Tok. Tok. Tok.
"Kau masih memeliharanya?"
Tok. Tok. Tok.
"Untuk apa kau memelihara binatang sepertinya?!"
Tok. Tok.
"Aku tidak mau memeliharanya lagi!"
Tok... Tok.
"Kalau mau, kau sendiri saja yang pelihara dia!"
"Ibu! Jaga ucapanmu!"
"Kau berani melawan Ibu?"
"Chuuya bukanlah binatang yang dipelihara, Bu. Dia manusia!"
Tok. Tok. Tok.
"Manusia? Kalau dia manusia, berarti dia manusia abnormal, huh?"
"Ibu, tolong! Jaga ucapanmu!"
Tok. Tok.
"Manusia gagal."
"...ah! Sudahlah, Bu. Maafkan aku. Aku pergi."
"Iya, hati-hati."
Tok. Tok. Tok.
"Sudah selesai?"
Remaja lelaki itu menarik kabel yang menghubungkan dari ponsel menuju telinganya. Dia membuka ponsel pintarnya dan mellihat notifikasi yang belum sempat dia sentuh.
"Berbahaya mendengarkan dengan volume sekencang ini."
Laki-laki itu terdiam.
"Anda yakin?"
Lelaki itu terkekeh pelan. Menekan tombol 'OK' dan berdiri. Bersiap menuju sekolah.
Surganya.
[Reason For Live]
Bungou Stray Dogs © Asagiri Kafka & Harukawa35
Soukoku
AU!
School Life.
Family, Hurt/Comfort
Enjoy
"Chuuya!"
Ketika dia ingin membuka pintu setelah selesai memakai sepatu, dia menoleh ke arah belakang. Menemukan sang kakak tengah mengunyah roti sambil membawa dua tas besar. "Kau tidak sarapan?"
"Aku kenyang."
"Tidak bisa, Chuuya. Kau harus makan," ujarnya lembut. "Nah, ingin rotiku?"
"Menjijikan, Nii-san."
Tawaran ditolak mentah-mentah oleh sang adik, sang kakak berusaha menahan diri dengan tersenyum.
"Ingin berangkat ke sekolah bersama?"
"Boleh."
Sang kakak tersenyum ceria. Berjalan di samping Chuuya sambil menggenggam erat tas birunya.
Keluar dari perumahan, mereka berdua berjalan sambil mengobrol basa-basi. Tentang kehidupan sekolah masing-masing dan lain hal sebagainya.
Chuuya sedari tadi tidak menyahut banyak. Dia hanya mendengarkan sang kakak bercerita. Jika ada yang bisa dia jawab, maka dia akan menjawab. Sang kakak mengoceh tentang begitu hebatnya kehidupan pada masa SMA.
Chuuya belum menginjakkan kaki di bangku Sekolah Menengah Atas. Tahun depan dia akan memasukinya, sedangkan sang kakak tengah berjuang untuk mendapatkan beasiswa perkuliahan. Chuuya akui, kehidupan ekonomi mereka bukannya berlimpah. Mereka hidup pas-pasan dan keluarganya akan sangat bersyukur jika sang kakak mendapatkan beasiswa untuk meringankan beban. Dan... Hei, siapa sih yang tidak ingin mendapatkan beasiswa?
Sang kakak juga menceritakan pekerjaan paruh waktunya di salah satu kantor detektif. Katanya, disana banyak detektif berbakat yang menyelesaikan kasus-kasus penting. Dia berkata bahwa pekerja disana sangat ramah dan dia nyaman bekerja disana.
Chuuya tahu bahwa keberadaan sang kakak di sampingnya terlalu 'terang' baginya. Sang kakak merupakan pedoman dan harapan keluarganya.
Sementara dia apa?
"Oh ya, Chuuya. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
Chuuya menghela napas berat.
"Aku sudah tahu. Onii-san, kau akan pergi karyawisata selama seminggu."
Sang kakak tersentak, "Kenapa kau tahu?"
"Sebanyak apapun kegiatan Nii-san di luar sana, keperluan Nii-san tidak akan sebanyak itu. Lagipula, Nii-san orangnya simple."
Gelak tawa terdengar. "Ahaha. Kukira kau mendengar percakapan kami tadi pagi."
"Aku mendengar lagu."
"Ahaha. Itu bagus!"
Chuuya tersenyum tipis, "...tapi tetap saja terdengar."
Sang kakak tidak merespon. Chuuya tersenyum.
(=+=)/
"JADILAH ANAK BAIK."
Chuuya meremas kertas yang diberikan sang kakak kasar. Beberapa detik sebelum dia memasuki sekolah, dia mendapat sebuah nasihat untuk persiapannya seminggu ke depan.
"Semua rangkuman ada di kertas ini. Onii-san sudah telat! Aahh!"
Ya, rangkumannya terlalu singkat sampai Chuuya malas mengartikannya secara dalam.
Menutup loker sepatu, Chuuya berjalan menuju kelasnya sambil meminum jus kotak yang baru saja dia beli dari mesin penjual.
"Ukh."
Sudah dia duga. Ide buruk meminum jus jeruk di pagi hari tanpa sarapan.
"Kau juga bodoh. Hanya mengambil roti di depannya saja tidak berani."
Satu kalimat. Setelah dia mengucapkan itu, dia berteriak hingga beberapa orang melihatnya dengan ekspresi terkejut.
Lupakan.
Lupakan semuanya.
Chuuya melangkahkan kaki kecilnya. Dia bersyukur masih bisa berdiri hari ini.
Melangkahkan kaki menuju kehidupan sekolah...
Pelajaran usai seperti biasanya. Kantin ramai seperti -temannya bertingkah seperti biasanya.
Semua biasa.
Apakah ini tepat disebut surga?
Chuuya menggelengkan kepalanya. Memakan onigiri yang baru saja dia beli dari kantin dan duduk memainkan ponsel pintarnya di atap sekolah.
Tidak ada apa-apa.
Chuuya mematikan ponsel dan menyimpannya di dalam saku. Cahaya matahari siang memang menyilaukan, tapi entah mengapa cahaya matahari siang ini hangat. Chuuya menyukai dimana dia bisa duduk sambil menikmati bau hangat matahari dengan diterpa angin sepoi-sepoi.
Hangat.
Di balik bayang-bayang, dia berusaha menggapai cahaya.
"Apa yang sedang kaupikirkan?"
Chuuya terdiam.
"Matahari siang ini hangat."
"Uhm... Entah kenapa aku setuju. Tidak terlalu terik dan tidak terlalu dingin. Ah, matahari mana bisa dingin."
"Hangat seperti pelukan."
"Seperti dipeluk matahari?"
"Iya."
Suara itu terkekeh, "Kau gila."
"Pelukan seorang ibu..." Chuuya bergumam sendiri. "Aku selalu dipeluk matahari, tapi tidak pernah dipeluk oleh seorang ibu."
Suara itu terdiam.
Chuuya pun terdiam.
"LHO, ADA ORANG?!"
Kau baru sadar sekarang, Chuuya?
Tertawa terbahak-bahak. Chuuya refleks berdiri dari sandarannya dan melirik manusia mana yang menganggu waktu istirahatnya.
"Kau tidak sadar ada orang dari tadi? Kau lucu sekali!"
Chuuya menatap tajam laki-laki penganggu, "Diam atau kujahit mulutmu."
"Kejamnya." Manusia itu menghela napas. "Kau pasti Nakahara Chuuya dari kelas 2-2, 'kan?"
Chuuya menatapnya semakin tajam. Orang ini mengenalku, pikirnya.
"Dan kau pasti si Maniak Bunuh Diri itu, 'kan?"
Dan tentu saja Chuuya mengenal orang ini.
Orang yang minggu lalu berusaha melompat dari jendela kelasnya karena candaan dari teman perempuannya dari kelas 2-1, "Jika kau melompat dari jendela itu dan selamat, aku akan bunuh diri denganmu."
Sayangnya sang perempuan menarik kembali kata-katanya setelah melihat orang itu kembali dengan keadaan sehat walafiat tanpa cacat sedikitpun.
"OHOK!" Orang ini terbatuk, merasa tersanjung. "Terimakasih sekali! Aku senang dipanggil seperti itu!"
"Hoiy!" Chuuya kehabisan akal. "Cih, lupakan apa yang kukatakan tadi."
"Baik, baik~ Ucapanmu akan kusimpan di otakku dan telah kumasukkan ke dalam folder 'Rahasia serta Aib'."
"Oi!"
Orang ini tersenyum. "Ingin berkenalan denganku?"
"Tidak, terimakasih. Pelajaranku selanjutnya guru killer. Aku tidak mau terlambat."
Chuuya berjalan cepat, melewati orang dengan senyum menyebalkan itu.
"Dazai."
Chuuya berhenti melangkah. Melirik ke arah belakang dan menemukan orang itu sedang tersenyum tipis.
"Namaku Dazai Osamu."
Chuuya menyumpahi angin sepoi-sepoi yang datang menyibak rambut dan jaket orang yang menyebalkan ini sehingga membuat pemandangan di depan matanya itu ...
"Salam kenal, Chuuya."
... indah.
"Aku tidak tanya namamu."
Bel tanda istirahat makan siang berakhir membuat Chuuya sedikit terburu-buru.
"AA! Chuuya, kau tidak membuang sampah bungkusan onigirimu!"
Chuuya pasti salah dengar.
Pulang sekolah adalah gerbang neraka bagi Nakahara Chuuya. Apalagi mengingat bahwa sang penyelamat sedang pergi selama seminggu.
Dia bersyukur ketika sang guru sedang tidak memiliki mood untuk mengajar. Dia memberikan kelas latihan dan Chuuya berhasil menyelesaikannya dengan cepat. Menghabiskan waktu dengan bersiap-siap sehingga saat bel pulang berbunyi dia bisa segera pulang.
Tapi kenapa dia terburu-buru untuk pulang?
Jawabannya adalah ...
"Aku memiliki firasat buruk."
"CHUUYA~!"
Pintu kelas 2-2 terbuka kasar sehingga beberapa murid yang belum menyelesaikan latihan serta ketua kelas yang berteriak-teriak "Kumpulkan tugas. Yang piket, piket!" tersentak kaget. Mereka lebih kaget lagi ketika yang membuka pintunya adalah murid kelas sebelah.
Chuuya yang tengah berdiri sambil memasukkan buku ke dalam tasnya pun tersentak. Apakah ini firasat buruknya?
"...kau lagi." Chuuya berdecik kesal. "Mau apa kau lagi, hah?" tanyanya sambil mendekati Dazai. Dazai tersenyum sambil mengambil sesuatu dari tasnya.
"Kau lupa membuang sampah onigirimu tadi."
.
.
Krik.
Chuuya ... kehabisan kata-kata, "Lalu?"
"Buanglah."
"KENAPA KAU TIDAK BIARKAN SAJA ITU DISANA?!"
"Tidak bisa, Chuuya. Peraturan di sekolah adalah dilarang membuang sampah sembarangan dan peduli terhadap lingkungan."
"KALAU BEGITU BUANGLAH!"
"Tidak bisa, Chuuya. Ini sampahmu."
"KALAU BEGITU APA GUNANYA ATURAN YANG KAU SEBUTKAN TADI?!"
"Tidak bisa, Chuuya. Karena aku ingin mengajak orang lain untuk peduli dengan lingkungannya."
"SIALAN KAU!"
Dazai tersenyum, "Nah. Buanglah ke tempatnya~"
Dengan tampang tidak berdosa, Dazai meletakkan sampah onigiri di atas kepala Chuuya.
"Oops. Mendarat mulus."
"BRENGSEK!"
Dazai menghindari pukulan maut Chuuya, kemudian berlari kencang.
"Woaa, singa mengamuk~"
"TUNGGU KAU, SIALAN!"
Dazai tertawa. Chuuya mengejar Dazai dengan langkah kaki penuh kekesalan.
"Ternyata benar."
Ajang kejar-kejaran dimulai. Beberapa siswa yang masih memiliki kegiatan di sekolah terdiam dengan aksi kejaran yang sebenarnya bisa memakan korban jiwa itu.
"Si Maniak Bunuh Diri, 'kan?"
"Dia ingin bunuh diri dengan memancing emosinya?"
"Bisa-bisa dia mati dibunuh, bukan bunuh diri."
"Siapa yang kalian bicarakan sih?"
"Itu lho... Nakahara Chuuya."
"TUNGGU, DAZAI! KUHAJAR KAU!"
"Kejar aku kalau bisa, Chuuya~"
"Si Pembunuh itu..."
"Jangan asal bicara. Tidak ada yang tahu faktanya."
"Lagipula aku juga kurang suka dengannya. Tampan sih, tapi suaranya itu terlalu besar. Mudah terpancing emosi."
"Suaranya bagus lho. Aku pernah mendengarnya bernyanyi."
"Tapi kau berani mendekatinya?"
"Tidak sih."
Chuuya nyaris menabrak salah satu siswa perempuan yang membuatnya harus berhenti mendadak.
"Tidak."
Chuuya terkejut. Seakan dikejutkan oleh serangan listrik, dia berteriak kesal.
"Sudah lewat waktunya."
Ketika Chuuya ingin kembali ke kelas untuk mengambil tas, Dazai muncul dengan wajah tidak berdosa.
"Ha-lo-Chuu-ya~"
Chuuya menghadiahkannya lemparan sepatu tepat mengenai wajah.
Di saat Dazai selesai merintih dan membersihkan kotoran yang menempel di wajahnya, Chuuya menghilang.
-To Be Continue-
Halo! Berjumpa lagi dengan saya.
Kali ini saya membawa fanfiction ringan dengan pair Soukoku.
Bungou Stray Dogs S2 sudah tamat, tapi tidak apalah. Mari kita sama-sama mengasup! ^^
Untuk kali ini, maaf ya kalau fanficnya anu. Ini ...sebenarnya curahan hati.
Chuuya sedikit OOC ya. Chuuya akan lebih OOC nanti... Tapi ada maksud dari OOC tersebut...sebenarnya.
Dinikmati saja ya.
Aku takut PHP karena tidak bisa cepat update... Kakak dan Ibu dari Chuuya awalnya aku ingin mengambil Tachihara dan Kouyou, tapi tidak jadi... Jadinya OC.
'Alasan hidup Dazai' dan 'Kehidupan pahit Chuuya'
Kata kunci biar aku tidak lupa dengan cerita lanjutannya nanti.
Terimakasih.
Salam,
IvyEvad9
