Hai minnaaaa…
Akhirnya setelah melewati angin topan, badai pasir, badai salju, gempa bumi, banjir, tsunami, gunung merapi, badai thornado, dan bencana-bencana lainnya, *lebayyyy* akhirnya Natsu bisa ngebuat fic lagi…^^
Maklumkah, status Natsu, yang masih sebagai seorang pelajar benar-benar menjadi dinding besar yang menghalangi Natsu untuk melakukan apa yang Natsu suka! *plakk!*
Oke lah, sesuai janji, ini adalah fic sekuel dari "My Lovely Kuruta Girl" yang waktu ituloh! Ada yang ingat gak? Ada? Ada? *Readers : NGGAK!* T_T
Yosh! tanpa banyak bacot lagi, karena Natsu udah telat pergi kursus(?), so, Natsu persembahkan fic ini, tanpa basa-basi, demi kesenangan para readers, tanpa ada maksud untuk mencemari fandom ini, dengan fic Natsu, meskipun fic Natsu udah tercemar virus-virus gak jelas gitu, sebenarnya Natsu ngebuat fic ini biar para readers puas, namun jika ada yang tidak puas, silahkan kasih kritikan, agar Natsu bisa berusaha, kita semua 'kan saudara! Sudahlah, kok Natsu banyak bacot? Sebenarnya Natsu memang banyak bacot, tapi ketahuilah, sebenarnya Natsu―UMMMMPPP! *mulut disumpal Killua pake remote TV*
Mppp…! Mpppp! Mmmmmpph! (silahkan membaca….)
.
.
Disclaimer : Togashi Yoshihiro
Title : Love You So Much
Story by : Natsu Hiru chan
Reted : T (buat jaga-jaga)
Genre : Romance
Pairing : Kurapika nee-chan just for Kuroro nii-kun
Warning : Abal, GaJe, norak, ancur, gak bermutu, typo bertebaran kesana-kemari mencari alamat *plakk!* pokoknya fic ini bukan jelek lagi, tapi udah ANCUR!
Summary : Kehidupan Kuroro dan Kurapika setelah setahun pacaran. (summary apaan nih? =_=")
.
.
.
.
Don't like, don't read… X3
.
Chapter 1 : I'm Sorry
.
"MEMANGNYA APA YANG KAU PIKIRKAN HAH?" suara yang, 'seharusnya' adalah suara lembut nan indah itu, kini terdengar seperti suara seseorang yang siap meletuskan laharnya(?).
"Tapi Kurapika, aku bisa jelaskan—"
"Jelaskan apa lagi?"
"Tapi…"
"Sudahlah! Semuanya sudah berakhir!"
"APA?"
Flashblack
'Abrasse Moi' yang berarti 'Kiss Me!' itulah salah satu nama café yang ada di York Shin City. Café itu terkenal dengan sebutan 'café cinta' pasti sudah terpikir, dari julukan café ini, bahwa café tersebut adalah café untuk para pasangan kekasih bukan?
Betul! Café ini memang salah satu café berkelas yang ada di York Shin, khusus untuk para pasangan kekasih. Letaknya berada di dekat danau hingga banyak pasangan yang pergi ke sana sekedar untuk berduaan saja. Ruangan café itu sangat indah. Perpaduan warna pink dan putih menghiasi dinding, lantai, serta atap café itu. Di tambah dengan hiasan-hiasan dinding yang berbentuk seperti hati. Pelayan-pelayannya pun memakai seragam seperti cupid. Yah, jika kita memasuki café ini, satu kata, 'Luar Biasa'.
Di dalam café itu, di suatu meja, terlihat seorang gadis yang duduk dengan manisnya sendirian di kursi. Gadis itu sangat imut, dengan dress biru muda selutut, dengan renda-renda berwarna putih. Di pinggang gadis itu, terlilitlah pita berwarna putih pula. Gadis itu mengenakan sepatu yang mirip dengan sepatu ballet berwarna pink. Rambutnya pirang, pendek, dihiasi dengan pita kecil berwarna merah. Wajahnya bersih, tanpa make up, namun sedikit bedak bayi tipis. 'Sempurna' pasti itu yang di pikirkan orang-orang yang melihat gadis ini.
"Sendirian nona?" tanya seorang pelayan pada gadis tersebut.
Gadis itu menggeleng pelan. "Ah, tidak… aku sedang menunggu seseorang," jawabnya sopan.
"Kalau begitu, anda mau pesan apa?"
"Sebentar, sampai temanku datang…"
"Teman?" ucap pelayan itu bingung.
Wajah gadis pirang itu langsung saja memerah, seolah tahu maksud dari pelayan itu. Si pelayan yang melihat perubahan warna di wajah si pirang langsung tahu apa maksudnya.
"Oh, kalau begitu saya permisi…" ucap pelayan itu seraya berlalu pergi.
Tak lama setelah itu, gadis tersebut langsung merasakan seseorang menepuk bahunya dari belakang. Si gadis sudah hapal betul siapa yang memiliki tangan tersebut, begitu pula aroma si penepuk.
"Lama?" tanya orang yang tadi menepuk bahu si gadis..
"Tidak juga," jawab gadis itu seraya bangkit dari duduknya, dan berbalik menghadap orang itu.
Mata pemuda yang tadi menepuk bahu si gadis langsung membulat ketika melihat 'gadisnya' benar-banar terlihat seperti malaikat yang baru turun dari surga.
"Wow! Kurapika! Kau cantik sekali…" puji pemuda itu kagum. Terlihat sedikit rona merah tipis di wajah tampannya.
Yang dipuji hanya memalingkan wajahnya yang memerah. "Kau juga keren… Kuroro," ucap gadis yang dipanggil Kurapika itu.
Si pemuda yang dipanggil Kuroro itu lalu melirik ke arah dirinya sendiri. "Ahahaha, benarkah?
Yah, saat ini, Kuroro Lucifer, pemimpin Gen'ei Ryodan, kini sedang memakai tuxedo biru dengan kemeja putih. Yah, baju yang sama ia kenakan ketika ia pertama kali bertemu Neon, putri tunggal dari keluarga Nostrad. Rambutnya dibiarkan turun, dan ia juga mengenakan perban yang menutupi tanda salip yang ada di dahinya. Semua gadis, termasuk Kurapika pun pasti akan terpana melihat Kuroro yang seperti itu.
"Silahkan duduk, nona Kuruta…" ucap Kuroro seraya menarik kursi Kurapika, mempersilahkannya untuk duduk.
"Hn, terima kasih…" setelah Kurapika duduk, Kuroro pun ikut duduk di kursi depan Kurapika, yang dibatasi dengan meja bundar berlapis sprey merah muda.
"Kau sudah memesan?" tanya Kuroro.
"Belum…" ucap Kurapika seraya mengambil daftar menu yang ada di atas meja dan melihat-lihatnya.
"Oh…"
"Ah, aku mau ini saja. Kalau Kuroro sendiri?"
"Aku juga itu saja," ucap Kuroro santai.
"Baiklah, pelayan!" panggil Kurapika pada seorang pelayan berkostum cupid. Pelayan itu pun mendatangi mereka, dan menerima pesanan mereka. "Tunggu sebentar…" ucap pelayan itu seraya pergi meninggalkan mereka.
"Ohya Kurapika, kenapa kau bisa ke sini dengan pakaian seperti itu? Teman-temanmu tidak melihatmu?" tanya Kuroro membuka obrolan.
"Ah, tadi aku keluar hanya dengan pakaianku yang biasanya, lalu, aku menggantinya di mall,"
"Jadi, kau tadi pergi ke mall untuk membeli pakaian dan langsung memakainya?" tanya Kuroro tidak percaya.
"Yah, tidak hanya itu, aku juga membeli sepatu dan pita jelek ini," ucap Kurapika seraya menunjuk sepatu dan pita yang ada di kepalanya.
"Kalau menurutmu jelek, kenapa kau pilih itu?"
"Penjaga di sana yang memilihkan semuanya untukku, temasuk baju yang membuatku sulit bergerak ini. Aku heran, kenapa para merempuan begitu senangnya memakai rok sih, aku saja jadi susah bergerak! Jadi aku juga beli celana pendek!" ucap Kurapika seraya membuka rok-nya.
Kuroro hanya terkikik geli melihat tingkah Kurapika, 'penjaga toko yang pintar…' pikirnya
Tak lama setelah itu, palayan pun datang dan membawakan pesanan mereka.
"Ohya, Kuroro, aku hampir lupa…" ucap Kurapika seraya memeriksa saku 'celana' pendeknya yang tersembunyi di balik rok dress-nya. Kuroro hanya sweat drop melihat tingkah Kurapika, begitu pula orang yang kebetulan melihatnya. 'Bawa tas gitu kek…' pikir Kuroro menatap Kurapika.
"Ini…" ucap Kurapika seraya memberika Kuroro kotak kecil, yang terbungkus rapi. Terlihat sedikit rona merah tipis di pipinya.
Kuroro pun menerima kotak itu, dan memperhatikannya. "Apa ini?"
"Ya hadiah," singkat Kurapika yang mulai memakan makanannya.
"Hadiah? Untuk apa?"
Kurapika langsung berhenti makan, membuat Kuroro menaikkan sebelah alisnya. "Ada apa?"
"Itu hadiah untuk hari ini…" ucap Kurapika menggenggam erat pisau dan garpunya.
"Hari apa?" tanya Kuroro bingung.
BRAKKKK!
Semua perhatian di café itu langsung mengarah ke Kurapika yang tadi barui menggebrak meja café penuh emosi hingga meja itu menjadi patah. "JADI KAU TIDAK INGAT HARI APA INI?" tanya Kurapika melototi Kuroro, membuat bulu kuduk Kuroro naik semua. Ini lah resiko, mempunyai pacar yang tomboy seperti Kurapika.
"Ha—hari apa?" tanya Kuroro takut-takut. Ia hanya menatap Kurapika yang sedang berdiri dan melototinya, seolah ingin membunuhnya.
BRAKKK!
"DASAR BODOH! JADI APA TUJUAN KITA KESINI?" kali ini Kurapika menaikkan kakinya ke atas meja yang sudah tak berbentuk itu lagi, dengan kerasnya, sehingga meja itu menjadi lebih hancur lagi. Semua orang yang 'menonton' adegan drama yang saat ini Kurapika dan Kuroro lakukan pun ikutan merinding bin takut melihat Kurapika yang siap meluncurkan laharnya.
"Y—ya untuk makan," ucap Kuroro takut.
"DASAR BAKA! MAKAN TUH! SEMUA MAKANANMU!" ucap Kurapika langsung melempar semua makanan yang ia pesan pada Kuroro. Kuroro hanya bersuaha menghindari makanan itu. "Hei hei! Kau ini kenapa?" tanya Kuroro berusaha menangkis 'serangan makanan' dari Kurapika.
"Dasar… tidak berguna…" kini Kurapika menghentikan serangannya. Ia lalu menunduk, menyembunyikan ekspresinya, dan menggenggam tangannya erat-erat. Kuroro hanya menatap Kurapika bingung.
"Masa' hari jadian kita saja tidak ingat! DASAR KURORO BODOH!" bentak Kurapika dengan mata yang berkaca-kaca. Kurapika langsung berlari meninggalkan ruangan itu.
"Kurapika!" ucap Kuroro hendak mengejar Kurapika, namun ia dihentikan oleh seseorang.
Dengan emosi, Kuroro lalu menoleh ke orang yang sudah berani menghentikannya. Dilihatnya seorang kakek, namun dengan pakaian yang amat rapi. "Maaf pak, tapi anda harus mengganti semua kerugian ini…" ucap kakek itu.
Kuroro lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh café. Dilihatnya kondisi ruangan tersebut kotor dengan steak sapi, dan juice, serta makanan lain. Daitambah dengan meja yang bernasib malang itu, yang diketahui pelakunya adalah Kurapika.
"Sial! Berapa? Cepat!" ucap Kuroro tak sabaran.
"Semuanya lima ratus ribu Jenny…" ucap kakek itu.
"Dasar…" Kuroro lalu mamasukkan tangannya ke kantong celananya. Dia langsung saja membatu di tempat.
"Ada apa tuan?"
'Siaaaaalll… ! dimana kuletakkan uangku? HPku juga tidak adaaa!' batin Kuroro memeriksa seluruh kantung yang ada di pakaiannya.
"Maaf, dompetku ketinggalakn di apartementku!" ucap Kuroro memasang senyuman andalannya, yang dapat membuat hati semua orang luluh.
"Hmmm… jas yang bagus…"
.
.
Terlihat Kuroro tengah berlari berusaha mencari Kurapika, dengan kemeja putihnya. Yah, kakek pemilik café tadi telah menyita jas birunya. Ia edarkan pandangannya ke seluruh arah. Ia tahu, kalau Kurapika belum jauh.
Sepatu…
Itulah yang membuat Kuroro yakin kalau Kurapika belum berlari terlalu jauh. Bagaimana tidak, saat ini Kurapika sedang menggunakan point shoes. Untuk wanita yang sudah terbiasa sih tidak masalah. Tapi Kurapika menjadi pengecualian.
Senyuman langsung mengembang di wajah tampan pemimpin Gen'ei Ryodan ini, ketika mata onix-nya melihat gadis pirang yang di carinya tengah terduduk di bawah pohon, sambil memegangi pergelangan kakinya. Kuroro pun berlari kecil mendekatinya.
"Akkkhh… kakiku…" eluh Kurapika memegangi pergelangan kakinya. Mata sapphire-nya membulat sempurna ketika mendapati Kuroro,tengah menuju dirinya.
Kurapika langsug berdiri hendak berlari lagi. Namun,
BRAKKK…
Ia terjatuh lagi. Kuroro langsung menutup mulutnya, menahan tawanya. Kurapika lalu terbangun, dan menatap Kuroro kesal. "Apa lagi?" ketus Kurapika.
Flashblack end
"Kurapika, dengarkan aku, aku benar-benar lupa hari ini, sungguh!" ucap Kuroro bersikeras.
"Yah memang kau lupa! Karena kau tidak perhatian! Yang kau lakukan hanya mencuri, membajak, membantai, dan membunuh! Hanya itu yang ada dalam pikiranmu bukan?" bentak Kurapika. Kini matanya sudah berkaca-kaca.
"Aku tidak seperti yang kau pikirkan!"
"Seperti yang kupikirkan? Kau tahu? Kepalaku hampir meledak memikirkanmu! Aku juga tidak menyangka, kenapa aku bisa menyukai orang sepertimu!"
"Baiklah… kita selesaikan ini baik-baik… oke, sekarang, apa yang kau inginkan? Katakan!" ucap Kuroro lembut.
"Sudah terlambat! Aku mau pulang!" ucap Kurapika seraya meninggalkan Kuroro.
"Kurapi―"
DWAKHHH…!
Perkataan Kuroro langsung terpotong oleh sepatu Kurapika yang mendarat di wajahnya. Kuroro pun mengambil sepatu itu dari wajahnya. Namun, Kurapika sudah tidak ada. Hanya ada dress birunya yang tergeletak di tanah. "Cepat sekali…" puji Kuroro seraya memungut dress tersebut dan menggenggamnya erat. "Ternyata punya pacar yang emosian itu resikonya begini yah?" gumam Kuroro.
~LOVE YOU SO MUCH~
BLAMMMM!
Malangnya nasib pintu apartemen milik Kurapika dan teman-temannya yang telah ditutup Kurapika dengan sangat keras.
"Tadaima…" ucap Kurapika lesu.
"Ah! Okaeri Kurapika!" sahut Gon ceria seperti biasanya.
"Kau ini mengagetkan kami saja! Memangnya kalau pintu itu rusak kau yang mau memperbaikinya?" omel Leorio.
"Kenapa pakaianmu seperti itu?" tanya Killua. Yah, saat ini Kurapika sedang menggunakan celana pendek, dan kaos singlet putih. Kakinya mulus, tanpa ada sepatu yang menghangatkannya.
"Oh, tadi ada pembantaian…" ketus Kurapika. 'Pembantaian hati…' sambungnya dalam hati.
"Bukan, maksudku itu…" ucap Killua seraya menunjuk atas kepala Kurapika. Kurapika langsung saja meraba atas kepalanya. Betapa kagetnya ia ketika menyadari bahwa pita merah yang sedari tadi menempel di kepala kuningnya masih setia menempel di sana.
"Waaa! Cantik!" puji Gon polos.
Dengan sigap Kurapika langsung mengambil dan membuangnya. "Eeeehh, ini… tadi, se―sewaktu ada pembantaian, a—aku menolong seorang anak kecil. Lalu anak kecil itu memberikan pita ini sebagai ucapan terima kasih…" dusta Kurapika. Ketiga sahabatnya hanya menatap nya bingung.
"Kenapa kalian menatapku seperti itu? Kalian mau ini?"ancam Kurapika memperlihatkan rantainya.
Gon, Leorio, dan Killua langsung bersembunyi di balik sofa. "Tidak…" ucap Gon yang berada di atas Leorio, lalu di atasnya terdapat Killua.
Kurapika pun naik ke lantai dua, dimana kamarnya berada.
Di kamar Kurapika,
Hanya terdengar jipratan air shower dari sana. Yah, saat ini ia sedang mandi, mendinginkan isi kepalanya.
Kurapika pun keluar tanpa tertutup sehelai benang pun. Hanya kepalanya saja yang terlapisi handuk putih kecil. Yah, memang ini lah kebiasan Kurapika dari dulu.
Ia mengenakan piyama putih polosnya. Ia lalu bercermin di depan cerminnya. Kurapika meraba wajahnya sendiri. "Apa aku ini sama sekali tidak manis? Sehingga Kuroro sialan itu melupakanku begitu saja?" gumam Kurapika memperhatikan pantulan bayangannya di depan cermin.
"Huuuuuhh…" ia rebahkan tubuhnya di ranjang king size-nya. Kurapika lalu mengambil ponselnya, hanya memperhatikan monitor ponselnya.
Pipipipipi…
Tiba-tiba ponselnya berbunyi, menandakan ada panggilan masuk. Kurapika terbelalak kaget ketika melihat nama si pemanggil di monitor ponselnya.
My Lovely Lucifer
Pipipipipi…
Kurapika tidak mengubrisnya. Ia malah melempar ponselnya ke kasur.
Pipipipi… pipipipi…. Pipipipi…
"BERISIK!" Kurapika langsung meraih poselnya dan,
PRANGGG!
Ponsel yang malang itu langsung pecah begitu saja akibat terbentur di dinding dengan kerasnya.
"Mengganggu saja…" ucap Kurapika langsung menarik selimutnya dan tidur. Tanpa ia ketahui, tiga orang temannya ternyata sedang menguping dari pintu.
"Aku bilang juga apa! Kurapika akhir-akhir ini aneh!" ucap Killua.
"Hm, kau benar juga. Itu ponsel ke-2 bulan ini! Setiap bulan, dia pasti merusak ponselnya!" sambung Leorio.
"Kalau kau bilang setiap bulan, berarti dia pasti sedang datang bulan!" ucap Killua langsung.
"Apa maksudmu 'datang bulan' Killua?" tanya Gon tak mengerti.
"Kau itu bocah! Datang bulan itu, waktu dimana ketika seorang perempuan, mengalami masa pemecahan dinding embrio. Salah satu gejalanya, adalah, perempuan itu menjadi cepat emosi." Jelas Killua. Leorio hanya sweatdrop mendengarnya. 'Kenapa Killua bisa tahu soal 'begituan'?' pikirnya.
"Maksudmu Kurapika itu perempuan?" tanya Gon bingung.
"Mungkin saja,"
"Hmmm…" Gon masih terilihat bingung.
~LOVE YOU SO MUCH~
"Yah, tadi dia pergi pagi-pagi sekali," jelas Leorio.
"…"
"Sama-sama…" ucap leorio seraya menutup telponnya.
"Siapa?" tanya Gon seraya hendak memasukkan roti ke mulutnya.
"Kuroro Lucifer,"
"Waaahh, Kuroro dan Kurapika sekarang sudah bersahabat yah! Mereka sering keluar bersama!" ucap Gon kagum bin senang.
"Kau jangan berpikir macam-macam…" ucap Leorio seraya mengambil kopernya.
"Kau mau kemana Leorio?"
"Aku ada praktek… aku mungkin akan pulang malam… Daaagghh…!" ucap Leorio seraya meninggalkan apartemen itu.
"Wah, Leorio pasti akan menjadi dokter hebat!" gumam Gon senang.
"Hebat apanya?" tiba-tiba Killua langsiung sewot di belakang Gon.
"GYAAAA!" Gon langsung saja histeris melihat Killua yang saat ini, sangat berantakan. Rambutnya super kusut. Dan di mulutnya penuh busa akibat baru saja selesai sikat gigi.
"Kau ini mengagetkanku saja Killua!" protes Gon.
Killua tak menanggapi temannya yang satu ini. "Kurapika pergi, Leorio pergi, hei Gon! Bagaimana kalau kita juga pergi bersenang-senang!" ajak Killua semangat.
"Kemana?"
"Yah, misalnya ke restaurant, kolam renang, karoke, casino, dan lain-lain!" Gon hanya sweatdrop mendengar ajakan Killua. 'Sebenarnya umurmu itu berapa sih, Killua?' pikir Gon.
"Atau… bagaimana kalau kita bantai pabrik coklat KuroKurobo yang baru itu?"
DWAGH!
Pukulan Gon sukses mendarat di kepala Killua. "Kau ini! Bagaimana kalau kita ke kebun binatang saja?" usul Gon.
"Aku 'kan hanya bercanda… iyah! Lalu kita ke game center!"
"Lalu ke taman bermain!"
"Dan ke toko es krim!"
"Bioskop?"
"Toko kue!"
"Puncak!"
"Danau bebek!"
"Toko mainan!"
"Kedai!"
"HOREEEE!" seru keduanya melompat.
~LOVE YOU SO MUCH~
Kurapika's pov.
Hari ini aku berjalan menyusuri kota YorkShin yang luas ini. Langit senja membuat semuanya berpadu dengan warna orange.
Langkahku terhenti ketika aku sampai pada bentangan tanah kosong nan tandus. Hanya dikelilingi oleh tebing-tebing curam. Aku berjongkok, dan mengelus tanah yang ada pada tempat ini.
Tempat ini… menjadi saksi, bahwa aku telah membunuh seseorang, untuk pertama kalinya waktu itu. Yah, tempat ini adalah tempat pertarunganku melawan Ubogin dulu, salah satu anggota gen'ei Ryodan.
Kuletakkan setangkai bunga lily putih pada tanah itu. Lalu aku mendoakan Ubogin. Yah, sudah setahun lebih sejak kejadian itu. Aku takkan bisa melupakan, bahwa aku telah membunuh seseorang.
Aku mendoakan orang yang telah membantai seluruh keluargaku? Bodohnya aku! Yah, aku memang bodoh. Sama seperti searang, aku mencintai pemimpin kelompok yang telah membantai sukuku.
Aku pun meninggalkan tempat itu. Yah, rasa ngambekku pada Kuroro sudah sedikit berkurang. Tapi rasanya aku masih malas bertemu dengannya. Membayangkannya saja aku sudah menjadi geram. Dasar pacar tak perhatian! Menyebalkan! Kapan sih, sifat menyebalkannya itu hilang?
Tapi, meskipun begitu, rasanya aku meridukannya. Aku rindu, dengan wajah rupawannya. Aku rindu dengan suara khasnya, aku rindu, dengan ucapannya yang selalu membuat wajahku merona. "Haaaahh…" aku menghela nafas berat. Yah, padahal baru beberapa jam tak bertemu, tapi aku sudah gelisah begini. Mungkin aku sudah cinta mati padanya.
Aku pun tiba di sebuah taman kota. Mataku membulat sempurna ketika mendapati Kuroro, saat ini sedang tertidur dengan pulasnya di bangku taman. Aku pun berjalan mendekatinya.
Mataku membulat sempurna, dengan wajah merah di wajahku, ketika melihat Kuroro, yang tertidur di bangku taman. Namun bukan itu yang membuatku kaget. Aku melihat bagian pergelangan tangannya. Kulihat gelang kain, berwarna hitam, dan ada gambar tanda salip seperti yang ada di dahinya.
Ini 'kan, hadiahku untuknya. Yah, aku sengaja merajutkan gelang ini, untuk Kuroro. Meskipun hasilnya jelek, tapi kenapa masih ia pakai? Dasar bodoh!
Aku memperhatikan wajahnya yang tertidur. Benar-benar tenang. Kakinya ia lekukkan satu, dan di luruskan satu. Punggung tangannya menutupi dahinya, sedangkan satu tangannya jatuh ke tanah. Rambutnya ia biarkan turun.
Tanpa sadar aku mengusap rambut hitamnya yang berkilauan dengan lembut. Ternyata rambutnya sangat lembut. Tanganku langsung beralih ke pipinya. Tanpa sadar wajahku langsung memerah.
"Apa yang kulakukan? Aku 'kan masih ngambek padanya!" ucapku entah pada siapa.
"Kau juga! Kenapa tidur di sini bodoh?" aku lalu membuka syal yang sedari tadi membalut leherku, dan membalutkannya di leher Kuroro. "Nanti kau kedinginan…" lirihku langsung saja mengecup lembut pipi Kuroro. Aku pun berdiri dan berlalu pergi.
"Aku menunggumu…" suara itu sukses menghentikan langkahku. Dengan kikuk aku langsung berbalik ke sumber suara.
Wajahku langsung pucat pasi ketika melihat Kuroro, sedang duduk bersandar di bangku taman, dengan syal biru yang tadi kulilitkan di lehernya. "Se―sejak kapan kau bangun?" tanyaku takut-takut.
"Aku tidak tidur. Waktu kurasakan nen-mu datang, aku langsung berpura-pura tidur. Aku tak menyangka, bahwa kau sudah tak marah padaku," jelasnya sukses menimbulkan semburat merah di pipiku.
"K―kau jangan ke-GR-ran! Tadi itu aku tidak serius!" elakku menyembunyikan rona merah di wajahku.
Kuroro lalu berjalan mendekatiku. Ia mengelus pipiku lembut. Namun aku tak mau kalah. Aku hanya menatapnya tajam, meskipun sebenarnya aku sangat merasa hangat dengan sentuhannya.
"Kau itu, benar-benar sulit ditebak!" ucapnya menghentikan aktifitasnya. Jujur saja, aku merasa agak kecewa. Tapi aku tidak mau kalah dengannya.
"Terserah kau saja!"
"Kau masih marah yah?"
"Tentu saja!"
"Baiklah, kemarin kau bilang sudah berakhir. Baiklah, aku terima…" tenggorokanku langsung tercekat saat mendengar itu. Apa maksudnya dia bilang mau putus?
"M—maksudmu?" tanyaku takut-takut.
"Yah, kita sudah berakhir,"
JLEBBBB…!
Hatiku serasa ditusuk rubuan paku beracun mendengarnya. Memang, aku yang menginginkan ini berakhir. Tapi waktu itu aku sedang kesal. Rasanya aku ingin menangis.
Tidak!
Aku tidak boleh terlihat seperti cewek lemah di hadapan brengsek ini! Aku tak mau dia menertawaiku.
"Baiklah!" ucapku dengan nada bergetar namun tegas. Hanya perasaanku, atau saat ini mataku terasa berair. Pokoknya aku tidak boleh menangis di depannya! Tidak boleh!
"Kau sungguh?"
Aku menggigit bibir bawahku sendiri. Hanya satu kata! 'Iya'! tapi kenapa satu kata itu begitu sulit kukatakan? Hanya satu kata Kurapika! Ayo ucapkan! SATU KATA!
Tess…
Kurasakan pipiku basah. Apa aku menangis? Tidak! Ini tidak boleh terjadi.
Tiba-tiba Kuroro langsung memelukku begitu erat. Aku pun tidak bisa melawan perasaanku sendiri. Aku membalas pelukan Kuroro dengan lemah. Entah kenapa pemuda yang satu ini telah membuatku cinta mati padanya. Aku memang telah melilitkan rantaiku pada jantungnya. Tapi entah mengapa, aku yang merasa, hatiku terlilit olehnya.
"Maaf…" lirihnya.
"Tidak… harusnya aku yang minta maaf. Aku terlalu egois…"
"Yah, kau memang egois!"
"Aku tahu!" ucapku ketus.
"Tadi aku bohong, soal putus. Ternyata kau tidak bisa melepaskanku yah!"
Wajahku langsung saja merona mendengarnya. Dasar pria keparat! "Hn, kau juga begitu…"
"Maaf, sudah membuatmu menangis…"
"Tidak ada maaf bagimu!".
Kurasakan pelukan Kuroro semakin erat, namun semakin hangat pula. Senja itu, adalah senja, dimana kami mengungkapkan perasaan kami yang sesungguhnya.
~LOVE YOU SO MUCH~
Normal pov
07.00 pm, York Shin City
"Wah! Tadi game-nya hebat sekali! Keren!" seru Gon senang.
"Yah, kau hebat! Bisa mendapat skor setinggi itu," puji Killua dengan nada datar.
"Tapi skor-mu lebih tinggi,"
"Yah! Aku ini memang hebat!" ucap Killua bangga. Gon hanya tersenyum senang.
"Kapan-kapan kita pergi lagi yah Kil—" perkataan Gon terpotong, ketika melihat Killua menatap ke depan dengan tatapan tak percaya dan kaget plus mulut menganga penuh busa *plakk*. Gon pun memutuskan untuk mengikuti arah pandangan Killua.
Mata coklat Gon membulat, meski awalnya memang sudah bulat, ketika melihat, Kurapika, yang saat ini sedang berada di pangkuan Kuroro di atas kursi taman. Tangan Kuroro melingkar dengan eratnya di pinggang Kurapika. Sedangkan sebelah tangan Kurapika memegang leher Kuroro yang ada di belakangnya, dan sebelah tangannya memegang tangan Kuroro. Kuroro nampak menciumi leher jejang gadis itu, sedangkan Kurapika hanya merona merah.
"Me—mereka…" gumam Killua tak percaya.
"Kurapika!" panggil Gon langsung berlari ke arah Kurapika dan Kuroro yang sedang mesra-mesranya.
"Dasar bodoh!" tanggap Killua berusaha memasang tampang tenang, dan mengikuti Gon.
Yang di panggil langsung terbelalak kaget setengah mati. Kurapika langsung berdiri, menjauh dari Kuroro. Wajahnya kini sudah memerah bak tomat. "G―Gon, Killua?" ucap Kurapika tak percaya. Keringat dingin mulai menetes di dahinya. Sedangkan Kuroro hanya bersikap tenang.
"Ada apa ini? Kenapa kau bersama dengan pemimpin Ryodan? Dan kalian…" Gon tidak melanjutkan perkataannya. Terlihat sedikit rona merah di pipinya.
"K—kami…"
.
.
.
~TO BE CONTINUED~
Fuihh… akhirnya chapter satu selesai.
Gomen yah reader-san, kalau ceritanya abal gini. Natsu minta maaf yang sebesar-besarnya… chapter kali ini memang masih permulaan! Klimaksnya bakal ada di pertengahan chapter…^^
Natsu, baru belajar tentang novel di sekolah, makannya Natsu bisa nentuin alurnya. Mulai dari permulaan, awal masalah, pertikaian, klimaks, penyelesaian, masalah terselesaikan, sampai akhir, Natsu udah pelajari! Tapi sayang, Natsu kurang mengerti…=.=" *abaikan curcol gak jelas ini*
Sebenarnya Natsu agak susah juga sih, ngebuat 'adegan mesrah' antara Kuroro dan Kurapika. Baru nge-deskripsikannya, Natsu udah blushing duluan! XD *curcol*
Gomen juga, kalo di fic ini, Kurapika jadi super duper OOC! Abis, Natsu bingung, harus nge-bikin apa… *curcol lagi*
Okelah! Se-abal-abalnya fic ini, namun review sangat dibutuhkan! Mau ngasih saran, kritik, konkrit, falme, pujian juga boleh *plakk* Natsu akan terima dengan senang hati… X3
Akhir kata, REVIEW! *nodong readers pake pisau*
~ARIGATOU~
NATSU HIRU CHAN
