Disclaimer : Masashi Kishimoto-sama
Author : San Yumaru
Pair : NaruxHinaxNeji
Gendre : Drama, Romance, Hurt/Confort, Tragedy, Angst
Rate : M
Warning : AU, OOC, LIME, Absurd
A/N : Mohon berbijaksana dalam memilih rate cerita, karena dosa bukan author yang nanggung
.
.
.
DON'T LIKE DON'T READ
.
.
Hari ini terasa cukup dingin, suasana yang pas untuk tidur dan bersantai-santai. Terlihat seorang pria bersurai pirang sedang terlengkup di atas mejanya. Suasana sejuk ini membuatnya sangat mengantuk, apalagi tempat duduknya sangat strategis untuk menikmati hari ini. Kursi paling belakang, dekat jendela. Sungguh sempurna.
"Oi! Asuma-sensei datang!" Seru salah satu siswa yang baru saja melesat masuk kedalam kelas, lalu diiringi oleh pria bertubuh tegap berjenggot di belakangnya. Asuma-sensei, guru bahasa Inggris yang terkenal agak sinting. Padahal 30 menit lagi pulang sekolah, tapi dia malah masuk.
Semua murid sudah duduk rapih di mejanya. Tentu saja pria bersurai pirang bernama Naruto Namikaze itu juga, kini dia tengah meregangkan badannya. Sebenarnya bisa saja dia melanjutkan tidurnya, tapi sepertinya hari ini ia sedang tidak mood untuk bermasalah lagi.
"Oke kita mulai kembali dengan materi pembahasan tentang penggunaan past tense. Coba buka halaman 105, aku akan menjelaskan beberapa contohnya" Pria berjenggot itu mulai membuka bukunya, lalu menulis beberapa rumus di papan tulis.
Malas. Naruto benar-benar sangat malas hari ini. Bukan hari ini saja, di hari-hari yang lain juga sama. Tapi ia merasakan 'kemalasan' yang berbeda hari ini. Setelah tidur sebentar sangat membosankan jika langsung belajar. Bagaimana kalau bersenang-senang?
Manik shapire itu melirik dengan ekor matanya, menatap seorang gadis berambut panjang yang duduk di sebelah mejanya. Dengan rok mini dan baju ketat, siapa pria yang tidak mau dengan gadis seperti itu.
"Permisi, Asuma-sensei!" Seru Naruto sambil mengangkat tangannya ke atas.
"Ya, ada apa Namikaze-san" Jawab Asuma tanpa menoleh sama sekali, ia masih asik dengan rumus yang ia tulis di papan.
Naruto kembali melirik ke arah Shion, "Ahh, ano, aku tidak membawa buku. Boleh aku bergabung dengan yang membawa buku?" Tanya-nya.
"Ya, silakan saja. Tapi jangan sampai mengganggu temanmu, Namikaze-san" Asuma masih tidak menoleh.
Dengan senyum puas Naruto langsung menggeser mejanya hingga menyatu dengan meja Shion. Gadis itu sedikit kaget, lalu menatap wajah Naruto. Senyum yang kini tengah terlihat di wajahnya, Shion tau pria itu punya tujuan lain dari sekedar meminjam buku.
"Kita masih dalam jam pelajaran, Naruto-kun" Bisik Shion, saat tangan Naruto mulai meraba paha mulusnya.
"Tapi aku menginginkanmu, kau sangat terlihat cantik hari ini~" Balas Naruto, dengan posisi yang semakin rapat dengan Shion. Ia menyesap aroma parfum vanilla yang digunakan Shion, lalu mendekatkan wajahnya ke leher putih Shion.
Naruto mengecap leher mulus itu, sedangkan tangannya sibuk meraba paha dan meraba dada. Keberuntungannya bisa duduk di sebelah Shion, wanita cantik yang menjadi salah satu primadona sekolah ini. Dan keberuntungannya juga jika gadis ini menyukainya, walaupun mereka tidak mengikat status dengan egois Naruto malah men-cap gadis ini sebagai miliknya.
"Naruto-kunhh.. jangan sekarang ya, kita bisa lakukan pulang sekolah nanti" Pinta Shion, melihat Naruto yang semakin jauh menyentuhnya. Kini pria itu tak segan membuka beberapa kancing baju Shion, dan menanggalkan celana dalamnya.
Tak menggubris rengekan Shion, Naruto masih asyik meraba dada Shion dari dalam. Ukurannya yang kecil memang membuatnya sedikit kecewa, tapi tetap saja ia menikmati ini. Puas dengan leher, ciuman Naruto naik ke bibir merah muda milik Shion. Ia mengecupnya pelan, dengan tangan yang mulai masuk kedalam selangkangan Shion. Gadis itu mulai menggeliat, bagian bawahnya sudah sangat basah akibat perbuatan Naruto. Dengan tangan yang masih memainkan putingnya, Naruto melancarkan tusukan tusukan dasyat menggunakan jari tengahnya, yang makin membuat gadis itu terangsang.
"Ugh!"
Naruto tersetak saat tangan Shion meremas benda kebanggaannya. Rupannya Shion sudah mulai masuk dalam permainan. Lihat saja, kini ia sudah berani membuka sleting celana Naruto, membuat meriam itu siap dalam posisi tembaknya.
"Kau gadis nakal, hime, ugh.." Bisik Naruto yang terdengar setengah mendesah ketika Shion mulai melancarkan permainan pada meriamnya. Gerakan tangan Shion sungguh membuat Naruto benar-benar melayang. Dengan keadaan yang sama, gerakan tangan Naruto juga membuat Shion melayang di udara.
"Anh-"
"Sttttt" Naruto membekap mulut Shion, takut-takut kalau Asuma-sensei mengetahui perbuatan mereka. Naruto menatap wajah Shion, lalu terseyum padanya. Setelah itu ia kembali melakukan 'aktivitas'nya lagi.
Nafas mereka menderu, adrenaline mereka kini terpacu. Pemanasan ini membuat mereka berdua bergairah. Cukup sulit untuk menahan desahan, meskipun begitu mereka sangat merasa tertantang.
"Dasar Dobe!" Desis seseorang dari sebrang sana, dan suara itu berhasil menghentikan Naruto yang terlihat semakin 'anarkis'. "Kau itu seperti anjing liar, dasar tidak tau tempat" Lanjutnya dengan tatapan yang sangat menusuk.
Seketika itu wajah Naruto langsung berubah masam, ia tatap orang yang berada di sebrang tempat duduknya itu dengan tatapan yang seolah mengatakan, 'dasar pengganggu'. Sasuke Uchiha, nama pria yang baru saja merusak kesenangan Naruto.
"Bilang saja kau iri karena Sakura-chan tidak masuk hari ini!" Naruto balik mencibir, sambil mengacungkan jari tengah ia memberikan tatapan mengejek pada sahabat kecilnya itu.
"Seharusnya aku penggal kepalamu, dasar baka" Rutuk Sasuke yang kembali pada posisi duduknya. Percuma saja beradu argument dengan Naruto, bukannya merasa kalah, tapi meladeni sikapnya yang kekanak-kanakan hanya akan membuang waktu.
Dengan sangat terpaksa Naruto harus menyudahi kegiatannya, Sasuke sungguh menghancurkan bagian klimaks dari permainannya. Ia menatap wajah Shion yang memerah. Bukan malu, lebih tepatnya gadis itu masih dalam kondisi terangsang. Memang rasanya belum sempurna, mereka tidak bisa menuntaskan ini di kelas, mereka harus keluar. Naruto mengalihkan pandangannya pada jam dinding yang terpajang di atas papan tulis. Bagus! Sebentar lagi waktunya pulang sekolah. Tinggal hitungan detik lagi dan..
KRINGGG!
"Ya kita sudahi pelajaran hari ini, kita akan melanjutkan materi di pertemuan yang selanjutnya"
Yosh! Itu yang Naruto harapkan. Hari ini ia benar-benar sedang beruntung.
"Naruto-kun," Tiba-tiba Shion meremas bagian belakang seragam Naruto saat ia ingin beranjak bangun. Wajahnya masih bersemu dan nafasnya masih menderu.
Naruto tersenyum penuh kemenangan, dia tau kalau ini masih belum cukup untuk wanitanya. Mana ada wanita yang suka digantung seperti ini, jika dia berani memberikan rangsangan maka ia juga harus menurunkannya.
"Aku mengerti, dasar kau gadis nakal" Goda Naruto yang langsung merangkul pudak Shion. Gadisnya ini memang menggemaskan.
.
.
Hinata POV
Sudah hampir dua jam aku duduk di ruang tv menunggu nii-san yang belum juga pulang, padahal jam pulang sekolah sudah lebih dari tiga jam, apa nii-san main dengan teman-temannya?. Aku kembali menatap jam dinding, sudah pukul 4 sore, aku selalu khawatir kalau nii-san pulang terlambat seperti ini.
"Hinata," Neji-nii tiba-tiba menghampiriku. "Aku ingin keluar sebentar untuk mencari makanan, tou-san tidak pulang hari ini" Ujarnya, Neji-nii merekatkan jaket yang ia kenakan karena memang udara hari ini sedikit dingin.
Aku mengangguk, sedangkan Neji-nii hanya tersenyum dan menepuk kepalaku. Kalau tou-san tidak pulang, Neji-nii lah yang selalu menyiapkan makanan. Dia selalu menolak untuk mempekerjakan pembantu, karena alasan ia masih bisa mengurus rumah. Sejak kecil Neji-nii memang sangat dewasa.
"Jangan lupa kunci pintu selama aku pergi ya," Ujarnya lagi sebelum ia benar-benar pergi.
Aku menghirup nafas dalam, suasana sangat sepi jika semua orang tidak ada, dan akulah yang paling sering ditinggal sendirian. Kami hidup berempat dirumah yang cukup besar ini. Ada tou-san, aku, Neji-nii, dan Naruto-nii. Ka-chan kami meninggal saat aku dan Neji-nii masih bayi. Ya, aku dan Neji-nii adalah anak kembar.
Sejak kecil hanya Naruto-nii dan Neji-nii yang menjagaku, itu sebabnya hubungan kami dengan tou-san agak renggang. Kadang merasa beruntung memiliki kaka yang sangat perhatian, terlebih Naruto-nii. Sikapnya yang periang dan humoris selalu bisa mencairkan suasana. Naruto-nii walaupun ia sangat ceroboh tapi dia memiliki hati yang baik. Dia tidak segan menghajar siapapun yang mengangguku, membelaku walau akhirnya dia yang babak belur.
Dia memberikan perhatian lebih besar dari Neji-nii, dia selalu terlihat sok kuat dan sok tegar walau sebenarnya ia tidak seperti itu. Dia selalu berusaha keras, dan itu membuat aku selalu mengaguminya. Dia tidak pandai, tapi dia tidak pernah menyerah. Dia selalu berdebat dengan Neji-nii tentang hal sepele, sikapnya memang lebih kekanak-kanakan walau Naruto-nii adalah anak tertua.
Clek
Astaga aku lupa mengunci pintu! Setelah mendengar suara pintu terbuka aku segera berlari, bagaimana kalau ada orang yang masuk kedalam rumah dan berniat jahat? Hinata, kau ceroboh sekali!
"Tadaima!"
Itu, suara Naruto-nii. Syukurlah dia sudah pulang. Aku memperlambat lariku menuruni tangga, bersiap-siap untuk menyambut Naruto-nii pulang.
"Okaerina-" Suaraku tehenti melihat siapa yang memasuki rumah. Ya, memang ada Naruto-nii, dan wanita itu lagi, Naruto-nii membawa wanita itu lagi. "Okaerinasai, Naruto-nii" Lanjutku, menyelesaikan kalimat yang sempat tergantung tadi.
Naruto-nii melepas sepatunya, lalu ia berjongkok untuk melepaskan sepatu wanita itu. Aku kenal dia, dia adalah teman sekelas Naruto-nii. Atau lebih tepatnya Shion, nama wanita itu, dia adalah kekasih Naruto-nii. Mereka berdua terlihat begitu rusuh, rambut Naruto-nii sangat terlihat berantakan begitu juga dengan rambut Shion.
Hatiku, selalu merasa sakit saat melihat Naruto-nii dekat dengan wanita itu. Aku sangat tidak suka. Aku tidak suka melihat Naruto dekat dengannya.
"Ah Hinata-chan," Naruto berdiri menghampiriku, dan tangannya menggenggam erat tangan Shion. "Aku ingin belajar kelompok dulu ya dengan Shion-chan, mungkin agak sedikit lama. Makan malam lah duluan, aku akan menyusul" Ujarnya, lalu berlalu melewatiku yang masih terdiam.
Mereka berdua tertawa sambil menaiki tangga, sesekali Naruto-nii mencubit pundak Shion dan merangkulnya. Kerja kelompok katanya? Dia berbohong. Aku sudah cukup besar untuk mengerti apa maksudnya. Perempuan itu merusak aniki-ku. Dia meracuninya. Naruto-nii tidak seperti ini, aku tau dia tidak seperti ini.
Dengan pakaian yang lusuh seperti itu, Naruto-nii malah menyebutnya kerja kelompok. Aku tau tanda merah yang membekas di leher Shion itu apa. Tidak hanya sekali, Naruto-nii sering mengajak Shion kemari saat tou-san pergi. Dia akan menghabiskan waktunya dengan wanita itu. Ini sangat menyesakkan.
"Hinata-chan? Apa yang kau lakukan di depan pintu?" Aku menoleh, ternyata Neji-nii sudah pulang membeli makan. Mataku memanas, tapi aku tidak boleh menangis di hadapan Neji-nii.
"Aku membukakan pintu untuk Naruto-nii" Jawabku. Aku menghampiri Neji-nii untuk membantu membawa kantung belanjaannya.
"Ada temanmu?" Neji-nii kembali bertanya saat melihat sepatu Shion ada di samping sepatu Naruto-nii
Aku segera menggeleng, "Tidak, Naruto-nii membawa temannya untuk kerja kelompok"
Wajah Neji-nii tiba-tiba terlihat marah, terlihat dari beberapa urat yang menonjol di kepalanya. "Kerja kelompok? Si kuso itu, sekali-kali ia harus diberi pelajaran! Hinata, beritau aku jika temannya itu sudah pulang, aku ingin bicara dengan anikimu itu" Ujar Neji-nii lalu pergi. Langkahnya terdengar sangat keras, aku tau dia pasti sangat geram melihat kelakuan Naruto-nii yang sekarang.
Pada kenyataannya Naruto-nii menjadi anak yang nakal, di sekolah kami dia sangat terkenal sebagai pembuat onar. Dengan gengnya itu, perilakunya sangat berubah. Tapi dia tetap kakaku, walau sikapnya tetap baik padaku tetap saja ada yang aneh.
Aku kembali naik menyusul Neji-nii ke dapur, dan membantunya memasak. Hatiku, hatiku terasa sangat sakit. Harusnya aku tidak seperti ini, aku tidak boleh memiliki perasaan seperti ini.
"Aaaannhhhhh.. Hmmphh… Ahhhh"
"Kuso! Jangan dengar!"
Hening. Saat Neji-nii menutup telingaku suasana jadi hening. Neji-nii menutup telingaku dari belakang, lalu dengan perlahan ia membawaku ke kamar. Dia mendudukanku di ranjang. Beberapa kali ia menoleh dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan. Neji-nii, jangan lakukan apapun pada Naruto-nii.
"Kau tunggu disini, sepertinya teman Naruto-nii sudah pulang. Jangan keluar ya, aku ingin bicara dengannya" Ucap Neji-nii yang terdengar sangat lembut. Tapi aku tau ia menahan emosinya.
Neji-nii pergi, dia menutup pintu kamarku rapat-rapat. Suara kakinya menggema. Neji-nii, dia sangat marah.
"Naruto!"
"Sopan sedikit dengan anikimu, Neji!"
"Untuk apa aku sopan dengan aniki seperti mu! Kuso! Kalau ingin bermain jangan dirumah, kau dan jalang itu pergi saja ke tempat lain!"
"Siapa yang kau bilang jalang brengsek!"
"Tentu saja pacarmu! Wanita baik-baik tidak akan bersikap seperti jalang itu!"
"Jaga mulutmu!"
"Kau tidak melihat Hinata hah! Kalau dia mendengar dan melihatmu bagaimana! Jangan berikan contoh jelek dengan membawa jalang itu kemari!"
"Kau- jangan menyebut Hinata dalam masalah ini, kau memang brengsek!"
"Kau brengsek! Kau yang brengsek baka aniki! Setubuhi jalang itu ditempat lain!"
Buak!
Brak! Brak!
Tanganku mengerat, air mataku tidak tertahan lagi. Mendengar kedua kakaku berteriak hebat, membuatku sangat takut. Mereka berkelahi. Aku tau Neji-nii tidak akan bisa mengontrol emosinya. Tidak, aku tidak bisa membiarkan mereka berkelahi lebih jauh.
Aku berlari keluar dari kamar, aku tidak perduli Neji-nii yang menyuruhku tetap di kamar. Saat aku datang suasa ruang keluarga sudah berantakan. Vas bunga, guci, dan beberapa bingkai foto pecah berserakan. Aku melihat bayangan Neji-nii keluar, dia menutup pintu dengan keras. Sedangkan Naruto-nii, dia sedang tersungkur di samping sofa. Bibirnya dan hidungnya berdarah. Naruto-nii, dia mengalah lagi.
"Naruto-nii!" Aku memekik kencang, berlari kearah Naruto-nii yang sedang menyeka darah di bibirnya. Aku mendekap tubuhnya, mendekapnya dengan sangat erat.
Naruto-nii mengusap rambutku, dan dia malah terkekeh. "Kenapa denganmu, Hinata? Aku tidak apa-apa, aku dan Neji-nii hanya bermain monster dan super hero. Aku monsternya, dan aku kalah. Kau tidak perlu menangis"
Aku bukan anak-anak lagi Naruto-nii! Kenapa kau selalu menganggapku anak kecil!
"Maaf ya kalau kau mendengar itu semua. Aku janji tidak akan membawa Shion kerumah lagi. Neji benar, itu tidak baik untukmu. Lain kali aku akan belajar kelompok diluar saja, hehe" Dia kembali terkekeh, dia tetap menganggapku seperti anak kecil.
Naruto-nii berdiri, aku membantu menopang tubuhnya dan membawanya ke kamar. Kamarnya sangat berantakan, dengan bau tidak enak yang aneh. Aku menidurkan Naruto-nii di ranjangnya. Aku menemaninya cukup lama sampai akhirnya dia tertidur.
Naruto-nii jangan jadi seperti ini, jangan dekat dengan wanita itu lagi. Aku membelai wajah dan rambutnya yang berbeda denganku. Marga kami Namikaze. Naruto-nii sangat mirip dengan tou-san, sedangkan aku dan Neji-nii lebih mirip ka-chan yang berdarah Hyuga. Tapi kami tetap dalam satu ikatan. Namun yang aku rasakan ikatanku lebih dari sekedar adiknya. Aku mengagumi Naruto-nii.
Tanganku meremas tangannya. Hatiku kembali terasa sakit. Tubuh Naruto-nii, sudah milik Shion. Shion selalu menyentuhnya lebih dari yang aku bisa. Aku berbaring di samping Naruto-nii, karena sejak kecil kami memang tidur bersama. Aku menatap shapirenya yang terpejam. Bibir itu, pasti Shion sering menyentuhnya. Aku juga, aku juga ingin menyentuh Naruto-nii.
Aku mendekatkan wajahku ke arahnya, deru nafasnya bisa terasa diwajahku. Jantungku berdebar saat jarak kami semakin dekat. Ya, aku mencium bibir Naruto-nii. Bibirnya terasa hangat dan lembut. Aku ma uterus menciumnya, aku tidak bisa berhenti mencium bibirnya. Walau bukan yang pertama, setidaknya ciuman pertamaku jatuh ke tangan Naruto-nii. Aku tau seharusnya aku tidak memiliki perasaan ini terhadap kakaku sendiri tapi,
Aku memang mencintai Naruto-nii, kakaku sendiri
TBC #Uhk
Neee, maafkan San yang seenaknya kabur kauburan dan mempublish cerita baru saat cerita yang lain belum selesai. Semoha suka! Jaaa!
