17, September, 2014.
Hinata baru saja membuka kelopak matanya dan menatap jam kecil berbentuk kepala kelinci itu diatas meja dekat kamar tidurnya. Lima menit lagi jam enam, tapi sebenarnya jam itu tidak akan berdering. Sudah beberapa hari ini Hinata tak pernah menyalakan alarm kebangunannya. Karena tentu saja, Hinata sudah tak memerlukannya lagi. Ia juga tak harus datang kekantor untuk menyelesaikan beberapa file-file yang pasti sudah menumpuk rapi diatas meja kerjanya seperti biasa. Khusus beberapa hari ini, karena ayahnya -Hyuga Hiashi- sudah memberikannya ijin untuk beristirahat beberapa hari kedepan.
Hinata kembali memejamkan kelopak matanya perlahan. Dia tak lagi melihat jam kecil berbentuk hewan kesayangannya itu. Hinata hanya terfokus pada suara yang detik jarumnya yang tak akan pernah berhenti seperti nyanyian kesukaannya pada kotak musik miliknya. Tapi ada sesuatu yang terdengar jauh lebih jelas ditelinganya daripada semua suara detik-detikkan yang pernah Hinata dengar sebelumnya.
Hinata kembali memejamkan matanya lebih erat. Semakin erat maka suara yang ditimbulkan itu semakin lebih jelas pula. Bunyi yang tertangkaP oleh indra pendengarannya itu seraya mengetuk-mengetuk telinganya lembut. Tanpa ada komando, Hinata tersenyum indah dibalik bibir tipisnya. Suara itu... suara degupan jantung itulah yang membuat wanita berparas cantik nan anggun tersebut mengulungkan senyum manisnya. Jantung dalam dada dimana saat ini Hinata tengah meletakkan kepalanya disana. Hinata juga bisa merasakan hembusan napas di surai rambut panjangnya. Napas itu begitu teratur dan Hinata tahu pasti siapa pemilik napas yang saat ini tengah terlelap dialam bawah sadarnya.
...
Disclaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto, dan saya hanya meminjam karakternya saja. Dan cerita ini terinspirasi dari sebuah novel yang berjudul "Figth"
Don't like Don't read and happy reading!
...
Pov Hinata
.
...Seratus lima puluh hari dimana aku menuju lima puluh dollarku...
Dan ini mengingatkanku dalam kejadian setahun silam. Dimana dengan bodohnya aku melakukan sesuatu yang sangat bodoh dan konyol.
Seratus lima puluh hari memang terasa sempurna untukku. Dan semua akan jauh lebih sempurna jika aku tak mengenal sebuah kata yang bernama "cinta". Dan tentunya aku akan memenangkannya. Memenangkan kebanggaan dan kebahagiaanku. Namun sepertinya aku salah besar! Ternyata kebahagiaan bukan saat dimana aku memperoleh kebanggaanku. Aku sadar, jika ini salah. Dan aku merasa beruntung saat rasa itu datang disaat detik-detik terakhir.
Hari itu hari ke seratus empat puluh sembilan. Hari yang membuka pola pikirku yang kuanggap benar. Namun ternyata tidak!?. Sungguh... seharusnya saat itu hari yang paling membahagiakan dalam hidupku. Karena sehari lagi aku akan berhasil. Tapi sekali lagi, kebanggaanku tak bisa kugenggam karena sekali lagi rasa itu memaksa menerobos hatiku yang sempat kututup rapat. Saat itu aku menemukan diriku sendiri dalam ketakutan yang luar biasa saat berada di depan pintu keberhasilanku. Jika saja aku memaksa untuk menerobos masuk dan menggenggam kemenangan dan kebanggaan, mungkin saat itu juga aku tak bisa meraih tangannya. Pasti semuanya akan berakhir saat itu juga.
...Dan aku tak ingin hal seperti itu terjadi...
Aku terpaku dan terdiam di hari ke seratus empat puluh sembilanku. Aku tak ingin kehilangan sosok lelaki yang begitu sempurna... begitu baik... dan begitu mencintai wanita sepertiku ini. Dan sungguhh... aku tak ingin dia jauh dari pandangan mataku dan aku tak ingin melepaskannya. Dan saat itulah hari keputusan terbesarku selama aku bernapas. Hari keseratus empat puluh sembilan bukanlah hai terakhir menuju kemenangan dan kebanggaanku. Akan tetapi, hari dimana menuju kebahagiaan yang sesungguhnya. Aku tahu pasti, bahwa yang ku lalui tidak hanya 150 hari, tidak 1.500 hari, atau mungkin 15.000 hari.
Tidak! Aku yakin lebih dari itu.
Aku bahkan tak sanggup menghitungnya karena ujung dari perjalan panjang yang akan kulalui ini tidaklah bisa dilihat oleh siapapun. Dan aku juga tahu, jika kebahagiaan itu tidak dapat diukur dengan sebuah kemenagan yang bernilai 50.000 Dollar. Tidak akan ada label hargapun yang tepat untuknya. Hanya kasih sayang dan juga cinta yang tuluslah yang bisa memberikan seberapa mahal cinta yang diberikannya padaku.
Karena akulah satu-satunya wanita yang mampu menduduki puncak hatinya. Dan aku merasa sangat cukup sekarang. Aku bahkan tak memerlukan apapun lagi jika dia berada disisiku, berada dijangkauan mataku. Dan satu hal yang aku tahu... bahwa kebahagiaanku adalah... saat aku mendapatkan cinta dari lelaki yang begitu kucintai dan kusayangi.
Dan dia adalah...
Uzumaki Naruto
Lalu... inilah kisah perjalanan kami menuju kebahagiaan yang sempurna di hari menuju 50.000 Dollarku.
.
Ok... Ini adalah Fict lama yang sengaja saya ketik ulang. So, berminatkah kalian untuk membacanya sampai akhir? ^_^.
.
Review pliiiissss : -P.
