The first time i saw you, my hearth whispered
"that's the one"
.
.
.
.
.
Triplet794 Present new story :
My Forever Crush
Main Pair : Sehun & Luhan
Support pair : Kim Jongin, Do Kyungsoo, Park Chanyeol, Byun Baekhyun
Other Pair : Song Joong Ki as Oh Joong Ki : Sehun's Dad
Miranda Kerr as Oh Miranda : Sehun's Mom
Kang Gary as Xi Gary : Luhan's Dad
Song Jihyo as Xi Jihyo : Luhan's Mom
Genre : Romance, Friendship
Rate : T & M
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tidak ada yang lebih menakutkan untuk pasangan muda yang menjadi orang tua selain membawa anak mereka untuk mendapatkan vaksin rutin yang memang harus diberikan pada usia yang berkisar dari tiga sampai enam tahun. Semua anak akan menangis pada umumnya karena tahu jarum suntik akan ditusukkan ke kulit mereka dan rasa sakit seketika mengedar ke seluruh tubuh mereka membuat jerit tangis tak terelakan lagi dari bibil mungil para bocah berusia dibawah lima tahun.
Semua anak pasti akan menangis. Tapi pasti ada beberapa pengecualian untuk anak-anak tertentu yang nyaris tidak memiliki ekspresi atau memang mereka tidak peduli pada rasa sakitnya. Misalnya seperti saat ini, jika semua anak-anak seusianya sudah menangis dan menjerit minta pulang ke rumah. Maka tidak dengan putra dari pasangan dari seorang aktor Oh Joong ki dan model terkenal berdarah Inggris Korea Miranda Kerr, yang kini sedang menunggu giliran untuk mendapatkan vaksinnya. Namanya Oh Sehun dan dia baru berusia tiga tahun tapi sudah memiliki ketenangan luar biasa yang bahkan kedua orang tuanya tidak miliki. Dia hanya fokus bermain playstation kesayangannya dan tidak mempedulikan jeritan dari teman-teman seusianya yang sungguh sangat menyebalkan didengar oleh telinganya.
Sehun kecil mungkin masih fokus bermain gamenya sampai ada seseorang yang masuk kedalam klinik rumah sakit tersebut dengan menggunakan kostum Iron Man. Sehun dan beberapa anak yang lain tentu saja menoleh dan sedikit tercengang saat mengetahui jagoan favoritnya kini berada di klinik. Tapi itu hanya bertahan beberapa detik menarik perhatian Sehun, karena setelah itu dia kembali fokus pada game nya sambil bergumam "tidak penting" katanya berceloteh saat mengetahui Iron Man gadungan itu sedang membujuk putranya yang menangis histeris masuk kedalam klinik.
"Lulu...ini tidak akan sakit, hanya seperti digigit semut nak. Iron Man saja tidak takut." Terlihat seorang wanita cantik sedang berbisik pada anaknya dan membujuk putra cantiknya untuk mendapatkan vaksin sesuai dengan jadwalnya, namun sepertinya kedua pasangan itu harus bekerja keras karena putra mereka yang terlihat manja benar-benar tak bisa diajak bekerjasama saat ini.
"Luhannie sayang. Hanya sebentar, setelah itu appa akan membelikanmu es krim. Bagaimana?"
Luhan menggeleng kesal dan mendorong ayahnya yang mencoba menggendongnya membuat seorang wanita cantik menghampiri keluarga kecil yang tampak kerepotan tersebut.
"Hey..."
Jihyo menoleh dan sedikit terkejut mendapati wanita asing yang kini menyapanya menggunakan bahasa yang sama dengannya "Kau bisa berbicara Hangul."
"Suamiku keturunan asli dan merupakan warga Korea. Tentu saja aku bisa, aku sudah lama menetap di Korea." Jihyo mengangguk mengerti dan tak lama sedikit kerepotan saat wanita cantik itu mengajaknya berkenalan.
"Namaku Miranda. Oh Miranda jika mengikuti warga suamiku." Katanya tersenyum menatap Jihyo yang berusaha membalas jabatan tangan wanita super model didepannya.
"Jihyo-...Xi Jihyo. Kau bisa memanggilku Jihyo." Katanya tersenyum dan tak lama kembali memeluk Luhan yang kembali merajuk meminta pulang.
"Kau beruntung sekali putramu bersikap normal."
"Beruntung kau bilang? Aku mau mati rasanya membujuk putra kecilku." Gumam Jihyo sedikit terkekeh dan kemudian mengernyit mengetahui satu-satunya ibu muda yang bisa bersantai hanya dirinya.
"Mana anakmu? Kenapa kau tidak menggendongnya?"
Miranda sedikit mendengus dan tak lama berbisik pelan pada Jihyo "Itulah kenapa aku bilang kau beruntung karena putramu bersikap normal. Wajar kan jika anak berusia tiga tahun takut di vaksin dan akan menangis seperti putramu?"
Jihyo semakin mengernyit dan tak lama kembali bertanya pada Miranda "Aku tidak mengerti maksudmu."
"Kau lihat pria kecil yang memakai topi merah itu kan?" katanya bertanya pada Jihyo.
"Iya. Sedari tadi aku melihatnya hanya duduk sendiri disana."
"Dia putraku. Namanya Sehun-..Oh Sehun."
"omo..! Berapa usianya? Kenapa dia tidak menangis?"
"Usianya tiga tahun dan sepertinya aku curiga putraku memiliki kelainan."
"Kelainan bagaimana?"
"Dia sama sekali tidak memiliki ekspresi. Kau tahu tidak? Aku bisa menghitung dengan jari kapan putraku akan menangis."
"Benarkah?" tanya Jihyo yang semakin tertarik dengan kepribadian putra dari wanita yang baru saja ia kenal.
"hmm.. Dia hanya akan menangis jika aku, ayahnya dan Vivi sakit."
"Vivi?"
"ah-..Itu anjing peliharaan kami. Dia akan menangis jika kami bertiga sakit. Tapi untuk membuatnya tertawa, kau hanya bisa melihatnya saat moodnya sedang bagus. Jika tidak, kau hanya akan disuguhkan pemandangan seperti di film horor. Tapi setidaknya dia masih sering bertanya padaku apa aku sudah makan atau belum. Dia sangat perhatian sama seperti ayahnya"
"Tapi kau tidak bisa menyebut putramu memilik kelainan kan?" Jihyo kembali terkekeh dan sedikit terkejut menyadari kalau sedari tadi putranya melihat ke arah anak bertopi merah. Entah dia tertarik pada game yang sedang dimainkan anak itu atau memang putranya sedari tadi menatap anak yang berusia sama dengannya itu.
"Lulu kenapa? Ingin bermain dengan teman baru?"
Luhan kecil yang tak mengerti ibunya sedang berbicara apa hanya melihat lucu ke ibunya sebelum tersenyum menunjukkan giginya yang belum tumbuh sempurna sampai
"HUWAAAA...APPO...EOMMAAAA!"
Luhan kecil tersentak saat mendengar suara jeritan yang berasal dari ruangan dokter, dia mulai kembali memeluk leher Jihyo begitu erat membuat wajah Jihyo ikut panik karena tahu apa yang akan terjadi selanjutnya "Oh tidak sayang. Tidak lagi, jangan menangis." Jihyo mulai kewalahan saat melihat mata putranya kembali berkaca-kaca, dia kemudian melakukan segala cara untuk menenangkan Luhan tapi itu percuma karena saat ini Luhan kecil sudah kembali menjerit ketakutan,
"EOMMA!" Luhan tak sudah-sudahnya menjerit menunjuk pintu keluar membuat Jihyo semakin kewalahan sementara Miranda mencoba membantu namun gagal.
"Mana suamiku? Oppa...!" Jihyo mulai mencari keberadaan suaminya yang tiba-tiba menghilang, membuatnya kesal dan tak lama berjalan mengitari klinik diikuti Miranda yang berada di belakangnya dan masih terus membujuk Luhan yang menangis, sementara Jihyo dan Miranda sedikit terkejut melihat apa yang sedang terjadi tak jauh dari tempat mereka berada.
"Astaga..." Kedua wanita cantik itu memekik bersamaan melihat betapa konyolnya suami mereka yang terlihat sedang bergulat saat ini. Keduanya terlihat sama-sama mencakar dan menjambak rambut masing-masing persis seperti kucing dan anjing yang sedang berusaha saling memangsa. Kedua wajah wanita itu tiba-tiba memerah karena marah. Dan karena kesal Jihyo menurunkan Luhan, lalu mengepalkan tangannya dan berjalan mendekati suaminya yang konyol dengan Miranda berada di sampingnya.
"OPPA!"
Kedua pria yang sedang saling menjambak itu seketika menoleh dan saling mendorong saat istri masing-masing sedang berjalan menghampiri mereka terlihat geram dan marah.
"APA YANG KAU LAKUKAN?" Jihyo berteriak pada Garry yang hanya tertawa seperti orang bodoh tak berani menjawab istrinya sementara disampingnya Miranda juga terlihat sedang memarahi suaminya. Jihyo menoleh sekilas ke arah Miranda dan Joongki sampai matanya membulat menyadari siapa pria yang kini sedang memohon agar tak dimaki didepan umum lagi.
"astaga.."
Garry pun mendengus kesal menyadari perubahan wajah Jihyo yang kini beralih mendekati pasangan di sebelah mereka. dirinya baru saja berkelahi dengan teman sekelasnya sewaktu di bangku SMA dan bangku kuliah. Pria yang kini sukses menjadi aktor hebat dan merupakan cinta pertama istrinya, Oh Joongki.
"Sudahlah sayang, jangan marahi aku lagi. aku ini aktor terkenal. Berbahaya jika ada yang meliput berita tentang Oh Joongki yang sedang dimarahi istrinya model canti Miranda Kerr"
"Tidak lucu. Kau seperti anak-anak. Kapan kau akan setenang putra kita huh?"
Terlihat Joongki hanya menggaruk tengkuknya dan menggunakan senyum andalannya untuk membujuk istrinya sampai.
"Oppa?"
Joongki yang sedang dimarahi Miranda pun menoleh dan tersenyum senang melihat mantan kekasihnya yang masih terlihat cantik menyapanya. Dia kemudian mengerling Jihyo dan tak lama kembali fokus pada istrinya yang masih memarahinya didepan umum.
"Kau mengenal suamiku?"
Miranda bertanya pada Jihyo yang kini terus menghampiri suaminya "Tentu saja. Whoaa.. Kenapa kau tidak bilang kalau suamimu aktor terkenal. Aku pasti langsung mengetahuinya. Kami dulu sepasang kekasih."
"MWO?"
"hey sayang. Itu dulu." Joongki menenangkan Miranda yang mulai terbakar cemburu saat ini. "Iya kan?" katanya meminta Jihyo untuk tidak memperburuk keadaan.
Jihyo sendiri merasa sedikit bersalah dan tak lama mengangguk cepat
"hmm itu dulu. Aku sudah menikah dengan pria pilihanku dan memiliki putra super cantik. Jadi aku tidak membutuhkan apapun lagi." balas Jihyo yang juga mengerling suaminya agar tak kembali kesal pada Joongki.
"Lalu kenapa kalian bertengkar?" Miranda bertanya pada Joongki dan Garry yang masih saling menatap tajam saat ini.
"Mereka dulu memperebutkan aku. Dan sampai saat ini mereka masih menjadi saingan." Gumam Jihyo memberitahu Miranda yang tampak cemberut karena merasa iri pada Jihyo.
"Oh ini menyebalkan sekali." Gumam Miranda melipat tangannya membuat Joongki sedikit terkekeh.
"Ya! Ini menyebalkan." Timpal Garry memandang tajam Jihyo dan Joongki secara bergantian.
"Kami hanya teman yang sudah lama tak bertemu. Iya kan oppa."
"Jihyo benar. Hanya teman."
Kedua pasangan dewasa itu terus saja bertengkar tak penting meninggalkan kedua putra mereka didalam klinik. Luhan kecil masih melihat bingung dengan pertengkaran keempat orang dewasa disana, membuatnya yang sedang menangis merasa sangat bosan dan begitu berbinar saat melihat penjual gulali menggunakan sepeda sedang ramai dikunjungi pembeli seumuran dirinya.
"eomma.." Luhan kecil berusaha memanggil ibunya tapi tentu saja diabaikan karena ibunya sedang mengurusi masalah tak penting dengan ayahnya saat ini.
"ich Lulu kesal." Gumam balita tiga tahun itu yang sedang merasa kesal karena ibunya tak kunjung datang menggendongnya. Membuat Luhan kecil nekat berjalan mendekati pedagang gulali sampai dia merasa tangannya di cengkram erat oleh seseorang.
"eh?" Luhan kecil membalikan tubuhnya untuk bertanya pada seseorang yang kini mencengkram lengannya semakin kuat. Membuatnya sedikit kesal sampai dia menyadari siapa yang kini tengah memegang kuat tangannya.
"Jangan ditalik. Tangan Lulu sakit." Gumam balita tiga tahun itu yang tampak salah tingkah karena saat ini pria bertopi merah yang sedari tadi ia perhatikan sedang memegang tangannya dan menatap tajam ke arahnya.
"Belbahaya. Jangan kethana sendili. Ayo duduk." Gumam balita tiga tahun yang memiliki suara khas orang dewasa yang kini membawa Luhan kecil untuk kembali duduk di tempatnya menunggu tadi.
Luhan kecil yang memang sudah memperhatikan pria bertopi merah itu sedari tadi, seakan terhipnotis dengan ketampanan yang menguar dari pria kecil seumurannya. Membuatnya tanpa sadar mengangguk dan mengkuti kemana pria tampannya itu pergi.
"Kau tedang main apha?" katanya bertanya pada Sehun kecil yang kembali fokus pada game canggih ditangannya.
"..."
"Namamu thiapa?"
"..."
Bibir Luhan kecil seketika mengerucut saat pria tampan disampingnya tidak menjawab pertanyaannya, dan untuk ukuran tuan muda kecil seperti Luhan. ini adalah kali pertama dirinya diacuhkan dengan sangat oleh seseorang. Karena biasanya tuan muda kecil Luhan selalu mendapatkan apapun yang dia mau dan dia tanyakan. Membuatnya kesal dan sedikit melipat tangannya di kedua dadanya.
"huh. Tidak selu. Lulu kila kita theman." Gerutunya yang sudah berkaca-kaca dan berniat pergi sebelum pria disampingnya kembali bersuara.
"thehun. Namaku Oh Thehun. Thiapa namamu?"
Dan saat keinginannya terpenuhi, maka mood tuan muda kecil ini akan secara otomatis kembali senang dan tak lagi menggerutu.
"Lulu-..ani. namaku Luhan."
"Okay."
"Oh Sehun."
Sehun kecil secara refleks menoleh saat namanya dipanggil oleh perawat, sebenarnya dia sedikit menoleh untuk memberitahu kedua orang tuanya. Tapi karena kedua orang tuanya masih sibuk bertengkar diluar sana membuatnya tak punya pilihan lain selain berjalan menghampiri perawat yang kini tersenyum padanya.
Sementara Luhan kecil kembali memicingkan matanya sebal karena pria disampingnya begitu hemat berbicara, membuatnya ingin sekali berteriak marah namun ia urungkan karena saat ini pria seumuran dengannya itu kini membagi game yang ia mainkan untuk dirinya juga.
"eh? Lulu boleh main ini?"
Sehun kecil mengangguk dan tak lama menyerahkan psp nya pada Luhan. "Main saja. Aku halus segela beltemu doktel."
"eh?"
Luhan sedikit bingung saat tiba-tiba Sehun dengan beraninya masuk kedalam ruang dokter tanpa rasa takut sedikitpun. Dan karena penasaran apa yang dilakukan Sehun, Luhan lebih memilih mengintip kedalam sana daripada bermain psp yang Sehun berikan.
Wajah Luhan kecil seketika memucat melihat salah seorang perawat menyiapkan jarum suntiknya. Dan Sehun sama sekali tak menangis atau menjerit saat dokter menyuntikan benda tajam itu ke tangannya.
"akhh.."
Bukan Sehun yang meringis, melainkan Luhan, melihat bagaimana jarum suntik itu menembus lengan Sehun. Membuatnya semakin berkaca-kaca namun anehnya tak ada jeritan lagi yang keluar dari mulut kecilnya.
"aigooo. Sehunnie pintar sekali. Nah sekarang tekan kapasnya. Dan ini permen untuk Sehunnie."
Sehun kecil pun mengangguk dan tak lama keluar ruangan dan tak sengaja berpapasan dengan Luhan yang terlihat berkaca-kaca "Kau kenapa?" katanya bertanya namun pria yang memiliki wajah seperti boneka barbie itu hanya menggigit kencang bibirnya.
"Apa itu sakit?"
"Apa yang thakit?-...ah ini?" katanya bertanya menunjuk lengannya dan seketika menggeleng menjawab Luhan "tidak thama thekali."
"Xi Luhan."
Luhan secara refleks bersembunyi di kolong meja saat namanya dipanggil perawat. Membuat Sehun mengernyit bingung dan tak lama sedikit tertawa menyadari apa yang membuat pria seumurannya itu ketakutan.
"Hey.."
"sstttt.."
Luhan mengisyaratkan Sehun untuk diam, saat pria bertopi merah itu berjongkok dan menoleh ke kolong meja untuk berbicara dengannya.
"Kau takut?"
"itu mengelikan thehun, meleka monstel!" katanya menggerutu dan semakin bersembunyi di kolong meja.
"ani. Meleka doktel bukan monthel."
"Meleka monstel!" Luhan bersikeras menyebut dokter sebagai monster membuat Sehun memijat keningnya saat ini.
"kalau kau tak dituntik, kau bisa thakit Lu." Katanya berusaha memberitahu Luhan yang terlihat semakin kesal.
"Lulu tehat, lulu bahkan bisa belsembunyi dithini."
"thakitnya nanti thaat kau pulang kelumah. Bukan thekalang. Kalau kau thakit. Jalum thuntik akan themakin menyebalkan."
"Tapi Lulu tehat." Gumam Luhan berkaca-kaca dan sedikit takut karena apa yang dikatakan Sehun sama persis yang dikatakan oleh kedua orang tuanya dirumah.
"Xi Luhan."
Luhan kecil semakin meringkuk kedalam membuat Sehun semakin bingung melihat tingkahnya.
"hey kalau kau mau dithuntik, thehun akan menjadi themanmu."
Luhan yang memang selalu bermain dengan orang dewasa dan tak memiliki seorang teman yang seumuran dengannya itu pun sedikit tertarik dengan tawaran Sehun. membuatnya yang sedang menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya menoleh dan menatap Sehun yang juga masuk kedalam kolong meja saat ini.
"teman?"
"iya teman."
"tapi Lulu tidak punya teman."
Sehun sedikit tercengang dengan pernyataan Luhan dan sedikit bertanya-tanya bagaimana mungkin seorang anak laki-laki berusia sama dengannya tak memiliki teman satupun. Membuatnya menghela nafas dan memutuskan untuk menjadi teman pertama dari pria cantik didepannya ini.
"Baiklah kalau begitu. Thehun akan jadi teman peltama lulu kalau lulu mau dithuntik."
"Benalkah?" Tanya Luhan kecil begitu bersemangat.
"umm tentu saja!"
Luhan kecil pun dengan cepat merangkak keluar kolong meja dan seketika masuk kedalam ruang perawat, membuat Sehun kecil sedikit mengkhawatirkan Luhan dan berniat memperhatikan Luhan didalam sana.
"Bersiap ya Luhan."
Luhan kecil yang matanya ditutup oleh tangan dokter agar tak melihat jarum suntik menusuk lengannya itu pun mengangguk, dan tak lama saat jarum suntik itu menembus lengannya dia sama sekali tak menangis hanya menggigit kencang bibirnya dengan air mata yang seketika keluar dari matanya.
Sehun kecil yang melihatnya secara otomatis tersenyum sedikit merasa bersalah mengetahui kalau teman barunya begitu unik dan selalu terlihat ketakutan.
"appo." Gumam Luhan terisak mengadu pada dokter cantik yang kini memberi kapas di lengannya.
"Lihat ada hello kitty. Dia akan menyembuhkan Luhannie. Dan rasa sakitnya akan hilang" Gumam Si dokter menunjuk plester lucu yang kini bertengger di lengan Luhan.
"Nanti akan sembuh. Luhan sabar ya."
Luhan kecil pun mengangguk dan berjalan sambil terisak keluar ruangan dokter, membuat Sehun berjalan menghampirinya sebelum
"LULU! ASTAGA LULU!"
Sebelum ayah Luhan tiba-tiba datang dan menggendong putra kecilnya yang kini terisak hebat di pelukan ayahnya.
"appa appo."
"Lulu kenapa ada didalam ruang dokter,papa mencari Lulu."
"Luhan sudah disuntik."
Terdengar seorang perawat memberitahu Garry, membuat Garry yang mendengarnya pun sedikit tersenyum dan begitu bangga pada putra kecilnya yang berani masuk kedalam ruang perawat tanpa ditemani olehnya atau ibunya.
"Ma...Lulu sudah disuntik." Garry memberitahu Jihyo yang terlihat memekik dan kini menciumi wajah Luhan bertubi-tubi.
"Astaga Putra Mama hebat sekali, Lulu yang terhebat!"
Sehun yang melihatnya pun hanya tersenyum kecil dan mengangkat kedua bahunya lalu kembali ke tempat duduknya semula. Mengabaikan ekspresi kedua orang tuanya yang terlihat iri pada orang tua Luhan, karena Luhan berani melakukan vaksinnya sendiri untuk yang pertama kalinya, sementara Sehun-...dia sudah biasa melakukan semuanya sendiri seperti saat ini, membuat kedua orang tuanya begitu terbiasa dan terkadang sangat merindukan suara tangisan putra mereka.
"Sehun ayo kita pergi nak." Sehun kecil meraih tangan ibunya yang super cantik dan berniat untuk segera pergi sebelum dirinya melihat Luhan duduk sendiri sambil memakan lolipopnya seperti sedang menunggu kedua orang tuanya yang sedang membayar biaya administrasi pengobatan Luhan.
"Mom tunggu dulu." Sehun tiba-tiba menahan tangan ibunya, membuat Miranda sedikit bingung karena saat ini putranya berlari entah kemana.
"huh. Katanya mau jadi teman lulu. Tapi tehun pelgi begitu saja. Menyebalkan." Sementara Luhan kecil yang memang sedari tadi mencari keberadaan Sehun, begitu kesal karena teman barunya begiu saja menghilang pergi begitu saja entah kemana.
Luhan kecil terus menggerutu sambil mengayunkan kedua kakinya, sampai dia merasa ada sesuatu di kepalanya membuatnya mendongak dan begitu terpesona melihat pria seumuran dengannya kini tengah tersenyum dan memakaikan topi merah miliknya untuk Luhan.
"tehun?"
"Kita teman mulai hali ini. dan kalena Lulu tidak menangis, topi melah kethayangan thehun ini untuk Lulu. Anggap thaja hadiah dali thehun. Thampai nanti Lu."
Katanya menatap Luhan sekilas dan tak lama kembali berlari menghampiri kedua orang tuanya, membuat rasa panas seketika Luhan rasakan di wajahnya dengan jantung yang berdegup kencang.
"Ayo mom." Sehun kembali menggandeng ibunya, mengabaikan tatapan penuh arti kedua orang tuanya yang kini bertatapan dengan kedua orang tua Luhan.
"mereka teman." Jihyo dan Miranda bergumam saling memberikan isyarat untuk sering membawa Sehun bertemu dengan Luhan. karena seperti Luhan, putranya tidak terlalu banyak memiliki teman kecuali dengan Kai dan Chanyeol yang sama nakalnya seperti Sehun. Dan membayangkan Luhan berada di tengah-tengah putranya dan kedua temannya yang nakal, membuat model cantik itu memiliki firasat kalau putranya akan sedikit memiliki ekspresi.
"Hubungi aku." Katanya kembali memberikan isyarat pada Jihyo yang mengangguk cepat menyetujuinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dua Tahun kemudian...
.
.
.
..
"Lulu-..."
Yang dipanggil namanya hanya membuka sebentar matanya lalu kemudian kembali memeluk Bambi besar kesayangannya dan dalam sekejap kembali terdengar suara dengkuran khas milik bocah yang bulan ini berusia lima tahun. Luhan.
"Princess Lulu cepat bangun nak. Hari ini hari pertama kau sekolah sayang."
"Lulu bukan plincess. Dan Lulu tidak mau sekolah. Lulu mau main sama bambi." Celoteh bocah itu dengan mata terpejam dan bibir mengerucut lucu.
"Tapi Papa punya es krim untuk Lulu sepulang sekolah nanti."
"Lulu tidak makan esklim Pa..." katanya kembali menjawab semua permohonan ayahnya yang terlihat terkekeh.
"Sehun, Chanyeol dan Jongin makan es krim. Kenapa Lulu tidak."
"Sehunniee, yeolie sama Jongin belum dewasa. Lulu tudah."
"astaga...dia benar-benar anak Jihyo." Gumam Garry yang hanya bisa tersenyum gemas melihat putra kecilnya.
"Lalu papa harus melakukan apa agar Lulu mau berangkat ke sekolah?"
"Lulu tidak mau sekolah pa. Lulu mau main sama Bambi."
"Tapi Bambi juga harus pergi sekolah. Bambi juga-..."
"Luhan ayo kita belangkat. Thehun sudah siap."
Luhan otomatis membuka matanya saat suara kesukaannya menyapa dan benar saja Luhan kecil langsung tersenyum merona melihat Sehun yang sangat tampan mengenakan kemeja sekolah mereka.
"Sehunnie sepelti pangelan. Tampan."
"Lulu mau sepelti Sehun Pa."
Garry kembali terkekeh dan langsung menggendong putra kecilnya yang entah mengapa menjadi bersemangat.
"Tidak jadi bermain dengan Bambi?" katanya menggoda Luhan yang tampak mengerucut sebal.
"Lulu tidak kenal siapa Bambi."
Poor Bambi...
Luhan memang selalu melupakan boneka rusa super besar kesayangannya jika sudah bertemu dengan pangeran tampannya Oh Sehun.
"aigoo...Anak mama yang cantik sudah siap. Lulu mau dibelikan apa nanti sepulang sekolah?"
Jihyo yang sedang berbincang dengan Miranda yang merupakan ibu dari Sehun berlari menghampiri putra cantiknya yang kini berdampingan dengan Sehun turun dari tangga. Sementara Luhan yang sedang memasukkan botol minuman berbentuk rusa miliknya mengerucut saat ibunya memanggil cantik didepan pria tampan berwajah dingin disampingnya.
"Mama Lulu tampan sepelti Sehun. Bukan cantik." Katanya memprotes ibunya yang tampak kebingungan.
"Tapi Lulu senang kalau Mama panggil cantik."
"Ma..." Garry memperingatkan Jihyo untuk tidak berdebat dengan putra kecil mereka karena saat ini Luhan kecil benar-benar sedang menjaga image nya didepan Sehun.
"ah-...Luhannie tampan. Anak mama. Begitukan?"
Luhan mengangguk antusias membuat Baik Garry maupun Miranda mau tak mau tertawa kencang "Kenapa Lulu imut sekali hmm.." Miranda mengabaikan wajah dingin putranya dan mencium senang pipi Luhan yang kini memerah karena sedang digoda.
"eh..Sehunnie mau kemana?"
"Mau kedepan. Jongin sama yeolie ada disana. Lulu lambat."
Mata rusa itu berkaca-kaca saat entah untuk yang keberapa kalinya Sehun kecil selalu bersikap dingin padanya, entah saat berbicara atau hanya sekedar bertatapan dengan Luhan. Membuat bibir kecil itu semakin mengerucut dan sang ayah mendengus sebal pada putra Joongki yang selalu membuat putra kesayangannya menangis untuk hal-hal tidak penting.
"dasar bocah!" umpat Garry begitu kesal karena kelakuan Sehun dan Joongki semakin hari semakin mirip.
"Luhannie...Jagoan tidak menangis nak. Sehunnie memang menyebalkan ya?"
Luhan mengangguk cepat dengan bibir masih mengerucut saat ibu Sehun bertanya padanya sambil menepuk pelan pipinya agar tidak menangis. "Sehunnie menyebalkan hkss"
"Yasudah nanti mommy bilang pada Sehun agar tidak jahat pada Lulu. Oke?"
Luhan menghapus air matanya dan tiba-tiba tertawa lucu melihat seluruh orang dewasa yang menatapnya saat ini "Okay mom." Gumamnya melenggang lucu menyusul ketiga sahabatnya yang sudah menunggu diluar.
"Aku benar-benar akan menggoreng anakmu jika dia berani membuat putra kecilku menangis."
"Percayalah Sehunku tidak akan membuat Luhan menangis." Kekeh Miranda dan mengeluarkan sesuatu dalam tas nya.
"Jangan lupa datang ke pesta ulang tahun Sehun nanti malam. Aku bertaruh dari semua teman-temannya, dia hanya akan menunggu kedatangan Luhan. jangan sampai terlambat dan sampai nanti." Katanya berpamitan dan tak lama meninggalkan sepasang suami istri dengan wajah terkekehnya membayangkan bagaimana meriahnya pesta ulang tahun Sehun tahun ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena sudah dua tahun mereka mengenal keluarga Oh. Tak ada kata sederhana dalam kehidupan keluarga paling dikagumi di Korea dan Inggris itu.
..
..
..
"Pa...Sepertinya Luhan deman."
"eh? Benarkah?"
Jihyo mengangguk saat dirinya dan Garry sudah bersiap untuk pergi ke pesta ulang tahun Sehun dan berniat membangunkan Luhan untuk bersiap, namum ternyata suhu tubuh putra mereka panas dan Luhan kecil terlihat kedinginan.
"Suhunya 38,2. Apa perlu kita membawanya ke rumah sakit?" gumam Jihyo yang sedang mengikuti suaminya menuju kamar Luhan.
"Biar aku lihat dulu."
Garry memasuki kamar putranya perlahan dan kembali mengukur suhu tubuh putranya yang ternyata memang demam.
"Baiklah kita pergi kerumah sakit. Dia bisa kejang jika dibiarkan."
Jihyo mengangguk cemas dan tak lama mempersiapkan segala sesuatunya untuk membawa Luhan ke rumah sakit.
"Lu-...Lulu."
Garry berusaha membangunkan putranya yang terlihat menggigil, membuat putra kecilnya sedikit menggeliat dan tak lama membuka matanya.
"Pa...tehun" katanya yang sangat mengingat kalau hari ini adalah hari ulang tahun pria yang merupakan teman pertamanya.
"Iya sayang kita akan ke Sehun. tapi sebelum itu kita ke rumah sakit ya. Lulu demam."
"tapi nanti telambat ke pesta tehun."
Garry menggeleng lemah dan mengecup dahi putranya yang berkeringat. "ani. Kita tidak akan terlambat sayang. Lulu pusing kan?"
Luhan mengangguk dan tak lama kembali memejamkan matanya "mata lulu panas pa. Lulu tidak bisa mendengal papa dengan baik." Gumamnya setengah mengigau sebelum tubuhnya kembali menggigil.
"Ma...KITA PERGI SEKARANG!" Garry berteriak panik saat tubuh putranya menggigil di pelukannya, membuatnya menuruni tangga dengan cepat diikuti Jihyo yang sudah terlihat memucat saat ini.
..
..
..
Saat ini Luhan terpaksa di rawat dirumah sakit karena demam tinggi dan dehidrasi yang sedang ia alami. Penyakit yang sedang marak terjadi di Korea dan menyerang anak-anak di usia sekitar 0-5 tahun, terpaksa juga harus dialami Luhan yang kini terbaring lemah di tempat tidurnya dengan infus yang terpasang di jemari tangannya.
Suhu tubuh Luhan sendiri sudah berangsur normal, hanya saja putra tunggal Jihyo dan Garry ini masih terlihat lemas dan mengharuskan dirinya untuk mendapatkan cairan dari infus yang kini terpasang ditubuhnya.
Wajah panik kedua orang tuanya pun tak bisa disembunyikan. Jihyo sedari tadi menangis sementara Garry menatap cemas malaikat kecilnya yang tak kunjung sadarkan diri, membuat keduanya terus berjaga sampai akhirnya Garry memutuskan untuk membujuk istrinya mengisi perutnya walau hanya sedikit.
"Cepat sembuh ya nak." Gumam Jihyo menggenggam jemari Luhan yang terbebas dari lengan infus. Dia tidak bisa membayangakan bagaimana jika Luhan tahu ada jarum suntik di tangannya nanti saat putranya bangun.
"Sayang, kau harus makan terlebih dulu."
Jihyo menggeleng dan semakin menggenggam erat tangan Luhan "Tidak mau. Aku mau Luhan."
"Luhan akan sedih jika lihat Mamanya terus menangis. Kita makan sebentar dan kembali lagi hmm." Katanya membujuk Jihyo yang terus menangis tak tega melihat putranya terbaring lemas seperti saat ini.
"Hanya sebentar." Garry membujuk istrinya untuk bangun dan tak lama mendekap erat Jihyo saat istrinya bersedia untuk meninggalkan Luhan sejenak.
Keduanya mengecup kening Luhan bergantian dan berjalan keluar kamar Luhan, dan begitu terkejut mendapati sosok yang tak asing kini tengah berjalan cepat menghampiri kamar rawat Luhan.
"Oppa..." gumam Jihyo melihat Joongki menggendong Sehun kecil yang terlihat terisak sementara Miranda berjalan terengah dibelakang mereka.
"Bagaimana Luhan?" katanya bertanya pada Jihyo yang sedikit bingung melihat kenapa Sehun yang biasanya tak mau digendong kini tengah memeluk erat ayahnya.
"Dia sudah baik, hanya belum sadarkan diri. Kenapa kalian ada disini? Bukankah Sehun harusnya sedang meniup lilin saat ini?" kata Jihyo bertanya pada Miranda yang memberikan isyarat kalau Sehun sama sekali tidak mau berada di pestanya saat tahu Luhan dirawat.
"ah.." Jihyo bergumam pelan sebelum melihat suaminya berjalan mendekati Sehun saat ini.
"Aku tidak tahu kau bisa menangis juga. Kenapa menangis jagoan?" gumam Garry memaksa mengambil Sehun dari gendongan Joongki dan menatap putra temannya yang tak berhenti terisak saat ini.
"Lulu."
Sehun terisak kecil menyebut nama Luhan, membuat Garry menyadari kalau pria super dingin yang selalu mengacuhkan putranya ternyata begitu menyayangi Luhan.
"Kau menghkhawtirkan Luhan?"
Sehun mengangguk, membuat Garry menurunkan Sehun dari gendongannya dan tak lama berjongkok didepan pria kecil yang entah kenapa sepertinya akan merebut Luhan dari pelukannya cepat atau lambat.
"Kalau begitu masuk dan temani Luhan didalam sana. Kami akan mencarikan makanan untukmu. Kau mau kan?"
Sehun kembali mengangguk membuat Garry begitu gemas menyadari mau bagaimanapun Sehun hanya bocah lima tahun yang begitu mengkhawatirkan keadaan temannya.
"Jaga Luhan ya." gumam Garry mengusak rambut Sehun dan tak lama membukakan pintu agar Sehun bisa langsung melihat keadaan Luhan.
Sehun kecil secara refleks berhenti terisak saat melihat tubuh mungil teman cantiknya terbaring di tempat tidur. membuatnya bersusah payah memanjat kursi yang berada di samping Luhan sampai akhirnya dia berhasil melihat dengan jelas betapa pucat wajah Luhan yang suka merengek didepannya.
"Lu-.." katanya memanggil Luhan dan memberanikan diri memegang jemari Luhan.
"Cepat thembuh ya Luhan." gumamnya sedikit mencium tangan Luhan dan membaringkan kepalanya di dekat tangan Luhan yang tidak dipasang selang infus.
Sehun terus menggenggam tangan Luhan sampai dia merasa tangan kecil itu bergerak membalas genggamannya. Membuat Sehun kecil dengan cepat mendongak dan tersenyum saat kedua mata Luhan terbuka dan tengah menatapnya saat ini.
"y-yak! KENAPA KAU THAKIT THAAT ULANG TAHUNKU!"
Luhan kecil sedikit tersentak terkejut saat mendengar Sehun berteriak sementara dirinya masih mengerjap bingung kenapa dia bisa berbaring di tempat mengerikan seperti ini.
"eh? Kenapa Lulu dimalahi? Kita ada dimana?"
Sehun sedikit salah tingkah dan tak lama melepas genggamannya di tangan Luhan.
"kau thakit. Sekalang kita ada dilumah thakit."
Luhan sedikit membelalak dan tak lama ingin menjerit saat melihat tangannya dimasuki jarum suntik, membuat Sehun berpikir keras dan melepas jas kecilnya dan kemudian menyembunyikan tangan Luhan yang terdapat jarum infus.
"thudah tidak ada, jangan menangith." Katanya membujuk Luhan yang masih berkaca-kaca sebelum menyadari penampilan Sehun dengan jas dan kemeja kecil yang pas di tubuhnya, membuatnya semakin merasa sedih karena tak bisa menghadiri pesta ulang tahun teman pertamanya.
"tehun..."
"ada apa?"
"telamat ulang tahun. Maaf kalena lulu sakit dan tidak bisa hadil ke pesta tehun. Jangan malah" Katanya menggigit kencang bibirnya dan sedikit berkaca-kaca menatap Sehun saat ini.
Sehun kecil menggeleng cepat dan kembali memberanikan diri menggenggam tangan pria cantik yang diam-diam selalu ia perhatikan semenjak pertama kali mereka bertemu di klinik rumah sakit saat itu.
"kau thakit Lu. Kenapa minta maaf. Aku tidak malah. Cepat thembuh dan kita akan tiup lilin di hali ulang tahun Lulu. Bagaimana? Lulu mau kan"
Luhan kecil begitu berbinar dan tak lama mengangguk cepat merespon apa yang baru saja dikatakan Sehun untuknya "tentuuu sajaaa Lulu mau!" pekiknya membuat Sehun sedikit menutup telinganya dan tak lama ikut tertawa karena Luhan benar-benar sudah baik-baik saja saat ini.
"Kalau begitu cepat kelual dali lumah thakit. Oke?'
"OKEEEEE!" katanya kembali berteriak membuat Sehun kecil benar-benar terkekeh memperhatikan Luhan dan diam-diam berjanji untuk selalu menjaga teman kecilnya yang begitu cantik agar selalu tertawa saat ini.
Sementara itu...
"Aku juga tidak menyangka Sehun akan menangis seperti itu. Dia tidak pernah seperti itu sebelumnya." Gumam Joongki merangkul bahu Garry dan memberitahu kedua sahabatnya yang tampak terkekeh saat ini.
Saat ini kedua orang tua Sehun dan kedua orang tua Luhan, tengah berjalan kembali menuju ruangan Luhan dengan sedikit cemilan untuk Sehun yang sepertinya belum makan apapun semenjak sore karena berniat ingin makan bersama Luhan malam ini.
"Kalau begitu kita harus tambahkan daftar menangis untuk Sehun." gumam Miranda sedikit berpikir menebak maksudnya
"Daftar apa maksudmu?" gumam Jihyo bertanya pada Miranda.
"Sehun itu hanya akan menangis jika aku atau Joongki oppa atau Vivi sakit. Tapi sekarang aku bertaruh kalau Sehun akan lebih mengkhawatirkan Luhan daripada aku, Joongki oppa atau Vivi."
Cklek..
"Aku sangat yakin." Gumam Miranda membuka pintu ruangan rawat Luhan masih sambil terus berceloteh sampai langkahnya terhenti melihat apa yang sedang putranya dan Luhan lakukan saat ini.
"aaaa manisnyaaaaa." Gumam Miranda sedikit menutup wajahnya karena saat ini melihat putranya tertidur di kursi dengan kepala bersandar di tempat tidur Luhan dan tangan yang terus menggenggam jemari Luhan dengan erat.
"Apanya yang manis?" Jihyo bertanya penasaran dan tak lama merasa begitu gemas melihat kedua balita berusia lima tahun itu bahkan sudah tahu bagaimana caranya saling menyayangi dan melengkapi.
"ini buruk." Gumam Garry mengusak kasar wajahnya dan menatap horor pemandangan di depannya.
"ini benar-benar buruk." Katanya mengulang dan tanpa sadar menandai Sehun sebagai saingannya mulai malam ini.
Joongki sendiri begitu bangga pada putranya yang sudah bisa menjaga seseorang yang ia sayang dengan begitu baik. Putranya yang tak pernah berekspresi namun terlihat begitu bertanggung jawab jika sudah menyangkut orang-orang yang ia sayangi.
Joongki pun sedikit terkekeh menyadari perubahan raut wajah Garry, membuatnya menghampiri Garry dan meletakkan kedua tangannya di atas bahu Garry dan tak lama berbisik "Hey...Aku rasa nama Luhan akan menjadi Oh Luhan saat mereka beranjak dewasa nanti."
" y-YAK!"
tobecontinued...
ini masih tanggal 12 yang penting...
.
Bentar gw mau ngakak dulu. kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
.
Apa-apaan ini!
Joongki sama Sehun menang banyak gw kasih Miranda jadi bini sama emaknya wkwkwkwk...apa Miranda Kerr yang menang banyak? kkkkk
.
Au ah yang penting bonyoknya sehun HITZ mengingat ketampanan bocah yang lagi ulang tahun itu diluar batas kenormalan manusia T_T kkk... Siapa suruh ganteng, kan gw jadinya mikir keras buat nyari artis-artis super ganteng sama super cantik buat jadi emak bapaknya :"""
.
Kalau Luhan sama Jihyo sih ga usah ditanya miripnya. Awalnya mau pake Kwangsoo biar lebih ngena ribut ama Joongkinya. tapi gw lebih suka Garry and Monday couple njir kkkkkkkkk...
.
Kalo kalian pernah baca LSBF sama TDF ala2 gue. Ya MFC ini kombinasi dari dua cerita itu.
.
Selamat membaca, selamat menikmati dan selamat ulang tahun Sehunnnnnnnnn... Sukses terus, Sehat terus, semoga kontakan dengan cara misteriusnya sama Luhan tetep berjalan. hayati lelah gembel! Kkkkk :""
.
ejieee new story *tetiba gumoh...tenang yang lain juga pasti END kok :D
.
Okay, selamat hari selasa dan sampai ketemu weekend :) *lirik Restart.
.
p.s : Marga Luhan tetep Xi demi kepentingan cerita. karena kalau Lu Han tok rasanya aneh. mohon pengertian :)
