ada dua hal yang perlu kau tahu." Bisik Jimin, masih setia mengendusi belakang telinga Yoongi yang menurutnya menyimpan wangi khas tersendiri.
Yoongi merengut mendengar perkataan Jimin, ia mengarahkansebelah tangannya untuk mengusap rambut Jimin yang masih setia dibelakangnya. "Dua? Apakah itu?"
"Hmm."Jimin tiba-tiba berdiri tegak dan memutar kursi yang diduduki Yoongi hingga membuatnya terkejut, ia lalu kembali mengejutkan Yoongi dengan mengangkat tubuh lelaki manis itu kemudian dengan gerakan yang luwes Jimin mengambil tempat di kursi berlapiskan kulit lateks hitam tersebut dan menjatuhkan Yoongi di pangkuannya.
Yoongi terkejut bukan main dengan tingkah Jimin, ia berpegangan erat pada hoodie oranye yang dipakai Jimin itu dengan kuat. "Jimin! Kau mengagetkanku astaga."
Jimin hanya terkekeh menanggapi reaksi Yoongi yang menggemaskan baginya. Kening berkerut dan bibir yang mencebik secara alami itu menggugah hati Jimin dan membuatnya semakin menyanyanginya.
"Yang pertama, singgasanamu adalah di pangkuanku." Bisik Jimin berat. Menatap lekat kedua manik sayu milik Yoongi untuk menguncinya. Tak peduli bahwa lelaki manis di pangkuannya itu sudah berdebar tak karuan karena tingkahnya.
Yoongi terpaku. Ia balas menatap Jimin dan tenggelam dalam tatapan tajam lelaki itu. Mengamati betapa jauhnya ia terjatuh dalam pesona gelap yang membuat Yoongi sepenuhnya merasa terpikat erat.
Yoongi mengangkat jemarinya untuk meraih wajah Jimin. Ia ingin menyentuh garis wajah yang tegas itu ditangannya. Merasakan keindahan lekukannya yang tajam diatas jemarinya.
Namun ketika Yoongi melafalkan bibirnya tentang bagaimana terpesonanya ia tanpa suara, Jimin mengambil alih untuk menubrukkan sepasang bibir tipis itu dengan miliknya. Menerjemahkan balasan seperti apa yang keduanya inginkan.
"Cuph... mmh."
Yoongi mengalungkan kedua lengannya di leher Jimin ketika lelaki itu mulai menciumi bibirnya dengan panas. Memeluk Yoongi yang terasa mungil di pangkuannya dengan terlalu posesif.
Jimin melumati bibir bawah Yoongi lamat-lamat. Menghisap lembut untuk mengecapi rasa manis disetiap inchinya. Ini bukanlah ciuman pertamanya dengan Yoongi, namun Jimin tak habis pikir kenapa rasa manis dalam diri Yoongi tak pernah habis justru menjadi berkali lipat lebih manis.
Yoongi melenguh pelan, bibir penuh Jimin menjamah seluruh bibirnya tanpa terkecuali dan itu membuat Yoongi merasakan gelitik kupu-kupu imajiner menggandrungi perutnya. Perlahan tapi pasti membangkitkan desiran jiwa untuk ingin terus disentuh oleh Jimin.
Studio kedap suara berlabel 'Genius Lab' itu kini terisi lenguhan-lenguhan Yoongi yang terdengar lemah namun tersirat manja. Ia masih berada di pangkuan Jimin namun posisi mereka kini lebih intim, Yoongi menghadap Jimin seperti bayi koala dan membiarkan kedua lengan dan kakinya mengalungi lelaki yang masih setia menciumi bibirnya.
Jimin terus melumati bibir Yoongi secara bergantian, Jimin bahkan tak peduli bibir manis itu sudah merekah dan berdenyut panas akibat ulahnya. Jimin tak bisa bosan menjelajahi mulut hangat yang selalu mendambanya itu.
Sampai akhirnya Jimin terpaksa menghentikan hisapan panasnya di bibir Yoongi kala lelaki manis itu menarik erat rambut belakang Jimin dengan kuat.
Plop!
"Jim!"
Yoongi meraup udara dengan rakus, jantungnya berdebar keras namun menyenangkan meski napasnya tersengal akibat ciuman panas dari Jimin. Yoongi yang masih mengalungkan lengannya di leher Jimin itu kini menatap lelaki dihadapannya yang hanya diam memperhatikan Yoongi melalui kilat tatapan tajamnya yang penuh cinta.
"Jimin, kau seharusnya jadi atlet renang atau penyelam! Gila, kau ini bernapas tidak sih?" Gerutu Yoongi melihat Jimin yang hanya terkekeh menatapnya santai padahal Yoongi sampai dibuat terengah-engah oleh lelaki yang lebih muda daripadanya itu.
Jimin menangkup kedua pipi Yoongidan tersenyum sayang padanya, "Aku rela tidak bernapas hanya untuk menciummu hingga lemas."
Yoongi kembali menggerutu mendengar gombalan Jimin. Tetapi kemudian Yoongi menjatuhkan dirinya di pelukan lelaki bersurai lelehan cokelat itu, bersandar di dadanya dan menyamankan diri disana. Mendengar detak jantung teratur Jimin di balik hoodie oranye yang dipakainya membuat Yoongi merasa nyaman.
"Asal tidak ada orang lain yang kau cium selain diriku." Yoongi berbisik pelan, jari telunjuknya kini menusuk-nusuk dada Jimin dan menggambar pola-pola abstrak dengan gemas.
Jimin tertawa, ia mengeratkan pelukannya pada Yoongi dan menggoyangkan kursi putar yang didudukinya itu dengan gemas. Membuat Yoongi yang berada di pangkuannya semakin menempelkan tubuhnya dengan Jimin. "Kamulah satu-satunya, sayangku cintaku manisku Min Yoongiku!"
"Ish, apa-apaan." Yoongi menggerutu pelan, tetapi kedua pipinya merona hangat.
"Jadi, apa kau penasaran hal kedua yang harus kau tahu jika sedang merindukanku?" Tanya Jimin, ia kembali menangkup kedua pipi Yoongi dengan gemas. Mengusap pipi halus itu dengan ibu jarinya selagi Jimin kembali menatap dalam kekasih dambaannya itu.
Yoongi mengendikan bahu, menunggu Jimin menyebutkan hal kedua yang akan ia lakukan.
"Yang kedua..." Jimin berbisik tiba-tiba dan mendekati bibirnya di daun telinga Yoongi lalu lengannya mengunci kedua lengan Yoongi di depan tubuhnya. Jimin mengeluarkan lidahnya dan bernapas berat tepat di telinga Yoongi yang berangsur-angsur memerah dengan cepat.
Yoongi terkesiap, bulu kuduknya meremang merasakan aura Jimin mengelilinginya. Ia menggigit bibir bawahnya menahan lenguhan mendapati napas berat Jimin menggodanya dan menghadirkan hasrat baru yang menggebu-gebu.
Di saat bersamaan, kebanggaan milik Jimin mulai menegak dari balik celana olahraga yang dipakainya dan dapat Yoongi rasakan dengan jelas milik Jimin mencoba menusuk pangkal pahanya.
"Ugh," Yoongi memanas, instingnya bekerja cepat dan memberikan reaksi positif dengan memajukan pinggulnya diatas pangkuan Jimin. Saling menggoda.
Jimin menyeringai, ia kembali menatap Yoongi dan menurunkan kedua tangannya perlahan melewati punggung Yoongi dan mengistirahatkan kedua telapak tangannya diatas bokong Yoongi yang masih duduk di pangkuannya.
Yoongi tersipu berat, kulit pucatnya mulai berwarna karena aura yang diberikan oleh Jimin, ia juga semakin mengeratkan kedua lengannya di leher Jimin menunggu tindakan dari satu-satunya lelaki muda yang mampu mengendalikannya sampai seperti ini.
"Yang kedua, kau harus tahu jika pemilikmu itu hanyalah aku." Bisik Jimin dengan penuh tekanan di setiap ejaannya di telinga Yoongi.
Yoongi tak bisa mengendalikan rona pipinya yang semakin membakar mendengar kalimat Jimin. Ia lebih memilih untuk kembali mempertemukan kedua bibir mereka, mencium Jimin dengan tidak sabaran dan merasakan seringai lelaki itu di bibirnya.
Jimin mengeratkan pelukan koala yang diberikan Yoongi dan memiringkan kepalanya untuk meraih ciuman terdalam di bibir tipis semanis sirup yang menggugah itu.
"... hanya aku." Bisik Jimin di sela gulatan bibirnya yang panas. Ia mengangkat Yoongi dan berdiri, bisepnya mencuat saat ia menahan beban tubuh Yoongi dan kemudian lelaki bersurai gelap itu berjalan ke arah sofa panjang hitam milik Yoongi di sudut ruangan. Sebuah sofa kulit yang biasa Yoongi pakai untuk menginap di dalam studio. Sebuah sofa sempit yang selalu menjadi saksi pergumulan Yoongi dengan Jimin jika malam ini mereka tidak pulang ke dorm.
.
.
.
End.
.
.
Nb: ehehehe halo, maaf ini cuma selingan numpang lewat :") sedang ingin mencoba masih punya niat apa nggak/? Hahaha, sayang banget sama otp satu ini :3
Btw, Terima kasih sudah baca sampai sini, ayo temenan, jangan musuhan. Saranghaja/?
.
.
With Love n Respect,
Phylindan ©2018
