clairn ge present

.

.

Life With 'Happiness'

.

.

Rate M, bahasa agak kasar, alur (terlalu) cepat :3, gender switch for uke

Jangan lupa tinggalkan review

; )

.

.

Pagi hari yang cerah di kota Seoul, dengan hawa sejuk membuat siapa saja enggan untuk bangkit dari tidurnya. Tapi tidak akan berlaku untuk seorang perempuan bertubuh mungil itu. Ia keluar dari sebuah restoran dua puluh empat jam dengan peluh yang membasahi badannya. Kim Seokjin, nama perempuan itu, ia sungguh menyesal karena telah ceroboh menaruh black cardnya di sembarang tempat untuk kedua kalinya. Hasilnya, dia harus bekerja keras di restoran dua puluh empat jam.

Bagaimana bisa Seokjin mempunyai black card? Yah, Seokjin adalah seorang direktur utama dari perusahaan entertainment yang di miliki oppanya, POP Ent. Perusahaan baru yang sedang naik daun karena beberapa band yang didebutkan memiliki visual dan suara yang bagus. Tentu saja ini merupakan keberuntungan bagi mereka.

Seokjin bisa saja memberi uang 500 kali dari yang diminta pemalaknya kemarin. Tetapi ia enggan naik bis umum yang memakan waktu hampir mencapai 1 jam lamanya menuju ke rumah pribadi miliknya untuk mengambil black card lain miliknya. Mobil pribadi? Tidak, Seokjin terlalu malas menggerakkan tangannya agar stir mobil berputar ke kanan maupun kiri, menginjak rem dan melajukannya dengan cepat menuju rumah pribadinya.

Harus kemana lagi ia pergi? Supermarket? Kafe? Ia bingung harus mencari uang dengan cara seperti apa lagi, waktunya juga sudah mempet dengan jam masuk sekolahnya.

"Kayaknya bakalan dimarahin lagi deh," batin perempuan bermarga Kim itu.

Lalu ia sadar dari lamunannya dan segera berlari menuju sekolah ternama yang berada di pusat kota itu, SB High School. Hampir saja dia terlambat. Segera ia berjalan cepat menuju kelasnya, 10-B. Lalu ia masuk kelas dan ternyata belum dimulai pelajaran matematika dari Mr. Felix, guru laki-laki mata pelajaran matematika yang terkenal akan kedisiplinannya itu. Hampir setengah jam mereka menunggu, dan ya, bisa dipastikan mereka dapat jam kosong. Beberapa perempuan dari sudut kelas berjalan mendekati Seokjin sambil membawa buku tulis.

"Oy, babu, kerjain tugas kita ya? Jangan lupa tulis yang rapi! O ya, kamu udah bawa duitnya belum?" kata salah satu perempuan dengan rambut panjang itu bernama Jae Rin Sye.

"Ah i-iya bos. Sudah ada tapi belum pas," jawab Seokjin.

"Hah, payah, ya sudah, siniin duitnya! Kerjamu itu ga becus deh, uang segini aja ga bisa ditepatin! " bentak Rin.

"I-ini," kata Seokjin sambil menyerahkan uang yang didapatnya dari hasil kerjanya tadi pagi.

"Waw hebat sekali babu kita, kerja apa kau bisa dapat duit sebanyak ini eoh? Hm, buat apa aku tanya, pastilah kerjaannya melayani om-om di hotel, kekeke," ejek Rin yang diikuti tawa teman-teman satu gengnya itu.

Lalu mereka pergi meninggalkan Seokjin untuk ikut bergabung bersama gerombolan laki-laki di depan kelasnya. Beberapa teman-teman sekelasnya melihatnya miris. Mereka selalu bingung, mengapa tidak Seokjin laporkan saja pada guru BK. Anehnya, ia selalu menerima semua perlakuan dari Jae Rin Sye. Dengan cekatan ia menyalin pekerjaan rumahnya ke buku para 'majikan'nya itu. Dua jam kemudian bel berbunyi menandakan bergantinya pelajaran bersamaan dengan selesainya 'tugas' Seokjin.

Ia bisa dibilang sebagai anak dengan kepintaran menengah ke atas, hampir setara dengan anak kelas A. Lalu ia menata buku mereka dan memasukkannya ke laci masing- masing pemilik buku. Anak-anak yang sedang berada di luarpun masuk kelas. Ms. Hyuna ternyata sudah masuk ke kelas mereka dan mulai mengajar mata pelajaran Biologi, beliau juga masuk ke daftar para guru killer buatan anak kelas 10-B.

Intinya jika sudah berhadapan dengan Ms. Hyuna, catat seluruh tulisan yang ada di papan tulis dengan rapi dan dengarkan dengan baik penjelasannya. Namun Rin melanggar salah satunya, ia malah bercanda dengan teman sebangkunya, hingga tawanya sampai pada telinga Ms. Hyuna. Kemudian beliau menghentikan kegiatan menulisnya di papan tulis, lalu berjalan menuju meja Rin.

"Jae Rin Sye, sudah selesai bercandanya? Sekarang serahkan hpmu dan jongkok di depan kelas!" perintah Ms.Hyuna.

"Hu dasar guru muda sialan," batin Rin sambil menyerahkan hpnya lalu berjalan angkuh keluar kelas dan berjongkok di balik pintu.

Lalu Ms.Hyuna melanjutkan kegiatan belajar mengajarnya. Entah mengapa Kim Seokjin merasa sedikit senang juga merasa kasihan pada Rin. Beberapa saat kemudian terdengarlah pengumuman dari speaker kelas mereka, "Selamat siang, maaf mengganggu kegiatan belajar mengajar siswa siswi sekalian. Dimohon para guru kelas 10-B, 10-D, 10-F, 11-B dan 11-D untuk segera ke kantor mengikuti rapat. Sekian terimakasih."

"Yash akhirnya," batin Riin.

"Anak-anak, selesaikan tugas yang sudah saya berikan, kumpulkan tugasnya besok pada jam istirahat pertama," perintah Ms.Hyuna.

"Iya Ms," jawab anak-anak dengan serempak.

Kim Seokjin menghela napas kasar, tugasnya sudah selesai, merasa bosan lalu ia mencari earphone dan hpnya lalu mendengarkan lagu. Tak sadar ada yang memperhatikannya dari luar jendela, seorang laki-laki dengan rambut blondenya bergumam,"Duh cantik, tapi goblok, gimana dong?"

Bel istirahat berdering, semua anak berhamburan keluar kelas tersisa Seokjin seorang diri. Dia tidak keluar kelas sebab sudah membawa bekal dari rumah yang dia siapkan sendiri. Kemudian dari luar kelas terdengar jeritan histeris beberapa anak perempuan, "Kyahh, Kim Namjoon oppa tampan sekali!" dan juga,"Oppa, terberkatilah wajah rupawanmu!"

Seokjin bingung, memang seperti apa rupa dari Kim Namjoon sang Ulzzang di sekolahnya? Apakah sangat tampan? Apakah masuk dalam kriterianya? Memangnya dia anak yang baik atau nakal? Banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam otaknya, yang ia tahu, Kim Namjoon adalah seorang sunbae kelas 12-A dan menjadi ketua ekstra kurikuler voli di sekolahnya.

Itupun hanya ia ketahui dari hasil menguping teman-temannya yang bergosip. Seokjin yang akan melakukan segala cara untuk menuntaskan keingintahuannya, segera bangkit berdiri lalu berlari kecil menuju pintu kelas, dan mengintip dari dalam kelas untuk melihat rupa sunbaenya itu.

Saat berusaha mencari celah dari para perempuan yang mengkerubungi si Idol, mata tajam Kim Namjoon bertemu dengan matanya. Semua pergerakan Namjoon terhenti, jantungnya berdebar-debar. Tentu saja ini membuat para fangirlsnya bingung, lalu sang Ulzzang Sekolah itu berjalan cepat menuju Seokjin sambil terus memandanginya.

"Wow, makhluk itu terlihat lebih imut jika dilihat dari dekat! Ah bibirnya seksi banget gila, selama yang aku lihat mana ada jalang yang seperti itu. Matanya murni dan polos sekali. OMO! Buah dadanya menggiurkan sekali, ah tapi ga mungkin aku suka sama makhluk sempurna, eh, goblok kayak dia," gumam Namjoon.

"Halo cantik, namanya siapa?" tanya laki-laki berbadan tinggi itu.

"Eoh? Em, Kim Seokjin," jawab Seokjin gugup.

"Wah namamu bagus, kenalin, aku Kim Namjoon, btw da eh mukamu imut deh," kata Namjoon hampir keceplosan.

"Eh, mm makasih sunbae," jawab Seokjin.

"Uh, jangan panggil aku sunbae, itu engga elit banget. Panggil aku Joonie oppa ne? Umur kita hanya beda setahun kok. Jin ah ayo jajan bareng? Aku tidak terima penolakan," kata Namjoon.

"Ne, eoh? Baiklah," jawab Seokjin.

"Mwo? Berati dia ikut kelas akselerasi? Hebat sekali, dia pasti penggila belajar," batin Seokjin.

Ternyata Kim Namjoon sudah masuk dalam daftar hatinya, dia merasa ini begitu cepat terjadi, bukankah biasanya ada proses dulu? Dari jauh nampak lah Rin yang sedang membanting coklat berpita.

"Sialan, dasar budak kurang ajar, berani-beraninya ia berbicara pada calon pacarku itu!" batin Rin.

Namjoon meraih bahu kanan Seokjin dari sisi kiri dan mengeratkannya sambil berjalan menuju kantin yang membuatnya risih. Sampai di sana ia langsung mendudukannya di kantin bagian pojok, karena memang hanya itu yang tersisa.

Semua orang di kantin kaget dengan pemandangan tersebut, beberapa dari mereka langsung melototi Seokjin untuk mencari sesuatu yang istimewa darinya, beberapa juga menatap sampai memicingkan matanya untuk melihat Namjoon hari ini yang mungkin terlihat berbeda atau memang sedang sakit.

Biasanya seorang Kim Namjoon pergi ke kantin bersama teman gengnya itu lalu mengusir orang yang duduk di salah satu bangku untuk ditempati mereka. Namun kali ini berbeda. Ini merupakan pemandangan langka!

Teman segengnya juga heran terhadap perubahan sikap Namjoon hari ini. Dari pelajaran olah raga tadi pagi, ia terus-terusan menatapi jendela kelas 10-B yang membuat tim basket kelasnya kalah. Lalu perlakuannya pada para fangirlsnya, biasanya ia akan berinteraksi, walau hanya sekedar menyapa balik mereka. Namun kali ini, ia seperti idiot yang tidak tahu jalan pikir yang benar dan sehat.

Namjoon kembali ke meja Seokjin sambil membawa nampan yang di atasnya terdapat semangkok ramen dan dua vanilla milkshake. Ia terlihat gembira sekali, bahkan sepasang dimple di kedua sisi pipinya terlihat.

"Seokjin, ayo makan ramennya," kata Namjoon.

"Hm, terimakasih Joonie oppa," jawab Seokjin.

"Astaga, hentikan pikiran bejatmu namjoon paboya, bagaimana bisa dia terlihat imut saat makan? Apa perlu aku video? Hehe ide bagus," batin Namjoon.

Namjoon mengeluarkan hp dari kantong celananya dan mulai merekam Jin yang sedang makan ramen diam-diam. Ia begitu menikmati acara merekam calon pacarnya ini sambil minum milkshake vanilla yang ia pesan.

"Uhuk huk," Seokjin tersedak.

"Eoh, Jinnie, minumlah, pelan-pelan saja sayang. Tidak usah buru-buru, waktu kita masih 15 menit lagi." kata Namjoon berusaha menenangkan Jin.

Seokjin yang akhirnya sadar panggilan yang diberikan Namjoon untuknya, 'Jinnie' dan 'sayang', langsung bersemu merah. Dia tetap melanjutkan makannya, tapi ia tidak merasakan apa yang masuk dalam mulutnya. Pria mesum di depannya ini langsung khawatir, ia mengira bahwa Jin sakit setelah tersedak tadi.

Akhirnya selesai juga acara makan Seokjin,

"Gomawo ramennya Joonie oppa, milkshakenya juga," ucap Seokjin.

"Tentu saja Jinnie, oh ya, boleh minta nomermu? Aku bisa kau andalkan, kau bisa bertanya tentang pelajaran yang tidak kau mengerti atau mempertanyakan perasaanku padamu, hehehe," goda Namjoon.

"Oppa, gombalmu receh," jawab Jin dengan mode swagnya sambil menyerahkan secuil kertas berisikan nomer hp dan nama lengkapnya.

"OMOnaaa, dia satu-satunya perempuan yang mengejek rayuanku, apakah tidak mempan ya untuk yang satu in?" batin Namjoon.

"Gomawo baby, kajja, kita ke kelas, lima menit lagi bel akan berdering," kata lelaki bermarga Kim.

"Ne," jawab Seokjin.

Dia tidak pernah diperlakukan semanis ini dalam keluarganya, sepertinya Seokjin menikmatinya.

SKIP TIME~

Bel tanda berakhirnya pelajaran sudah berdering, anak-anak kelas 10 dan 11 sudah berhamburan keluar sekolah, lalu diikuti anak kelas 12. Seokjin segera berlari menuju halte, takut ketinggalan bus. Baru 50 meter sebelum sampai ke halte ada yang mengklaksonnya.

Seokjin kaget lalu langsung berbalik ke belakang dan membungkuk tanda minta maaf. Namun pemilik mobil itu keluar, bersamaan dengan datangnya bus dengan jalur yang akan dinaiki Jin. Sepertinya Jin akan ketinggalan bus lagi.

Karena pemilik mobil itu memakai sweater kebesaran dan baju jenis turtle neck membuat separuh dari wajahnya tertutup. Ia langsung menarik Jin masuk ke dalam mobilnya. Lalu ia menurunkan turtle necknya sampai di bawah dagu.

"Joonie oppa! M-maafkan aku, pasti oppa sangat kaget saat melihatku berlari di sembarang tempat dan hampir menabrakku," cerocos Jin.

Namjoon kaget atas perkataan Seokjin, "Ya ampun kau sepertinya salah paham, aku bermaksud untuk mengantarkanmu pulang," kata Namjoon.

"Ehh begitu?? Ne oppa," jawab Seokjin dengan sedikit memberikan nada manja.

Namjoon sudah gemas dan tidak tahan untuk mencubit pipi Seokjin. Ia mencubitnya pelan dan penuh perasaan. Merasakan tiap inci kulitnya.

"Astaga lembut sekali wajahnya, jadi pengen jilat deh, huhu, sampai kapan aku nahan hasrat dan cintaku ya Tuhan?" batin Namjoon diiringi senyuman terbaiknya.

"Nah sekarang tunjukkan dimana letak rumahmu," kata pria berdimples dua itu.

SKIP TIME~

"Terimakasih Joonie oppa sudah berbaik hati mengantarkanku pulang," teriak Seokjin dari luar mobil.

Namjoon melambaikan tangannya, mengisyaratkan Jin unuk kemari padanya, "Nah Jin, aku siap menjadi teman curhatmu, bilang kalo ada yang jahat sama kamu, oppa siap bantu masalahmu dan menuntunmu ke jalan, hati oppa," bisik Namjoon dengan suara yang dibuat selembut mungkin sambil memberikan wink pada Jin.

"Ne oppa, o iya, jangan beri tahu latar belakangku pada teman-teman oppa maupun teman-teman seangkatanku ya," kata jin sambil memberikan balasan wink untuk Namjoon.

Namjoon tersenyum tipis, menjaga imagenya di depan Jin. Padahal jantungnya sudah dugeun dugeun seperti detakan ritme lagu pada klub-klub malam.

Ia sedikit bingung, memangnya kenapa kalau teman-temannya tahu? Kenapa Jin menyembunyikan jati dirinya? Akhirnya ia pun memilih melupakannya, dari pada menambah beban pikirannya.

Segera ia menutup kaca mobilnya, seperempat detik sebelum kaca mobil tertutup, mata Namjoon bertemu dengan mata dari seorang lain dari lantai atas dekat jendela di rumah milik Jin.

Anehnya, iris mata lelaki itu berwarna merah pekat. Namjoon berpikir itu hanyalah ilusi optiknya. Padahal..

In The Kim's House~

Seokjin langsung melesat ke kamarnya, mencuci kakinya dan melepas lensa kontak yang ia pakai. Lensa kontak? Ya, tapi Seokjin tidak bermata minus, warna irisnya juga sama persis dengan iris lelaki yang tadi bertemu dengan mata Namjoon.

"Dari mana saja kamu? Kau terlambat tiga menit," kata seorang lelaki bersuara barithone itu.

"Yak, cuma terlambat tiga menit saja oppa sudah marah," jawab Seokjin.

"Biasanya kau akan terlambat lima menit, tetapi ini lebih cepat dua menit, siapa tadi yang mengantarkanmu eoh? Kenapa matanya tajam sekali seperti mata elang? Apa dia juga 'seperti' kita?" tanya lelaki yang bernama Kim Taehyung itu.

"Tae tae oppa, tak perlu dikhawatirkan, dia manusia normal yang baik dan perhatian, sudahlah aku ingin tidur," jawab Seokjin sambil berlalu ke kamarnya.

"Astaga aku ini bisa mendengar percakapan kalian dari dalam sini paboya, apa Jinnie sudah memiliki hubungan dengan lelaki itu? Matanya tajam, hebat juga bisa mendapati gerak-gerikku dari sempitnya celah jendela mobil itu," batin Kim Taehyung.

Baru saja Seokjin menutup matanya, hpnya berdering menandakan ada pesan masuk.

"Jinnie, besok kita jajan bareng lagi ya, jangan lupa aku mau ajak kamu jalan abis pulang sekolah, minta izin dulu ya sama ortu. I love u jinnie "

-Kim Namjoon

"Ne," balas Seokjin.

Ia tak perlu minta izin kedua orang tuanya, sebab ia tinggal di rumahnya bersama oppanya. Kedua orang tuanya pergi menikmati waktu mereka di Paris.

Jauh di sana ada seorang lelaki berambut pirang sedang menatap layar hpnya, senyumnya pudar dan merasa gelisah.

"Ya Tuhan, kenapa dia dingin banget? Sangat tidak terduga, o iya, tadi aku ngrekam dia makan ya, nonton ah, siapa tau ada aib, kekeke," tawa Namjoon.

Namjoon tinggal di rumah miliknya sendiri, agak jauh dari pusat kota, karena dia tidak menyukai kebisingan dan melihat orang mondar-mandir di pemandangan dari balkon rumahnya. Dia tinggal bersama saudara sepupunya, tapi saudaranya itu sedang melanjutkan studi di Jerman dan bekerja mengurus perusahaan.

Apa Namjoon membeli rumah dengan uangnya sendiri? Ya, dia memiliki perusahaan yang diwariskan ayahnya yang sudah pensiun, perusahaan teknologi terbesar di Korea yang sangat mempengaruhi angka perekonomian di sana, KIM CORPORATION. Sedangkan perusahaan yang diurus saudara sepupunya merupakan cabang baru yang dibuka di Jerman.

Hebat bukan? Seorang remaja lelaki dengan umur 18 tahun sudah menjadi CEO sebuah perusahaan, memiliki rumah sendiri bahkan mengoleksi mobil-mobil sport. Yah lengkap sudah. Tapi, Kim Namjoon tetaplah seorang remaja mesum dan labil yang sedang mencari jati dirinya juga.

Apabila Namjoon merasa kesepian ia akan mengajak sahabatnya untuk pergi ke klub malam dan minum sampai setengah mabuk lalu melakukan one night stand bersama wanita yang dipilihnya secara acak ketika mabuk. Ya begitulah, sesempurnanya diri mereka pasti ada juga sisi gelapnya.

Di siang bolong seperti ini jarang-jarang Namjoon merasa bosan, lalu seperti biasa ia menelpon teman-teman segengnya untuk datang ke rumahnya. Biasanya mereka akan membuat pesta kecil dan menginap 2-3 hari di rumah Namjoon.

Tak lama mereka yang di tunggu Namjoon pun datang. Jung Hoseok, Park Jimin, dan Jeon Jungkook. Yang pertama, Jung Hoseok, dia adalah sahabat yang di temukan Namjoon pada saat kelas 7, ia direktur utama dari IBG COMPANY, kedua orang tuanya masih belum bisa mengizinkannya untuk mengurus total perusahaan ini.

Jung Hoseok biasa dipanggil Hobie atau Kuda. Statusnya masih single, dia belum mau pacaran, katanya masih ingin mendengarkan cerita-cerita manis sahabatnya yang sudah punya pacar. Dia juga mesum sama seperti Namjoon. Hobie kelas 12-A.

Yang kedua ada Park Jimin, dia adalah sahabat Kim Namjoon yang mesum juga. Sudah punya pacar, namanya Min Yoon Gi. Park Jimin adalah seorang manager CEO dari PARK ENTERPRISE.

Perusahaan yang mengurus desain pakaian-pakaian untuk para artis dan membuatnya. Lalu atasannya menawarkan kerja sama dengan perusahaan Namjoon. Ia pikir ini akan menguntungkan sekali untuk kedua pihak. Lalu mereka dipertemukan saat meeting antar perusahaan berlangsung.

Ya dimulai dari situlah mereka bersahabat, sudah dari 5 tahun yang lalu. Panggil dia Jimin atau dia lebih suka dilanggil Chim. Jimin kelas 12-B.

Yang terakhir ada Jeon Jungkook, dia merupakan direktur utama dari perusahaan Namjoon, walau bisa dibilang Jungkook merupakan 'bawahan' si CEO, walau begitu Namjoon tetap loyal padanya dan itu membuat Jungkook bangga memiliki sahabat sekaligus pemimpin yang hebat seperti Namjoon.

Dia satu-satunya orang di geng ini yang masih polos tak ternodai. Yah, dia selalu mengabaikan ucapan-ucapan kotor yang dibahas Namjoon, Hoseok, dan Jimin. Statusnya masih single. Sering diejek coconut, karena bentuk kepalanya seperti buah kelapa sebab dari efek potongan rambutnya. Jungkook ada di kelas 11-B. Panggilannya Kuki.

"Yak Joon ah, kemarin kau bersama siapa saat ke kantin? Kita sudah cari tempat duduk kau malah pergi dengan orang lain," keluh Jungkook.

"Kalo ga salah liat, kemarin dia bersama seorang junior berdada besar dan bertubuh mungil, hahaha, tipenya banget," sahut Jimin.

"Mwo?! Ucapanmu frontal banget Jim, haha besaran mana sama punya Yoongi?" tanya Hoseok.

"Ah sepertinya lebih besar sedikit atau sama, hahaha," tawa Jimin.

"Mulut kalian sepertinya perlu diberi filter dulu eoh? Beraninya kalian membahas tubuh calon pacarku," kata Namjoon.

"Eh? Ahahaha, masih pdkt yaa? Besok kenalin dong, biar kalo ngumpul bareng kita-kita juga, besok aku bawa si macan betina deh, ya engga Joon ?" tanya Jimin.

"Ya deh iya," ucap Namjoon.

"Terus lu napa suruh kita dateng sini Joon?" tanya Hoseok.

"Jadi gini lho, aku tu galau liat my Jinnie disiksa sama Jae Rin bajingan Sye itu dan kawan satu gengnya, masa tadi dia disuruh kerjain tugas matematika mereka, yang benar saja, dan dia malah menyetujuinya. Duh goblok sih, tapi sayang, gimana dong, tadi dia juga kayak orang kelaperan banget waktu aku jajain ramen di kantin," kata Namjoon.

"Mwo? Rin Sye memang suka menyiksa orang lain," jawab Hoseok.

"Tapi waktu kalian pergi berdua dari kelasnya, aku lihat Rin membawa beberapa bungkus coklat yang sudah di beri pita dan terdapat kertas warna putih diselipkan di antara coklat-coklat itu, kurasa itu untukmu Joon ah," sahut Chim.

"Hm begitu ya, tapi aku merasa kasihan juga. Kudengar dia alergi dengan banyak hal yang berhubungan dengan coklat, " jawab Jungkook dengan selembut mungkin.

"Tapi aku ga suka dia kuk, dia pernah menerorku dengan mengirimi sms berkali kali, lagi pula saat ini aku akan fokus buat ambil hatinya Jinnie," kata Namjoon

"Ya deh, o ya, kemaren aku tanya sama Yoongi, katanya cewemu itu sensitif banget lho, dia juga selektif milih cowonya. Terus satu lagi, dia paling suka cowo yang agresif," jawab Chim sambil menunjukkan smirknya.

"Wow, dia tipe cewe yang kayak gitu? Keren, pas deh kalo gitu," kata Namjoon.

"Joon ah, kapan kita mulai pestanya?" tanya Jungkook.

"Eh iya, kajja kita mulai pestanya, kalian sudah bawa yang seperti biasanya kan?" tanya Namjoon.

"Tentu!" sahut Hobie dan Chim hampir bersamaan.

In The Jin's House~

Malam hari jam menunjukan pukul 9 malam, di luar sedang hujan deras, sedangkan Jin di dalam kamarnya sedang mendengarkan musik sambil belajar.

Jin punya bias, mereka seorang rapper, namanya, Rap Monster dan Agust D. Dia sangat menyukai lelaki dengan selera musik yang sama dengannya, hip-hop. Di tengah kegiatan belajarnya, Jin merasa kelaparan, lalu pergi ke dapur tanpa melepas earphone yang dipasang di kedua telinganya dan hpnya yang ada di kantong piyamanya.

Limas belas menit kemudian ramennya sudah jadi. Lalu ia mendengar hpnya berdering, dilihatnya tertera nama Kim Namjoon. Lalu ia menggesek bagian warna hijau di layar hpnya.

"Halo Jinnie, lagi apa ?"

"Lagi mau makan, ada apa Joonie oppa?"

"Duh maaf baby, oppa jadi mengganggumu."

"Engga kok, ada yang mau oppa bilangin?"

"Jadi gini baby, besok kita makannya bareng temen-temen segengku ya? Aku mau kenalin kamu ke temen-temenku, boleh kan?"

"Eoh? Ne oppa, tidak masalah kok."

"Gomawo baby Jinnie, met makan ya. Bubye, mwah."

Tut..

Kim Seokjin menatap kosong mangkok berisi ramen itu, mukanya sudah bersemu, detak jantungnya terasa cepat dan tangannya gemetar. Kim Taehyung yang melihat keadaan Jin panik seketika. Ia langsung mencopot earphone yang terpasang di telinga Seokjin dan merangkul tubuhnya.

"Jin, kau sakit? Apa ramennya sudah kedaluarsa? Katakanlah sesuatu!" kata Taehyung dengan histeris.

"E-eh? Aku ga sakit kok," jawab Jin.

"Mukamu merah gitu, mana kamu gemeteran tadi, kamu ga sakit berati keracunan ya?" tanya Taehyung.

"Engga oppa, aku gapapa," jawab Jin.

"Yaudah aku tungguin ya makannya, kalo perlu habis makan, langsung tidur aja ok?" pinta Tae.

"Hm, ne oppa," jawab Jin.

Setelah selesai makan, Taehyung langsung menyuruh Jin untuk segera pergi tidur dan membiarkan oppanya ini yang mencuci piring bekas makannya.

.

TBC

.

Gimana ffnya?? Is it good? -.- Ini sebenernya cerita udh lama ak tulis. Dan ini ff pertama yg ak publish *'_'*

Semoga suka ya ~