Title : What is Love?

Author : Anatasya Tata

Genre: Romance, Hurt/Comfort, Friendship

Rating: T

Pairing: SasuSaku, SasuIno

Disclaimer : Naruto selalu milik Masashi Kishimoto w)/

DON`T LIKE DON`T READ! (^ O ^) b

~ Selamat Membaca ~


~ Author POV ~

"Sakura, bawakan buku latihan ini ke kelas XI A!" perintah Asuma-sensei kepada gadis berambut merah muda itu, yang tak lain Sakura.

"Ha'i, sensei!" sahut Sakura ogah-ogahan. Dengan berat hati Sakura membawa buku tugas kelas XI A yang lumayan berat itu. 'Beratnya…' keluh Sakura dalam hati. Dengan hati-hati ia membawa buku tersebut, yang beratnya lumayan untuk membuat Sakura kesulitan membawanya.

"Sakura!" Teriak seseorang dari belakang Sakura. Tanpa menoleh pun, Sakura sudah tahu siapa pelakunya. Laki-laki yang memanggil Sakura mulai mendekati Sakura dengan nafas ngos-ngosan akibat berlari terlalu kencang.

"Ada apa, Naruto?" Tanya Sakura. Laki-laki tersebut tak menjawab dan masih mengatur nafasnya, sedangkan sakura diam menunggu apa yang akan dikatakannya.

"Ano... Sakura, tolong gantikan piketku hari ini ya?" Mohon Naruto sambal menyengir ria.

"Hee… memangnya ada apa sampai kau tidak bisa piket hari ini?" Tanya Sakura bingung.

"Hehehehe… Itu… Ano… Aku ada kencan dengan Hinata-chan" Naruto hanya melebarkan cengirannya sambil menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal.

"Lalu…?" Naruto mulai memasang tampang memelasnya. Sakura mendengus tak suka.

"Naruto, jangan karena aku sudah menolongmu untuk dekat dengan Hinata-chan, kau jadi meminta pertolonganku seenak jidatmu!" Sembur Sakura bete.

Yap, awalnya Naruto tidak sedekat dengan Hinata, seperti sekarang ini. Sebenarnya, Naruto menyukai Hinata, begitu sebaliknya dengan Hinata. Tapi, karena sifat malu-malu kucing Naruto, yang tidak mau mengakui perasaannya pada Hinata, membuat Sakura gemas dan geram. Akhirnya, Sakura membantu Naruto untuk PDKT dan menyatakan perasaannya pada Hinata. Lalu hubungan Naruto dengan Hinata mulai mendekat, dan akhirnya mereka pacaran. Yah, begitulah ceritanya.

"Sakura-chan… ayolah… kali ini saja gantikan piketku ya… kau mau kan menolong sahabatmu ini?" Pinta Naruto, masih memasang tampang memelasnya, yang sebenarnya tidak berpengaruh sama sekali terhadap Sakura.

Jujur saja, sebenarnya Sakura malas menggantikan piket Naruto. Namun, Sakura bukanlah tipe orang yang bisa menolak permintaan orang yang disayanginya (begini-begini, Naruto masuk dalam daftar orang yang disayanginya, lho!) . Pada akhirnya, Sakura hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan malas.

"Aaaahhh! Terima kasih, Sakura-chan! Terima kasih! Kau memang sahabatku yang baiiikkk sekaliii!" Seru Naruto lebay dengan berjingkrak-jingkrak tak jelas. Sakura cengo melihat sahabatnya yang super aktif itu. 'Hinata, Hinata.. kenapa kau bisa menyukai orang yang kelewat aktifnya ini?' Sakura menggelengkan kepalanya pelan.

"Kalau begitu, aku pergi dulu ya! Dah!" Naruto mulai berlari meninggalkan Sakura sambil melambaikan tangan. Sakura tersadar dari lamunannya, karena teriakan Naruto. Sakura pun sadar, bahwa dia juga membutuhkan pertolongan untuk membawa buku-buku ini.

"Tunggu dulu Naruto!" Teriak Sakura sekeras mungkin.

"Tenang saja! Nanti aku traktir sebagai balasannya kok! Dah!" Naruto mulai menjauh dari pandangan Sakura. Sakura menghela nafas. 'Lalu, siapa yang akan membantuku membawakan buku yang berat ini? Dasar Naruto!" Keluh Sakura. Sakura mulai berjalan, menuju ke kelas XI A.

Kini Sakura berada di depan pintu kelas XI A yang tertutup, sayup-sayup terdengar suara ciri khas Kurenai-sensei ketika mengajar.

DEG! DEG! DEG!

Detak jantung Sakura berdetak dengan cepat dan kencangnya. Tangan-tangannya mulai terasa dingin. Khas orang yang sedang gugup. Tentu saja Sakura gugup. Bukan karena Kurenai-sensei, tetapi karena orang yang Sakura sukai ada di dalam ruangan tersebut. Sakura menghela nafas untuk mengurangi kegugupannya.

TOK! TOK! TOK! TOK!

"Masuk!" Sahut Kurenai-sensei

Srek!

"Ano, permisi Kurenai-sensei, saya ditugaskan untuk mengantar buku latihan ini" Sahut Sakura gugup dan sesopan mungkin. Mana mungkin Sakura tidak sopan pada guru yang satu ini? Kurenai-sensei adalah salah satu guru yang terkenal akan ketegasannya. Karenanya banyak siswa yang takut dan tunduk terhadapnya. Contohnya sekarang, kelas XI A yang suasananya terasa sangat hening.

"Silahkan taruh disana. Dan kau, bisa kembali ke kelasmu" Perintahnya dengan tegas.

"Ha'i sensei" balas Sakura. Setelah itu, ia terburu-buru untuk keluar dari kelas itu. Dan menghindari tatapan elang dari sang pujaan hatinya. Yap, siapa lagi kalau bukan Uchiha Sasuke. Dia terkenal akan ketampanannya, salah satu putra dari pemilik perusahaan Uchiha Crop, dan pintar dalam akademik. Bukan hanya itu, ia juga hebat dalam karate dan taekwondo. Sungguh pria idaman setiap wanita yang ada di dunia ini. Maka tak heran kalau Sasuke ditaksir oleh banyak wanita. Salah satunya Sakura. Namun, Sakura tidak tahu, apa yang menyebabkan ia bisa menyukai atau jatuh cinta padanya. Sakura benar-benar merasa bingung sendiri kalau memikirkannya.

Dan tanpa disadari Sakura, bahwa sejak ia datang ke kelas tersebut, ada sepasang mata onyx yang menatapnya dengan intens.

TENG! TENG! TENG!

Bel tanda pulang pun berdentang. Menandakan bahwa jam pelajaran telah usai. Murid-murid mulai bersiap-siap meninggalkan sekolah, dan pergi menuju ke rumah masing-masing. Entah itu pulang dengan jalan kaki atau dengan kendaraan. Namun, ada pula murid-murid masih berada dalam area sekolah. Ada yang sedang mengikuti eskul, belum dijemput oleh kendaraan atau sedang melaksanakan tugas piket mingguan. Dan Sakura termasuk dalam pilihan terakhir tadi.

"Forehead, kau tidak apa-apa kalau piket sendirian?" suara perempuan menggema di lorong sekolah yang sepi, yang berasal dari dalam kelas XI C. Kini sekolah mulai terasa sepi dan hening, karena sebagian muridnya sudah pulang.

"Sudahlah Ino. Aku tidak apa-apa. Ini kan hanya piket saja. Lebih baik kau cepat pulang. Hari ini kau sedang ada permotretankan?" ujar Sakura tanpa mengalihkan kepalanya sambil terus menyapu lantai.

"Benar nih? Maaf ya, aku tidak bisa membantumu sampai selesai" Terdapat nada menyesal dalam ucapan Ino, nama perempuan itu.

"iya, tidak apa-apa. Sudah sana kau pulang!" suruh Sakura. Ino jadi agak kesal karena diusir oleh Sakura, padahalkan dia ingin membantunya piket. Jadilah ia mengembungkan pipinya dengan kesal.

"Huh! Jadi kau mengusirku? Dasar! Padahalkan aku ingin membantumu! Baiklah, kalau begitu aku pulang ya! Dah Forehead!" Ino mulai mengambil tasnya dan meninggalkan Sakura sendirian.

"Hati-hati di jalan ya, Ino!" teriak Sakura sambil melihat kepergiaan Ino. Sakura menghela nafas panjang. 'Baiklah Sakura! Semangat!' seru Sakura dalam hati. Sakura mulai melanjutkan pekerjaan menyapu lantainya yang tertunda tadi.

~ Sakura POV ~

Akhirnya… piket yang melelahkan ini selesai juga. Huh! Aku kesal sekali dengan Kiba dan Lee! Gara-gara mereka kabur, aku dan Ino harus piket berduaan. Kalau seandainya Temari sedang tidak sakit, pasti bisa membuat pekerjaan piket ini lebih ringan. Dasar Naruto! Kalau dia tidak memintaku untuk menggantikan piketnya, pasti sekarang aku sedang tidur-tiduran sambil memakan kue strawberry yang kubeli semalam. Hahh… membayangkannya saja sudah membuatku tidak sabar untuk memakannya. Tapi apa boleh buat, aku bukanlah tipe orang yang bisa menolak permintaan orang dengan mudah.

Baiklah Naruto, sebagai gantinya kau harus mentraktirku dengan makanan yang enak-enak dan yang paling mahal. Aku jadi tidak sabar untuk membuatmu jadi bokek dalam sekejap saja. Pasti ekspresimu sangat lucu sekali. Hahaha… itu terdengar sangat kejam, ya. Mana mungkin aku melakukan hal seperti itu. Itu terdengar seperti bukan diriku saja. Aku bukanlah tipe orang yang seperti itu. Apalagi, aku terkenal oleh teman-temanku karena suka membantu siapa saja tanpa meminta imbalan. Bukan berarti, aku juga membantu orang dalam kejahatan. Itu jelas tidak mungkin. Lagipula, setelah Naruto kencan dengan Hinata, pasti ia tidak punya banyak uang untuk mentraktirku macam-macam makanan atau minuman. Yah, mungkin saja ia hanya mentraktirku es teh.

Tanpa sadar, diriku sudah sampai di tempat loker sepatu.

DEG!

Dia. Kenapa dia ada disini? Apa yang dia lakukan disini? Apakah dia menunggu seseorang? Tapi, siapa? Seketika jantungku berdetak dengan kencangnya. Perlahan, dia menuju ke arah tempatku berdiri. Aku sendiri hanya bisa mematung, dan juga tanpa sadar menahan nafas. Mata onyxnya yang setajam mata elang itu menatap ke arah mata emeraldku. Apa mungkin…, ia menungguku? Benarkah? Tapi kenapa? Mungkin aku terlalu banyak berharap. Tapi…, tak apa kan? Kulihat mulutnya bergerak, hendak mulai berbicara.

"Ikut aku," ucapnya.

Singkat dan padat. Itulah ciri khasnya. Dua kata yang barusan ia ucapkan, langsung saja membuat jantung berdetak lebih kencang. Tapi, bukan hanya itu saja yang membuatku mati kutu. Entah ia sadar atau tidak, tangannya menggenggam tanganku. Oh, Kami-sama! Tangan kekarnya menggenggam tanganku!. Rasanya pipiku mulai sangat merah. Mungkin ini adalah hari terindah sepanjang hidupku, dan aku tak akan pernah melupakannya.

Ia membawaku ke arah belakang taman sekolah. Dan tak lupa sambil terus menggenggamku. Oh, Kami-sama! Aku tak bisa melupakan bagian saat ia menggengam tanganku. Ini benar-benar suatu kejadian yang sangat langka!.

Ia berhenti, aku pun ikut berhenti. Lalu ia melepaskan tangannya dari tanganku. Rasanya sedikit sedih. Walau begitu aku tetap sangat bahagia. Ia membalikkan badannya ke arahku. Seketika jantungku berdetak kencang lagi. Astaga, kenapa jantungku berdetak terus sih, aku benci ini.

"Sakura, aku…," panggilnya. Dengan cepat aku mengangkat kepalaku. Huh? Apa itu? Pipinya… memerah? Apa? Seorang Uchiha Sasuke memerah? Ini pertama kalinya aku melihat Uchiha memerah! Astaga ini sangatlah langka sekali. Aku menundukkan kepalaku, sambil menutupi semburat merah yang semakin menjadi-jadi.

"Suka.." APA! SUKA! Tidak! Jangan-jangan ia menyukaiku. Oke, mungkin aku terlalu berharap. Tapi ingin sekali rasanya ia menyatakan suka padaku. Mungkin wajahku sudah sangat merah. Aku menunduk. Rasanya aku ingin terbang dengan..

"Ino, sahabatmu" bahagianya ?

DEG! NYUT!

"Huh?" dengan gerakan secepatnya, aku mengangkat kepalaku. Mataku dikejutkan oleh sosok Sasuke yang dengan semburat merah di wajahnya. Apa? Sasuke, menyukai Ino?! Menyebalkan. Seharusnya aku jangan berharap terlalu berlebihan. Sakit. Sakit sekali. Ingin rasanya aku menangis, tapi mengingat kini aku sedang berada dimana, maka aku menahannya sekuat tenaga. Tak kuasa, ternyata ia menyukai Ino. Ino… sahabatku.

Hahaha… ini adalah balasan karena diriku yang terlalu berharap. Diriku yang terasa terbang akan kebahagian dan senang, kini dihempaskan begitu saja tanpa ampun.

"Lalu?" tenggorokanku terasa tercekik, tak kuat mengeluarkan suara dengan paksa. Tanpa bicara pun aku sudah tau apa yang akan ia katakan.

"Buat dia dekat denganku," mintanya. Mungkin itu tidak terdengar seperti permintaan, melainkan perintah. Mungkin ia mudah sekali memerintahku, tanpa tau isi hatiku. Lagipula, mana mungkin aku terang-terangan mengungkapkan isi hatiku. Apa aku perlu mengatakan hal "Hei! Aku suka padamu! Jadi jangan mencintai orang lain, karena itu membuat hatiku sakit!" itu benar-benar memalukan. Aku bukan siapa-siapanya, jadi aku tidak berhak melarangnya melakukan hal yang ia inginkan. Termasuk mencintai orang lain. Hah.. kalimat terakhir tadi sangat menohokku.

"Hei! Kau dengar tidak?" panggilannya membuyarkan lamunanku.

"Kenapa?"

"Hn?"

"Kenapa harus aku?" tanyaku, dengan menundukkan kepala. Akibatnya membuat beberapa helai rambut jatuh menutupi wajahku.

"Karena kau sahabatnya" jawabnya jujur. Benar. Tentu saja ia meminta pertolongan kepadaku. Karena aku, sahabat Ino. Benar.

"Selain itu, aku sudah mendengar cerita tentangmu, bahwa kau telah membuat Dobe dan Hyuga-san pacaran." Lanjutnya.

"Naruto?"

"Hn" hening sesaat. "Jadi, kau mau menolongku?" pertanyaan itu terucap lagi. Ingin rasanya aku menolaknya, lalu cepat-cepat lari dari sini. Ini sangat membuatku sesak. Bodohnya aku malah menjawab.

"Baiklah, aku akan membantumu" jawabku lalu tersenyum riang palsu. Rasanya, sulit sekali untuk tersenyum dalam keadaan sesak begini. Namun, aku harus memaksanya.

"Hn. Terima kasih" ucapan terima kasih itu menambah lebar senyumku. Ya, hanya senyum palsu untuk menutupi rasa sakit ini. Ia melenggang pergi meninggalkanku, tanpa melihatku. Ia tak sadar bahwa aku mulai menitikkan air mata. Buru-buru ku hapus air mata itu dengan kasar. Aku pun mulai meninggalkan taman itu, dan cepat-cepat ingin pulang ke rumah. Rasanya aku ingin meledakkan semuanya. Air mataku mengalir begitu saja. Aku berlari dengan cepat lalu melewatkan Sasuke-kun begitu saja. aku sudah tidak peduli apa yang ada dipikirannya atau raut wajahnya saat ini, jika melihat aku berlari dengan cepat dan tergesa-gesa begini.

Aku belum dapat mempercayai ini. Berharap bahwa semua ini hanya mimpi buruk dan kelak mentertawakan mimpi itu. Namun kini semua berbeda. Ini bukanlah mimpi, ini benar-benar nyata. Benar-benar sakit rasanya jika mengingatnya. 2 jam telah berlalu setelah kepulanganku dari sekolah. Selama itulah aku telah mengurungkan diri di dalam kamar. Kukeluarkan semua cairan bening yamg tak dapat kubendung lagi. Sudah berkali-kali juga Kaa-san memanggilku untuk keluar dari kamar. Namun aku tak memperdulikannya. Aku hanya ingin sendiri dulu, untuk mengeluarkan sema unek-unekku.

Aku sadar, bahwa aku tidak boleh begini terus. Aku harus melupakan cinta pertamaku. Mungkin tidak akan mudah, mengingat aku akan terus melihatnya untuk membantunya dekat dengan Ino. Namun aku harus terus berusaha. Aku juga tidak boleh mengingkari janjinya. Aku harus bertahan walau sakit rasanya. Ya, kau pasti bisa Sakura. Pasti.

~ Author POV ~

Sakura menghapus air matanya dengan kasar.

TOK! TOK! TOK!

"Sakura, makan nak," panggil ibunya dari balik pintu. Buru-buru Sakura menghapus air matanya itu.

"Ha`i Kaa-san" jawab Sakura. Ia pun segera turun dari tempat tidur, lalu membukakan pintu. Ternyata, Kaa-san masih ada di belakang pintu. Sakura kaget, ia segera menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya. Kaa-san yang merasa gelagat aneh putri tunggalnya, langsung menyadari apa penyebab ia mengurungkan dirinya di dalam kamar.

"Sakura, kau habis menangis, hm?" perkataan Kaa-san, membuatnya makin gelisah. Kaa-san membelai kepala Sakura dengan lembut. "Kalau kau ada masalah ceritakan saja pada Kaa-san. Mungkin itu akan melegakan hatimu," Sakura menggeleng lemah, tetap pada posisi menunduk. Kaa-sa menghela nafas. "Baiklah, sekarang kau makan ya. Kaa-san sudah buatkan onigiri kesukaanmu"

"iya," jawab Sakura. Ia pun tersenyum lemah.

Sejak hari itu, ia mulai menghindari Ino dan Sasuke. Mulai dari makan sendirian di atas atap, jarang mengobrol dengan mereka, dan lain-lainnya yang menyangkut dengan mereka. Hari ini pun, ia berusaha untuk membatasi kontak apapun pada mereka. Terutama Ino. Tentu saja, itu karena Ino adalah sahabatnya. Pasti ia menyadari tingkah lakunya yang aneh, akhir-akhir ini.

"Sakura!" Sakura terlonjak kaget saat namanya dipanggil. Seketika buyarlah lamunannya. Ia pun sadar, siapa yang memanggilnya barusan. Tepat, Ino. 'Panjang umur' gumamnya dalam hati.

"Sakura, kau kenapa? Kenapa tiba-tiba saja, kau mulai menjauhiku? Apa aku punya salah kepadamu? Kalau benar begitu, jelaskan padaku apa salahku" Tanya Ino blak-blakan. Ia benar-benar sudah tidak tahan lagi. Rasanya sakit jika dijauhi oleh sahabat sendiri. Ditambah lagi ia juga tidak tau apa sebab, Sakura menjauhinya. Maka dari itu, ia pun menanyakan hal ini kepada Sakura.

Sakura meneguk ludahnya. Ia tak dapat berkata-kata lagi. Sekarang ia benar-benar terpojok. Sesuai dugaannya, Ino pasti merasakan gelagat anehnya. Lalu, tiba-tiba saja ia mendapatkan alasan yang logis.

"Hehehehe… itu, karena aku sedang datang bulan," itu tidak sepenuhnya salah, karena Sakura memang sedang datang bulan. Ino mengerutkan alisnya, tanda tak mengerti.

"Lalu, mengapa kau menghindar saat jam istirahat? Padahal, kau tidak perlu menghindarkan?"

"Ah, itu karena, aku merasa kalau darahku tembus. Makanya buru-buru aku keluar saat jam istirahat," Sakura cengengesan, untuk meyakinkan Ino. Ino menatap mata Sakura dengan tajam. Sakura sebisa mungkin untuk tidak melihat Ino. Ino menghela nafas.

"Huh, baiklah, aku percaya," Sakura mulai merasa lega, karena kedoknya tidak ketahuan. "Tapi, kau jangan tiba-tiba menghindar dariku. Itu membuatku risih" Ino mengerucutkan bibirnya sebal.

"Iya-iya" jawab Sakura sambil tersenyum riang. Mereka pun mulai tertawa lepas, seakan-akan tidak tau apa yang akan terjadi setelah ini. Mengenai dengan takdir dan masa depan mereka.

~ TBC ~


Hohohoho... ini Fanfic yang pertama kali aku publish ^w^)/

Benar-benar nekat! Padahal minggu ini akan ada UKK, tapi tetap saja nekat =0=)a

Maaf akan kurang sempurnanya Fanfic ini. Dakuh tau ini jauh dari kata sempurna TT^TT

Hanya menerima kritik sekaligus saran.

Terima sudah meluangkan waktunya untuk membaca fanfic gaje nan aneh ini :D

Sampai jumpa lagi di chapter depan.