NARUTO © Masashi Kishimoto

Standard warnings applied.

a/n untuk kamu, ForgetMeNot09, yang nungguin fiksi KibaTama ahahaha semoga suka, ya! Terinspirasi oleh tulisan seorang teman writer di LINE ehe ehe.


not-so-mad with you

© azuramethyst, 2018


Gadis penyuka kucing itu tidak di rumah. Kunci pintu kutemukan di bawah pot bunga dekat pintu. Sepatu-sepatunya berantakan, seperti biasa. Mangkuk bekas sarapan tergeletak begitu saja di atas meja makan, tak lupa susu yang berceceran di meja dan lantai. Pintu kamar kami terbuka, dasar ceroboh.

Aku membuka pintu kamar mandi. Benar saja, lagi-lagi, ia lupa menutup pasta gigi setelah dipakai. Aku mengembuskan napas kasar, selalu saja begini.

Aku mengelilingi rumah sambil menggerutu kesal, bisa-bisanya ia meninggalkan rumah dengan keadaan layaknya kapal pecah seperti ini. Kalau sudah begini, pasti aku yang membersihkan kekacauan yang ia buat. Belum selesai gerutuku, ada secarik kertas yang dilipat di dinding kulkas. Pasti dia.

Tanganku mengambil kertas itu, kubuka, lalu kubaca dengan dada yang menyimpan kesal.

"Halo, sayang!

Aku tahu, kamu pasti sedang menggerutu kesal karena aku yang bodoh, ceroboh, dan pelupa ini. Tapi, aku ingin memberitahu beberapa hal yang kusembunyikan darimu. Aku menulis surat karena terlalu takut kalau bicara langsung. Jadi begini,

Ingat tidak, seminggu lalu, kita beli susu kotak saat belanja bulanan? Kita beli 3 kotak, tapi sekarang sudah sisa 2. Bukan, bukan karena aku yang menghabiskan. Susu yang tadinya ingin kubuka untuk makan sereal itu tumpah ke lantai, semuanya. Untung saja kamu tidak pernah bangun pagi kalau hari libur. Jadi, sebelum kamu bangun, aku membersihkannya.

Lalu, kamu pasti tahu dengan pasti kalau aku memiliki sepatu berwarna cokelat tua. Sepatunya memang masih ada, hanya saja bukan yang sama. Sepatunya hilang karena aku pakai untuk melempari anjing tetangga kita yang galak itu. Demi apapun, aku tidak akan melemparinya kalau anjingnya tidak menakutiku! Sialnya, setelah kucari, ternyata sepatunya hilang. Jadi, aku beli sepasang yang baru agar kamu tidak tahu bahwa aku penakut sampai harus melempari anjing tetangga dengan sepatu.

Terakhir, kamu pasti tidak sadar kalau aku sudah tidak pernah memakai cardigan abu-abu yang kamu belikan di Australia bulan lalu. Bukan, bukan karena aku tidak menyukainya. Justru aku sangat menyukainya. Namun, cardigan-nya bolong karena aku ceroboh saat menyetrika. Setrikaannya aku tinggal saat memasak. Saat aku selesai memasak, aku baru sadar.

Aku tahu, aku sangat ceroboh. Jangan marah, ya, sayang? Aku tidak mau kamu mendiami aku, dan tidak memelukku saat tidur. Atau yang lebih parah, aku tidak mau tidur di sofa sendirian. Kalau surat ini sudah selesai kamu baca, tolong kirim pesan singkat kepadaku agar aku pulang. Aku sangat takut kalau kamu marah. Aku sayang kamu, Kiba!"

Aku meletakkan surat itu di atas meja. Perlahan, aku terkekeh pelan oleh kelakuannya yang menyebalkan, namun tetap menggemaskan. Aku merogoh kantung celanaku, mengambil ponsel pintar milikku, lalu menelpon dia yang ku tahu pasti, sedang bersembunyi di rumah pohon yang kami buat tahun lalu. "Tamaki, ayo pulang."

Tamat