Untuk Haruka


created by: Fayiyong

#

disclaimer: Vampire Knight belongs to Matsuri Hino. This fiction belongs to ME.


Untuk Haruka


Untuk Haruka [kakak, suami, dan ayah dari anak-anakku].

Haruka, apa kabar? Semoga kau baik-baik saja. Kuharap kau tidak lupa untuk tersenyum—dunia bakal runtuh kalau kau cemberut. (Aku tertawa sendiri ketika menulis ini, Haruka)

Haruka, aku menulis ini karena aku… yah, sedikit—ngg, lumayan rindu padamu. Tunggu, tunggu! Jangan tertawa mengejekku dulu! Kita bersama hampir tiga ribu tahun, masa iya aku tega tidak menyisipkan sedikit rindu pada sosokmu?

Haruka, ini aneh, tapi sosok yang terpatri kental di kepalaku adalah sosokmu yang kulihat terakhir kali; garang, dingin, kokoh.

Apa kau juga terus mengingat sosokku saat itu?

Kita yang berdiri bersama di depan mereka; kita yang berniat mati bersama.

Tidak ada keraguan, Haruka. Padaku—padamu.

Saat menatap dua matanya, kita tahu neraka sudah menganga menyambut kita.

Saat melihat arak-arakannya, kita tahu airmata atau tawa tak lagi berguna.

Haruka, aku tidak menyesal.

Kau yang memintaku mundur, lalu melangkah sendirian ke arah malaikat maut—sosokmu saat itu terlihat begitu rapuh di kedua mataku yang pilu.

Kau menangis, Haruka.

Buruknya, kau juga mencintaiku.

Haruka, di benakku yang kalut, sosokmu terpatri layaknya singa di hamparan salju.

Meradang.

Buas.

Kesepian.

Hanya mampu mengaum dan menerjang mangsa tanpa memedulikan serpihan lara yang menghujam.

Haruka, kau tahu apa alasanku tersenyum saat itu?—ah, tidak. Aku tidak perlu menanyakan hal konyol ini. Kau tahu. Kau jelas tahu—kau mengerti segalanya tentangku.

Ketika airmata dan jeritan tak lagi berguna, maka hanya senyuman yang bisa terlihat.

Haruka, aku tidak biasa menjadi pujangga. Aku hanyalah adikmu yang suka kebebasan dan mencintai keluarga kecil kita. Aku hanyalah seorang istri yang bersikap apa adanya tanpa dusta. Aku hanyalah seorang ibu yang mencintai anak-anakku tanpa batas.

Haruka, dengarkan aku.

Semua sudah berlalu; anak perempuan kita telah berada di tangan yang benar, anak lelaki kita jelas tengah menyusun sebuah rencana brilian.

Haruka, jawablah aku.

Apakah salah jika aku merindukan saat-saat ketika kau menaruh kepalamu di pangkuanku dan jemariku menelusup di antara rambut gelapmu yang halus?

Apakah salah jika aku merindukan tatapanmu yang penuh kehangatan dan ketentraman terhadap sosokku dan anak-anak kita?

Apakah salah jika aku merindukan kedua belah bibirmu yang tak lelah memajang senyum indah nan menawan? Bibir yang selalu mengucapkan namaku pertama kali setiap pagi dan terakhir kali setiap malam. Bibir yang jujur tanpa ada kebohongan. Bibir yang selalu memberikanku kehangatan tanpa akhir melalui segala ciumanmu.

Apakah salah jika aku merindukan tubuhmu yang selalu berhasil menarikku ke rengkuhan nyamanmu?

Apakah salah jika aku merindukan setengah dari hidupku?

Haruka, aku tetaplah wanita.

Dadaku tak lagi berdetak; jantungku tak lagi bernapas.

Haruka, jawab aku.

Apakah kini aku tengah terajut dalam asap semu?

Haruka, kaukah itu yang tengah berdiri di hadapanku?

Haruka, kaukah itu yang kini tengah menggenggam hangat jemariku?

Haruka, kaukah itu yang tengah menempelkan bibirmu di atas kepalaku?

Aku mengerti, Haruka, aku mengerti.

Kuletakkan pena ini sekarang—tidak, takkan pernah kuraih lagi tinta hitam kelam ini.

Haruka, raih aku.

Haruka, kali ini ajaklah aku.

Kali ini kita, bersama, tanpa dusta dan jarak, selamanya bernapas dalam kebahagiaan.

[Dari: Yang-Memaksa-Ikut-Bersamamu]


RnR? :)