We forget about days

But

We remember moments

.

.

.


Disclaimmer

Kuroko no Basuke/黒子のバスケ© Fujimaki Tadatoshi

MOMENTS © Kina

ATTENTION : This story are purely fictitious (include MPreg). All characters appearing in this story are Fujimaki Tadatoshi (where some places and incidents either are products of the author's imagination or are used fictitious). Any resemblance to real persons, living or dead, is purely coincidental.


Sebulan berlalu, sejak Seijūrō memulai pendidikan pascasarjananya di Inggris, Tetsuya baru menyadari suatu sebab yang membuat telinganya berdengung, kelopak mata berkedut atau tiba-tiba bersin. Ini bukan masalah fisik Tetsuya yang dinilai lemah, ataupun penyakit musiman di penghujung tahun.

"Halo?"

[Apa kabar Tetsuya?]

"… Sei-kun, kuhargai sikap perhatianmu padaku "–yang berlebih, "tapi bukankah sejam lalu kau menanyakan hal yang sama?"

[Aku hanya tidak ingin kesepian dirasakan oleh kau dan aku]

Terdiam.

Kalimat sederhana itu agaknya memberi penjelasan pada gejala yang dideritanya.

Psst … seseorang merindukanmu.

.

.

Seijūrō memberikan seluruh akses untuk menelusuri masa lalunya pada Tetsuya, dengan menjelajahi akun media sosialnya. Dan ternyata hal itu terbukti ampuh menjadi penawar rindu yang sering kali datang tanpa diundang.

Pengisi waktu yang menyenangkan,–pikirnya.

Jika biasanya sebentuk kurva 'u' yang menghiasi, kali ini dengan lengkung terbalik dan Tetsuya yakin ada beberapa lapisan kerut pada kening yang tertutup surai biru.

"Cara menilai kepribadian seseorang dari sebuah nama?" ulang Tetsuya pada sebuah tautan yang beberapa menit lalu dipublikasi oleh pemilik akun.

Lalu beralih pada tautan lainnya. "Mengenal karakter orang dari golongan darah?"

Satu alis menukik saat melirik sebuah komentar di bawah. "Ciee, yang sedang dalam pencarian. Semoga segera dapat ya."

'Pencarian? Segera dapat? Apa?'

Keingintahuan yang tak terjawab itu membuat Tetsuya melakukan penyamaran amatir. Dengan membuat akun baru, Tetsuya mengirimi sebuah pesan anonim.

"Nigou, golongan darah O. Bagaimana menurutmu?"

Detik, menit, jam hingga menggenap sehari, pesan tak kunjung terbalas.

Lalu di hari berikutnya, Tetsuya menemukan sesuatu yang lebih mengerikan dari tautan kemarin. Kali ini sang pemilik akun menulis sesuatu pada statusnya berupa pertanyaan; "Bagaimana cara meluluhkan hati orang yang dicintai?"

Iseng, Tetsuya meninggalkan jejak pada kolom komentar.

"Jangkau raganya dalam sebuah kejutan manis."

Senyum tipis terpulas, kalimat yang diketiknya dibaca ulang dalam hati. Faktanya, itu merupakan sesuatu yang dinanti.

'Selalu … aku menunggumu'

.

.

Keesokannya, di pagi hari Tetsuya mendapati subyek yang selalu menjadi buah tidurnya membuat pemunculan nyata tepat di pintu masuk apartemen mereka.

" … Sei-kun?"

"Tadaima."

De javu maupun lucid, bagi Tetsuya yang terpenting adalah bahwa prospektifnya selama ini terpenuhi.

.

Beberapa waktu setelah 'kejutan manis' di hari itu, Seijūrō langsung menghubungi pihak kampus dan professor yang membimbingnya selama masa study.

"Maaf saya baru menghubungi Anda sekarang,"

[Tidak apa-apa, saya paham dengan situasi yang kamu hadapi saat ini]

Tetsuya menghampiri Seijūrō yang masih berinteraksi dengan professor yang tervisual dalam layar PC. Seijūrō mengulas senyum untuk secangkir teh hijau yang diberikan Tetsuya.

Setengah badan membungkuk dalam gestur sapaan, setelahnya Seijūrō membimbing tubuh itu untuk mendekat lalu mendudukkannya di pangkuan.

Percakapan dengan sendirinya mengalir, mengingat Shirogane Kōzō merupakan mantan kepala sekolah mereka saat di SMP Teiko. Sesekali mereka membahas masa-masa kejayaan tim basket yang dipimpin Seijūrō, hingga pada pembahasan kejadian terakhir saat anak didiknya tersebut berhasil mendapat izin untuk kembali sementara waktu ke Jepang.

[Kau tahu, bahkan Seijūrō langsung bergegas membeli tiket penerbangan paling awal. Untuk suatu alasan 'menjenguk kucing di rumah yang sedang hamil', bukankah itu terlalu berlebihan?]

Baik Seijūrō maupun Tetsuya, keduanya terkekeh mendengar penuturan bernada penuh heran tersebut. Namun saat Shirogane berkata,

[Boleh kulihat peliharaanmu itu?]

Tanggapan mereka tidak lagi selaras.

Tetsuya menunduk dalam dengan wajah memerah.

Seijūrō menjawab dalam senyum cerah, "Kalau Nigou saat ini sedang main di taman,"

Elusan lembut Tetsuya rasakan pada perut, "Maaf, sepertinya anak 'Ichigo' bisa kuperlihatkan di tujuh bulan ke depan."

.

.

.

つづく


AUGUST, 28th 2017

a/n : Pengobat rindu pada fandom kesayangan. Semoga bisa dirutin seminggu sekali (sesuai resep dokter-cinta). Uhuuk #keselekgula

Cuz, I love this pairing. Hope you do too.