Characters : Masashi Kishimoto
Story : Izumi Kim
(Ide pasaran! Maaf jika terdapat kesamaan cerita!)
23 Juli 2016
.
[WARNING! RATED 19+ / ADULT STORY]
WE BELONG TOGETHER
.
.
.
.
.
TINGG! Pintu lift sebuah gedung perkantoran berlantai 23 di tengah kota metropolitan Konoha itu terbuka di lantai 7. Tepat saat pintu lift terbuka lebar, muncullah sesosok pria yang diperkirakan berusia 28 tahun dengan balutan jas hitam dengan dasi merah berjalan keluar dari lift tersebut. Lelaki itu berambut hitam legam sama seperti warna matanya, wajahnya halus dengan hidung mancung dan rahang yang kokoh serta wangi maskulin yang menyeruak saat ia berjalan. Tak ada seorang gadis bahkan wanita pun yang tidak bertekuk lutut dihadapannya. Tak hanya beruntung dalam fisik di tubuhnya, dalam hal materi (harta) pun ia sangat amat beruntung. Ya! Pria rupawan tersebut adalah pemilik gedung perkantoran yang bernama "Uchiha Corp".
"Ohayou Gozaimassu, Uchiha-sama." sapa gadis cantik sambil membungkukan badan. Gadis itu adalah salah satu karyawannya, tepatnya adalah sekretaris 'pribadinya'. Harap di garis bawahi, dikutip bahkan diperbesar kata dari PRIBADINYA!
"Jangan membungkuk seperti itu. Karyawan lain bisa dengan bebas melihat pakaian dalammu." jawab Itachi sambil sedikit menyeringai.
Tepat! Gadis cantik berusia 23 tahun berambut pirang panjang dengan bola mata sebiru langit dan berkulit halus bersih bak boneka barbie itu memang menggunakan rok abu-abu super mini sekitar 15 cm di atas lutut dengan kemeja putih ketat yang dipadu oleh blazer kantor berwarna senada dengan rok mininya, tak lupa stocking khaki hingga lutut dan sepatu heels hitam 7 cm.
"Masuk ke ruanganku, Yamanaka Ino." sambung Itachi yang terlebih dahulu berjalan memasuki ruang kerjanya.
Sebelum memasukki ruangannya, Itachi yang berdiri tak jauh dari Ino sempat menepuk pelan bokong sekretaris cantiknya itu, hal tersebut membuat wajah Ino memanas dan berubah merah. Dengan santainya, Itachi berjalan masuk tanpa merasa bersalah sedikitpun. Untung saja, di lantai tersebut jarang sekali orang berlalu-lalang karena memang Itachi yang membuat peraturan agar tidak sembarangan karyawan pergi ke lantai 7 jika tidak ada urusan mendesak seperti meminta tandatangan atau sebagainya. Ino pun akhirnya memasuki ruangan bos tampannya tersebut.
"Kemari!" perintahnya saat melihat Ino menutup pintu ruang kerjanya. "Jangan lupa untuk menguncinya." lanjut Itachi yang saat itu sedang duduk di kursi kerjannya. Ino sangat amat paham maksud dari ucapan bos-nya tersebut.
"Tapi ini masih pagi, Itachi-kun. Kau... tidak seperti biasanya." ucap Ino duduk di meja kerja Itachi yang membuat ia berhadapan dengan pria berambut hitam tersebut. Ino memanggil 'Itachi-kun' hanya jika mereka sedang berdua dan having sex.
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Mungkin saja karena rok super mini-mu ini. Aku jadi horny." jawab Itachi sambil menyentuh paha mulus Ino yang tersaji di depannya.
"Apakah celana dalamku terlihat jelas jika memakai rok ini?" tanya Ino menyipitkan matanya.
"Hahhaa... Tentu saja tidak! Mungkin karena aku sudah terbiasa having sex denganmu, makanya aku mudah sekali terangsang dengan semua yang ada di tubuhmu. Bahkan saat kau menyapa selamat pagi seperti tadi aku sudah terangsang."
Jantung Ino berdebar dan desiran darahnya mulai merambat naik ke wajahnya. Semenjak pertama kali bekerja di Uchiha Corp ini, Ino akui bahwa ia langsung jatuh hati pada sosok bos-nya itu. Siapa gadis yang tidak terhipnotis dengan ketampanan Itachi? Itachi -sangat- kaya, tampan dan berwibawa. Ia juga merupakan salah satu pewaris harta Uchiha yang tidak akan habis sampai 1000 keturunan (mungkin). Tunjuk dan seret gadis yang tidak terlena dengan semua yang dimiliki Itachi itu segera ke hadapan Ino! Tidak akan ada.
Namun, dibalik wajah dingin nan tampan itu, Itachi ternyata menyembunyikan sifat yang sesungguhnya. Sifat haus akan sex. Ino menyadari dan mengetahui hal itu tepat setelah seminggu ia bekerja di kantor ini. Ino langsung dijadikan Itachi sebagai sekretarisnya dan saat ia ingin memberikan laporan harian ke ruang kerja Itachi, Itachi malah menciumi bibir dan tubuhnya secara membabi buta, dalam dan menuntut.
Semenjak kejadian -yang sangat berkesan bagi Ino- tersebut, Ino diminta untuk menjadi sex partner Uchiha Itachi. Secara sukarela ia pun mengiyakan permintaan Itachi bahkan tanpa bayaran sedikitpun! Tentu saja, Ino melakukannya dengan ikhlas karena ia sangat menyukai bos-nya tersebut. Bodoh sekali bukan? Ino sadar bahwa tak mungkin Itachi akan berbalik menyukai dirinya juga, ia hanyalah gadis biasa dan sederhana berbeda dengan gadis-gadis yang selalu di sekeliling Itachi dengan dandanan super menor dan tas bermerk yang selalu mereka banggakan. Ya, meskipun Ino selalu dibelikan Itachi barang-barang mewah seperti tas, pakaian, sepatu, jam, parfurm dan lainnya tapi Ino tidak pernah berniat memakai barang pemberian Itachi tersebut.
CHU~~ Tiba-tiba saja Itachi mencium paha porselen milik Ino. Itachi selalu melakukan hal ini agar Ino segera memulai 'permaianan' yang sangat disukai Itachi, istilahnya adalah ciuman pembangkit gairah karena Itachi memiliki hasrat sex yang berbeda. Ino paham akan sinyal yang diberikan Itachi dan dengan segera ia mendekatkan wajahnya pada wajah Itachi sehingga terlihat lekukan indah pada tubuh Ino.
"Aku akan memulainya, Itachi-kun."
Tanpa sempat menjawab pertanyaan dari Ino, bibir Itachi telah dilumat oleh bibir pink Ino. Ciuman itu dalam dan panas sehingga tanpa sadar mendorong kursi kerja Itachi mendekati tubuh Ino sehingga saat ini tubuh Itachi diapit oleh paha mulus Ino yang masih duduk di meja kerja Itachi. Ino asyik dengan lidahnya yang bertarung dengan lidah Itachi di dalam rongga mulutnya, sementara Itachi mulai memainkan tangannya di pinggang Ino yang lama-kelamaan turun ke bagian bokong dan tanpa aba-apa, Itachi meremas gemas bokong montok sekretaris cantiknya.
"Aaahhh..." pekik Ino melepaskan ciuman bergairahnya. Itachi yang terlepas dari ciuman itu pun langsung memasukkan kepalanya, mengintip ke dalam rok mini Ino.
"Apa-apaan ini?" tanya Itachi mengeluarkan kepalanya dan menatap Ino penuh selidik. "Kau tidak memakai celana dalam, Ino?
"Aku memakainya. Tapi saat aku masuk ke ruanganmu, aku sempat membukanya di toilet."
"Cih, kau ini sangat nakal." ucap Itachi berseringai.
"Ini semua karenamu. Kau selalu saja tidak pernah mengembalikan celana dalamku sehabis kita melakaukan seks." ucap Ino sebal.
"Aku menyukainya." ucap Itachi menyingkap rok mini Ino sambil terus meremas-remas bagian belakang Ino yang montok dan penuh itu.
Tiba-tiba, sensasi yang sering ia rasakan itu kembali muncul di pagi ini. Sensasi nikmat atas perlakuan Itachi padanya, yaitu memasukan lidahnya ke dalam vaginanya dan menyedotnya dengan nafsu. Ino hanya bisa menikmati kegiatan itu dengan menjambak pelan rambut hitam Itachi. Setelah vagina Ino mulai basah, lidah Itachi berpindah mencari klitoris Ino yang merupakan titik sensitifnya sehingga membuat si empunya mengerang menahan nikmat.
"Aaahhh... Itachi-kun~~ Ahhh... Aku ingin... kelu- aaahhh~~~" ucapnya terhenti karena tidak bisa menahannya lebih lama. "Ahh... It's so... good."
Itachi tersenyum tipis dan dengan sigap ia langsung menjilati cairan cinta milik Ino hingga habis, setelah itu ia memundurkan kursinya menjauh dari Ino. Ino yang paham dengan maksud Itachi lalu turun dan berjongkok tepat menghadap bagian bawah Itachi yang sudah membuka lebar kedua kakinya tersebut. Ino mulai membuka kancing celana hitam panjang yang Itachi kenakan lalu dengan handal, ia membuka resleting tersebut.
Ino paham bahwa Itachi tidak terlalu suka membuka seluruh pakaian dan celananya saat having sex dengan Ino di kantor. Berbeda saat mereka melakukannya di apartemen Ino ataupun apartemen Itachi, dengan suka rela Itachi menanggalkan seluruh pakaiannya yang memperlihatkan abs seksinya. Saat di kantor, Itachi hanya meminta Ino untuk mengeluarkan juniornya dari celana tanpa harus melepaskan celana tersebut.
Ino kagum melihat gundukan besar di balik celana dalam biru tua Itachi. Tapi Ino tidak langsung membuka celana dalam Itachi, ia malah mengelus-elus gundukan tersebut dengan gaya yang seduktif sehingga membuat Itachi sesak nafas lalu mengadahkan kepalanya ke atas tanda menikmati dan mendesah pelan. Setelah puas mengelusnya, Ino menjilati junior Itachi yang masih terbungkus celana dalam itu dan lagi-lagi Itachi mendesah tertahan.
"I..no... kau... sukaahh.. ahhh... sekali mempermainkan... kuuhh." ucap Itachi sambil memejamkan matanya dan menutupnya dengan punggung tangan kanannya.
Saat Ino masih sibuk menghisap dan menjilat junior Itachi, tangan Itachi mulai meraih kancing blazer milik Ino dan membukanya paksa dan kini terpampang jelas dihadapannya gadis (entahlah apa Ino masih bisa disebut gadis) pirang itu berjongkok dengan mengenakan kemeja putih lengan panjang yang sebenarnya sangat sempit di bagian dadanya. Bahkan Itachi menduga bahwa kancing-kancing di bagian dada Ino akan terlepas karena ukuran dada Ino adalah ukuran dada yang sangat membuat pria jatuh cinta dan membuat iri para wanita.
Itachi mulai membuka kancing-kancing kemeja putih Ino, dari 6 kancing yang tersedia, Itachi hanya membuka empat meski begitu tetap saja Itachi dapat melihat dengan jelas dada besar Ino dengan balutan bra berwarna biru gelap dengan renda. Melihat hal itu, ia merasakan juniornya bereaksi.
"Itachi-kun, lihat! Juniormu semakin menegang dan membesar!" pekik Ino kagum sambil menunjukkan gundukan besar Itachi.
"Ini semua karena dadamu! Kau memakai bra yang terlalu kecil dari ukuran dada aslimu, kan?"
"Hihihi~~ Aku menyukainya. Ini terlihat seksi, bukan?" ucap Ino sambil menggoda.
Itachi akui bahwa Ino sangat seksi karena Ino memiliki semua yang diinginkan wanita di luar sana. Tubuh ramping, rambut pirang panjang yang lembut, bola mata biru asli, hidung mancung, bibir pink yang seakan memanggil untuk dikulum, kulit putih yang terawat lalu dada yang besar dan bokong yang indah. Ah! Dan jangan lupa vagina Ino yang membuat Itachi ketagihan. Dengan segera, Itachi menyambar bra biru gelap tersebut, membuka pengaitnya lalu menarik dan membuangnya ke atas meja yang membuat dada Ino bergoyang dan nipple pinknya mengeras. Itachi langsung meraup dua gundukan itu, saat ingin memasukkannya ke mulut, Ino malah melarangnya.
"Itachi-kun ! Aku belum memainkan juniormu ini, biarkan aku menyelesaikan ini dulu, ya?"
"Ayolah Ino! Aku sudah tidak tahan. Cepat!" perintah Itachi sambil menahan gejolaknya. Ia merasa juniornya akan semakin besar, tegang dan mengeras.
Ino terkekeh melihat wajah Itachi seperti itu dan Ino merasa bangga karena hanya dia yang dapat melihat berbagai ekspresi Itachi yang terkenal dengan wajah datar dan dinginnya itu. Ino lalu mulai menurunkan celana dalam biru milik Itachi dan tiba-tiba saja junior dengan ukuran yang tidak biasa itu mencuat keluar. Panjang junior Itachi saat sedang bernafsu terasa dua kali lebih panjang dari keadaan saat ia sedang normal bahkan tangan halus Ino tidak dapat menggenggam keseluruhan.
"Astaga, Itachi-kun~ Kau benar-benar sangat terangsang." kekeh Ino sambil menggelengkan kepalanya.
"Kumohon Ino~ Cepatlah... Aku tidak tahan." erang Itachi sambil mendorong kepala Ino menuju junior tegaknya.
Ino mulai menjilati sisi-sisi junior Itachi dengan lidah mungilnya untuk melumasi benda tegak itu agar tidak kesat. Baru saja beberapa jilatan, ujung junior Itachi sudah keluar sedikit cairan putih. Itachi memang benar-benar tidak bisa menahanya! Ino langsung saja mejilati dan menghisap pre-cum itu lalu melahap junior tegak nan panjang milik Itachi ke dalam mulutnya. Akibat junior Itachi yang sudah -sangat- panjang dan lebar, Ino hanya mampu memasukkannya setengah saja. Itachi mendorong kepala Ino untuk memasukkan juniornya lebih dalam lagi tetapi Ino menggeleng karena ujung junior Itachi sudah sampai akhir kerongkongannya. Dengan intens, Ino memaju mundurkan junior Itachi di dalam mulutnya yang membuat Itachi mendesah penuh kenikmatan.
"Aaahh~~~ Lebih cepat Ino... Ahhh~~~ Masukkan semuanya!"
Itachi merasakan juniornya sudah sampai pada batasanya, tubuhnya pun menegang karena service yang diberikan Ino adalah yang terbaik. Ia merasa dipijat dan hangat dalam mulut Ino. Belum sempat mengeluarkan kata, tubuh Itachi bergetar dan cairan nikmat milik Itachi membanjiri mulut Ino. Ino yang belum ada persiapan pun tersedak akibat serangan mendadak junior Itachi bahkan saking banyaknya, cairan tersebut keluar dari sela-sela bibir pink Ino.
Ino melepaskan junior Itachi yang masih mengeluarkan cairan kentalnya dan dengan sigap memukul-mukul pelan junior Itachi ke dadanya yang membuat cairan tersebut menyelimuti dada besarnya. Meski sudah mengeluarkan cukup banyak cairan cintanya, junior Itachi masih saja kokoh dan Ino langsung mengocok junior Itachi dengan tangannya dan menggulum twinsball Itachi serta menggigitinya pelan.
"Ahhh~~~ Kau benar... benar... profesional, Ino... Ahhh~~~" ucap Itachi terbata-bata karena merasakan nikmat pada junior dan twinsball yang dimainkan Ino.
Ino tidak menjawab, ia hanya memberi isyarat dengan matanya saja karena masih sibuk menghisap twinsball dan mengocok junior Itachi. Setelah selesai dengan twinsball Itachi, Ino menekan ujung junior Itachi pada nipple-nya yang sudah mengeras.
"Kau menikmatinya, Uchiha-sama ?" tanya Ino tersenyum nakal. Itachi hanya mampu mengangguk lalu meraup dada Ino dengan kedua tangannya. "Tekan kedua dadaku." lanjutnya sambil menaruh junior Itachi di belahan dadanya.
Itachi langsung saja menekan dada Ino sehingga penisnya terhimpit nikmat, lalu ia menggesekkan penisnya diantara belahan dada tersebut. Ino sendiri tidak mampu menahan desahannya karena merasakan kenikmatan pada dadanya dan juga penis Itachi yang naik-turun. Saat melihat pre-cum milik Itachi, tanpa ba-bi-bu Ino langsung menjilati ujung junior Itachi dengan sensual. Itachi hanya mampu mengerang nikmat.
"Ngghhh... Penisku terasa nikmat~~~ ahh... Dadamu sama nikmatnya seperti vaginamu, Ino~" rancau Itachi. "Vaginamu seperti vagina perawan... ahhh~". Entah itu merupakan pujian atau sindiran, Ino langsung berdiri dan menghentikan aktivitasnya sehingga mendapatkan tatapan bingung dari Itachi yang masih sangat bernafsu, terbukti dengan masih tegaknya junior Itachi.
"Itu pujian atau sindiran?" ketus Ino.
"Ada apa?" tanya Itachi malah kebingungan.
"Bukannya kau tau aku masih perawan saat itu? Kau pula yang merenggutnya. Apa kau mau mengatakan bahwa vaginaku sudah tidak sesempit perawan karena terlalu sering dimasukki oleh penis besarmu itu?" tanya Ino cemberut.
"Astaga bukan itu maksudku, Ino!" seru Itachi berdiri dari kursinya dan berusaha merengkuh Ino yang masih menggembungkan pipinya tanda sebal. Namun Ino malah menepisnya kemudian mendorong dada Itachi sehingga ia terduduk kembali.
"Akan aku buktikan bahwa vaginaku yang terhebat!" seru Ino menanggalkan semua pakaiannya lalu duduk di paha Itachi. Itachi yang tahu akan kelemahan Ino pun tersenyum nakal, ia sangat tahu bahwa Ino paling tidak suka direndahkan apalagi dikalahkan.
"Coba buktikan padaku, Ino~" bisiknya seduktif. Dengan segera Ino mengarahkan junior Itachi memasuki lubang kenikmatannya.
"Nggghh... Ahhh~~~" desah Ino yang memasukkan junior Itachi dalam satu hentakan yang membuat vaginanya terasa nyeri dan berdenyut sangat intens. Ia kemudian melingkarkan tangannya di leher Itachi dan membaringkan kepalanya di pundak Itachi.
"Kami-sama ! Vaginamu berdenyut sangat kencang, Ino~ Ahh~~ Itu memijat penisku."
"Ah~ Itachi-kun, kumohon jangan bergerak dulu." rintih Ino dengan air mata yang keluar sedikit dari ujung mata indahnya.
"Aku benar-benar tidak bisa menahannya! Aku bisa-bisa keluar tanpa melakukan gerakan in-out pada vaginamu." ungkap Itachi mengelus punggung Ino yang polos.
"Apa kau percaya padaku jika vaginaku masih sempit dan yang terhebat?" bisik Ino di telinga Itachi sambil menjilatnya.
"Hmm... Aku percaya~ Vaginamu yang terbaik dan tidak ada yang bisa mengalahkannya jadi ayo kita segera melakukannya." pinta Itachi yang sudah sangat horny.
Ino menciumi leher Itachi kemudian Itachi melumat bibir penuh milik Ino dengan kesetanan. Dengan sigap, Itachi mulai meraih pinggul Ino dan Ino pun mulai menggerakan pinggulnya ke atas dan ke bawah. Awalnya, Ino melakukan gerakan dengan lambat namun lama-kelamaan Itachi juga turut menaik-turunkan juniornya karena tidak tahan akan kenikmatan yang diberikan Ino padanya sehingga membuat dada Ino terombang-ambing dihadapan Itachi. Tanpa berlama-lama, Itachi meraih dada Ino dan menjilati nipple pink Ino yang sudah mengeras kemudian menghisap dan menggigitinya dengan pelan. Ino hanya bisa mendesah mendapat perlakukan istimewa dari bos-nya itu.
"Hanya aku~~ nghh~" rancau Itachi sambil menjilati belahan dada Ino.
"Hmm?" tanya Ino menangkup pipi Itachi dan melihat ke dalam mata onyx-nya sambil terus menaik-turunkan pinggulnya.
"Hanya aku yang boleh melakukan ini kepadamu~~ Ahhh~ Jangan memberikan kenikmatan ini pada laki-laki manapun!" titah Itachi mengecup lembut bibir Ino.
"Ngghh~~ Iy-aaahhhh~~ Itachi-kun~ Akuu akan kel-keluaaar~~"
"Aku juga aahhh~~ Aku akan keluar di dalam, tidak apa-apa kan?"
"Iyaaahh~~ Hari ini aku nghhh... aman.". Setelah menjawab itu, Ino merasakan semprotan sperma Itachi memenuhi rahimnya. Mereka berdua sama-sama mengerang kenikmatan sehingga tubuh mereka bergetar.
"Aaaaahhhhh~~" teriak Itachi yang dapat melepaskan spermanya di dalam. Ia kemudian menciumi dahi, mata, hidung, pipi dan bibir Ino sebagai ucapan terima kasih. Itu adalah hal yang selalu ia lakukan sehabis melakukan hubungan seks dengan Ino. "Arigatou~" ucap Itachi mengelap keringat di dahi Ino.
"Douita Itachi-kun." jawab Ino tersenyum lalu ia mulai berdiri dan melepaskan junior Itachi dari dalam dirinya yang membuat cairan putih kental milik Itachi keluar dari lubang Ino saking tidak muatnya rahim Ino menampung tembakan sperma dari Itachi.
Ino kemudian mengambil beberapa lembar tisu yang ada di meja kerja Itachi dan membersihkan sperma Itachi yang keluar dari vaginanya. Setelah bersih, Ino mengambil beberapa tisu untuk membersihkan sperma Itachi di junior milik bos tampannya itu. Mendapat sentuhan lembut Ino dan tisu, membuat junior Itachi tegak kembali.
"Bagiamana jika satu ronde lagi?"
"Tidak Itachi-kun. Satu ronde lagi akan memakan waktu dan membuat karyawan lain curiga." jawab Ino memasukkan kembali junior Itachi yang telah ia bersihkan ke dalam celana Itachi kemudian meresletingnya.
"Tidak ada karyawan yang akan ke lantai tujuh pada jam ini, Ino."
"Tidak~"
"Apa kau tega padaku dan penisku ini?" tanya Itachi memperlihatkan gundukan di celananya.
"Tolong kembalikan bra milikku, Itachi-kun." pinta Ino tak mengindahkan permintaan Itachi.
"Tidak." jawab Itachi singkat.
"Apa? Kenapa?"
"Kita impas sekarang. Kau tidak mau menambah ronde, jadi bra ini aku sita. Lagipula kau tidak memakai celana dalam seperti biasanya." jawab Itachi sambil menciumi bra Ino.
"Dasar tidak mau kalah, huh~" dengus Ino sebal. "Baiklah, ambil bra-ku itu dan biarkan karyawan yang lain bisa dengan jelas melihat nipple-ku."
"Tidak mungkin. Blazer itu akan menutupi nipple-mu." tunjuk Itachi ke bawah, dimana baju kerja Ino berserakan. "Lagipula hari ini aku memberimu kelonggaran, kau bisa pulang saat jam makan siang."
"Baiklah~ Ambil saja apapun itu, Uchiha-sama yang licik." ejek Ino lalu mengambil kemeja putihnya dan memakainya. Memang tercetak jelas sekali nipple Ino di kemeja putih nan ketat itu.
"Kau tidak ingin merapikan jas-ku dan rambutku yang berantakan karena permainan panasmu, Ino?" tanya Itachi sambil merentangkan tangannya.
"Kau ini manja sekali~" kekeh Ino kemudian mendekati Itachi.
Hanya Ino yang dapat melihat berbagai ekspresi dan sifat rahasia dari sang pewaris Uchiha Corp ini. Sikap majanya, merajuknya hingga hyper sex-nya. Ino tersenyum, ia pun mulai merapikan jas dan memasangkan dasi serta menata rambut panjang Itachi yang berantakan karena ulahnya. Ketika sedang merapikan rambutnya, Itachi dapat melihat dengan jelas nipple Ino yang tercetak di kemeja putihnya, dan dengan cepat Itachi meraihnya dan meraba nipple Ino yang masih mengeras.
"Itachi-kun !"seru Ino menjauhkan dirinya.
"Ayolah~ Sekali saja~ Hmm?" rajuk Itachi.
"Kau bisa melakukannya di apartemenku nanti, Itachi-kun. Kau bisa melanjutkan berapa ronde pun sepuasmu, akan aku kabulkan." ungkap Ino sambil memakai rok dan blazernya lalu merapikan surai pirang miliknya.
"Hontou ni ? Baiklah! Aku takkan segan-segan melakukannya dari pagi hingga pagi." balas Itachi menyeringai.
"Dengan senang hati aku akan menunggu, Uchiha-sama." kekeh Ino. "Aku akan keluar dan kembali ke meja kerjaku."
"Aku akan menghubungi Kisame untuk mengantarmu pulang."
"Eh? Kenapa? Aku bisa pulang sendiri." ungkap Ino terhenti di depan pintu ruangan Itachi lalu berbalik.
"Bukannya kau bilang bahwa orang lain akan melihat nipple-mu yang tanpa bra itu. Jika kau menaiki bus seperti biasanya, orang-orang dalam bus itu akan melihatmu dan aku tidak suka itu!"
"Aku bisa naik taksi."
"Tidak! Pokoknya kau harus pulang dengan Kisame. Tidak ada penolakan lagi, Ino." titah Itachi.
"Baiklah. Sampai jumpa." jawab Ino tersenyum lalu membuka kunci pintu kemudian keluar ruangan Itachi menuju mejanya.
(Itachi POV)
.
.
.
Setelah Ino keluar dari ruanganku, aku mendudukan diriku di kursi kerjaku dan membuka laci yang terdapat di meja kerjaku dengan kunci yang selalu aku bawa di dalam jasku. Siapa yang akan menduga bahwa isi dari laci tersebut bukanlah dokumen-dokumen penting bernilai ratusan juta yen. Ya! Isi laci rahasia ini adalah celana dalam milik Ino dalam berbagai warna. Celana dalam yang aku sita setiap kali kami habis berhubungan seks karena aku sangat suka sekali dengan bau celana dalam ini.
Karena gadis, ah- maksudku wanita itu, aku mulai berubah. Aku sudah tidak pernah lagi bermain wanita dari club, aku sudah tidak pernah meminta Kisame menyarikan wanita-wanita penghibur yang dapat melepaskan penat serta menyalurkan hasrat sex-ku yang tak terbendung lagi. Hanya karena Ino... Dia wanita yang dapat meruntuhkan imanku. Dia adalah partner sex-ku yang terhebat! Kuhirup dalam-dalam celana dalam Ino dan aku masih bisa meraskaan aroma khas vagina Ino menempel di celana dalam ini. SHIT! Hanya dengan mengendusnya saja, penisku langsung bereaksi seperti ini.
Kulihat jam tanganku yang masih menunjukkan pukul 11.30, itu artinya masih harus menunggu satu jam lagi untuk bisa bercumbu dengan Ino di apartemennya. Sial! Aku benar-benar tidak tahan! Masih ada waktu 30 menit sebelum istirahat, aku akan melakukan self service dengan celana dalam Ino ini. Dengan cepat, kubuka belt dan resleting celanaku lalu mengeluarkan penisku yang kembali tegak lagi.
"Damn ! Penisku benar-benar cepat beraksi dengan apapun yang ada pada Ino." umpatku sambil mengocok penisku dan menghirup aroma celana dalam Ino.
Sebenarnya aku tidak suka bila harus mengeluarkan spermaku sia-sia, Ino sangat tahu itu. Setiap kali kami melakukan seks, maka aku akan selalu mengeluarkan spermaku di mulut ataupun rahimnya. Itulah prisipku. Tidak butuh waktu lama, aku merasakan pre-cum mulai meuncul di ujung penisku. Semakin lama, kocokan di penisku semakin cepat dan saat aku merasa ingin meledak, aku membungkus ujung penisku dengan menggunakan celana dalam Ino.
"Ngghhh... Ahhh~" desahku. Setelah memberishkan penisku dari cairan sperma, aku masukkan kembali celana dalam Ino yang penuh spermaku itu di laci rahasiaku kemudian menguncinya. Lalu aku merapikan diriku dan memasang celanaku dengan benar kembali.
Setelah rapi, aku mulai turun dari ruanganku menuju lantai satu untuk pergi ke restoran. Aku berencana mengisi perutku terlebih dahulu sebelum memulai 'perang' dengan Ino. Saat itu, jam tanganku menunjukkan pukul 12.15. Setibanya di restoran, aku melihat Kisame sedang makan siang bersama dengan Sasori. Bukannya dia harusnya mengantar Ino ke apartemennya? Kenapa dia malah duduk dan makan di situ bersama Sasori? Aku mendekati meja Kisame dan berdiri tepat disebelahnya.
"Selamat siang bos." sapa Sasori.
"Kisame, kenapa kau ada disini? Bukannya aku menyuruhmu untuk mengantarkan Yamanaka pulang?" tanyaku to the point.
"Iya bos. Saat itu saya sudah akan mengantar Yamanaka-san pulang tapi saat di depan gedung ada laki-laki yang keluar dari mobil dan mengajaknya mengobrol." jelas Kisame.
"Apa? Laki-laki?" ulangku.
"Benar bos. Yamanka-san kemudian menghampiri saya dan berkata bahwa dia akan pulang dengan laki-laki tersebut."
"Siapa? Siapa laki-laki itu?" tanyaku tak sabar. Sial! Rasanya aku ingin menghajar seseorang.
"Saya tidak tahu bos, tapi saya rasa dia itu teman atau mungkin kekasih Yamanaka-san."
Kata-kata yang keluar dari mulut Kisame itu pada akhirnya merobohkan tembok kesabaranku. Aku langsung berlari menuju parkiran tanpa mempedulikan panggilan Kisame dan Sasori. Sialan! Sesampainya di parkiran, aku langsung mengemudikan Lotus merahku kesetanan menuju apartemen Ino.
"Brengsek! Baru saja aku mengatakan jangan pernah memberikan tubuhnya pada laki-laki lain tapi dia malah melanggarnya!" teriakku kesal sambl memukul stir mobilku.
Jarak antara kantor dengan apartemen Ino biasanya memerlukan waktu sekitar 45 menit, tapi karena aku ingin cepat-cepat membuktikan kata-kata Kisame maka aku menempuhnya hanya dengan waktu 30 menit. Aku memberhentikan mobilku tepat di depan gate apartemen Ino dan aku bisa sangat jelas melihat siapa saja mobil dan orang-orang yang masuk menuju apartemen itu. Dan aku melihatnya! Aku melihat Ino turun dari mobil CR-V berwarna putih disusul seorang laki-laki berambut hitam dikuncir menyerupai nanas yang sepertinya tidak asing untukku.
"Brengsek kau Ino! Bitch !" umpatku memukul stirku lagi lalu menyenderkan kepalaku ke belakang dan memejamkan mata.
.
.
.
.
.
つづく - To Be Continued
