Salam kenal semuanya. Saya Neary Lan, author baru di fandom Hetalia ini.

Kali ini saya akan mempersembahkan fic yang bercerita mengenai para anggota Nordic. Saya suka mereka semua. Saya tidak menentukan siapa tokoh utama perempuannya, kalian bisa membayangkan siapa saja untuk menjadi tokoh utama perempuan di fic ini. Atau mungkin kalian bisa membayangkan diri kalian yang menjadi tokoh utama fic ini (jadinya pair Reader x Nordic).

Tanpa banyak basa-basi, saya mengucapkan selamat membaca kepada para pembaca semuanya.

Warning! First POV (tokohnya bisa siapa saja atau pembaca sendiri), AU, Gakuen Hetalia, OOC dan typo (bila ada).


Hetalia Axis Powers

Hidekaz Himaruya

Di Antara Lima

Neary Lan


Chapter 1

Tinggal Bersama

Aku hanya seorang gadis biasa yang tidak sengaja berada di antara mereka berlima. Semuanya bermula ketika aku harus tinggal di mansion bibiku yang berada di Inggris karena aku akan bersekolah di sana. Tidak kusangka selain aku, mereka berlima juga tinggal di mansion bibiku dengan alasan yang sama denganku. Orangtua mereka merupakan kenalan dari bibiku dan saat mengetahui bahwa mereka akan bersekolah di Inggris, bibi menawarkan mereka berlima untuk tinggal di mansionnya. Pada awalnya mereka menolak karena tidak ingin merepotkan bibi, namun akhirnya mereka menerimanya setelah dibujuk oleh bibi.

Aku pun sebenarnya tidak ingin merepotkan bibi dengan tinggal di mansionnya, namun aku tidak dapat menolaknya ketika dia mengatakan bahwa betapa senangnya dirinya begitu tahu aku akan sekolah di Inggris. Di Inggris memang terdapat sebuah sekolah yang sangat terkenal, yaitu SMU Hetalia. Aku beruntung bisa masuk ke sekolah tersebut karena kudengar banyak anak-anak dari berbagai negara juga masuk ke sekolah tersebut termasuk mereka berlima.

"Kalian bersenang-senanglah disini. Anggap saja ini rumah kalian sendiri," kata bibi ketika menyambut kami berenam yang baru tiba di mansionnya.

Mansion yang dimiliki bibi sangat besar, bahkan lebih besar dari rumahku. Kulihat beberapa dari mereka juga menatap takjub mansion yang dimiliki bibi. Di mansion sebesar ini bibi hanya tinggal seorang diri beserta para pelayannya. Bibi sama sekali tidak memiliki anak. Pamanku sudah meninggal sekitar dua tahun yang lalu karena kecelakaan sehingga bibi selalu merasa kesepian. Dia tidak berniat menikah lagi meskipun banyak pria yang selalu mencoba mendekatinya ataupun melamarnya. Bibiku sebenarnya orang yang ceria sehingga dia ingin aku serta mereka berlima tinggal bersamanya agar mansionnya yang sepi ini menjadi ramai.

Bibi menuntun kami untuk melihat-lihat mansionnya. Beberapa pelayan terlihat membawakan koper-koper kami. Kami mendapatkan masing-masing kamar yang luas. Aku segera meletakkan barang-barangku dan menyusunnya. Kamarku terletak tidak jauh dari mereka berlima. Kamar mereka ada yang terletak di antara kamarku dan sisanya terletak dihadapan kamarku. Sekolah akan dimulai dua hari lagi sehingga masih ada waktu bagiku untuk beristirahat dari perjalanan panjangku ke Inggris.

Selama dua hari sebelum masuk ke sekolah aku hanya menghabiskan waktuku di kamar atau sesekali mengobrol dengan bibiku. Bibi bahkan mengajakku untuk berbelanja sambil berkeliling kota London dengan alasan membeli perlengkapan sekolahku, padahal aku sudah mempersiapkannya sebelum berangkat ke Inggris. Bibi juga mengajak mereka berlima, namun mereka menolaknya dengan alasan ingin beristirahat.

"Huh, kenapa mereka menolak dan lebih memilih diam di rumah, ya?" tanya bibi ketika sedang memilihkan baju untukku. "Hm, coba lihat! Baju ini terlihat cocok untukmu!" seru bibi sambil menyodorkan sebuah dress selutut berwarna lembayung padaku.

Baju yang dipilihkan bibi memang cantik dan berkelas sesuai dengan toko yang kami datangi karena toko ini merupakan toko langganan bibiku. Aku hanya bisa tersenyum sambil menolak halus tawaran bibi untuk membelikan baju itu untukku, namun aku tahu bahwa bibi akan bersikeras untuk tetap membelikanku. Akhirnya aku terpaksa menerima pemberiannya dan memintanya untuk tidak lagi membelikanku barang-barang yang lainnya. Tetapi, kurasa bibi tidak akan medengarkanku.

Bibi masih sibuk memilih baju, kali ini untuk dirinya sendiri. Aku hanya duduk di kursi yang tersedia di toko tersebut sambil memperhatikan bibi. Tiba-tiba pikiranku melayang ke mereka berlima. Aku baru ingat bahwa sejak kemarin aku belum sempat mengobrol dengan mereka. Pertama kali melihat mereka tiba di mansion bersamaku aku merasa seperti melihat sekumpulan bintang idola. Wajah mereka berlima sangat tampan sehingga membuatku terpukau. Hanya dua orang dari mereka yang terlihat ramah padaku, sisanya terlihat acuh dan sibuk dengan kegiatannya sendiri bahkan ada yang membuatku takut ketika mataku tak sengaja bertatapan dengannya.

Kepribadian mereka berlima juga berbeda-beda. Aku mencoba untuk bersikap ramah kepada mereka karena kami semua tinggal bersama bahkan kami juga bersekolah di tempat yang sama. Bibi pun juga berharap kami berenam bisa akur satu sama lain. Namun, setelah dua hari berlalu aku hanya bisa akrab dengan dua orang. Tiga orang lagi sangat acuh dan lebih suka mengurung diri di kamar.

"Apa yang harus kulakuan agar bisa akrab dengan mereka?" tanyaku di dalam hati.

Hari pertama kami masuk sekolah pun tiba. Seusai sarapan kami berangkat bersama-sama. Bibi menawarkan kami untuk berangkat dengan mobil, namun salah seorang dari mereka berkata bahwa berjalan kaki bersama lebih menyenangkan. Bibi pun hanya bisa menghela nafas mendengar alasan tersebut. Entah mengapa ketika berjalan bersama mereka membuatku gugup karena hanya aku satu-satunya perempuan yang ada di antara mereka. Perasaan gugup ini memang sudah kurasakan sejak pertama kali bertemu mereka. Sungguh aneh mengetahui bahwa aku tinggal bersama lima pemuda tampan seperti mereka.

Aku tercengang ketika melihat gedung sekolahku yang sangat besar. Beberapa dari mereka juga merasa kagum dan senang karena bisa masuk ke SMU Hetalia yang terkenal ini. Aku sekelas dengan mereka berlima bahkan tempat duduk mereka pun tidak terlalu jauh dariku. Di hari pertama ini pun aku juga sudah mendapatkan teman baru, seorang gadis manis dan ceria yang berasal dari Belgia. Namanya Laura Van Darren dan dia gadis yang sangat menyenangkan.

Aku menghabiskan waktu istirahatku bersama Laura dengan saling bertukar cerita, kecuali mengenai aku yang tinggal bersama mereka berlima. Aku belum ingin menceritakan hal tersebut kepada Laura. Aku tidak tahu dimana mereka berlima, namun perhatianku tiba-tiba teralih ketika melihat beberapa orang gadis yang mengikuti mereka berlima.

"Wah, mereka sangat populer, ya! Tidak heran jika sejak tadi banyak anak perempuan yang membicarakan mereka," kata Laura sambil membuka bungkus cokelatnya.

"Sepertinya begitu," komentarku singkat.

Ternyata hanya dalam sehari ketampanan yang mereka berlima miliki telah memikat hati para gadis yang berada di sekolah ini. Aku hanya menatap takjub pemandangan para gadis yang terjerat pesona mereka berlima. Aku tidak tahu apakah harus merasa senang karena bisa tinggal bersama mereka karena setiap hari aku bisa menatap wajah tampan mereka. Para gadis itu mungkin akan iri padaku jika mengetahui kenyataan ini.

"Apa yang kupikirkan? Sebaiknya aku segera menyingkirkan pikiran semacam itu."

"Hei, lihat! Mereka melihat ke arah kita!" seru Laura sambil menyenggolku. "Wah, mereka kemari!"

Sesuai dengan ucapan Laura, mereka berjalan ke arah kami. Namun, pemuda yang menghampiri kami hanya kedua pemuda yang akrab denganku beserta si pemuda menakutkan yang selalu berdiri di belakang si pemuda ramah. Dua pemuda lainnya sudah berlalu entah kemana. Mereka menyapaku serta berkenalan dengan Laura dan berbicara dengan akrabnya hingga membuat Laura kebingungan.

"Hei, rupanya kamu mengenal mereka, ya? Apa sebenarnya hubungan di antara kalian berempat?" tanya Laura penasaran.

Aku berharap mereka tidak menyebutkan hal yang sebenarnya. Namun, harapanku segera buyar ketika salah satu dari mereka menceritakan yang sebenarnya. Laura menatapku dengan pandangan yang sulit kuartikan. Ketika mereka bertiga telah pergi, Laura segera tersenyum misterius padaku.

"Ternyata kamu tinggal bersama mereka, ya. Tidak kusangka," katanya sambil menggoyang-goyangkan jari telunjuknya dihadapan wajahku.

"Begitulah, ini semua ide bibiku. Ng, tolong jangan ceritakan kepada siapa pun kalau aku tinggal bersama mereka, ya," pintaku pada Laura.

"Hm, baiklah. Aku tidak akan menceritakannya kepada siapa pun, rahasiamu aman padaku. Aku janji," kata Laura sambil mengedipkan sebelah matanya dan menyodorkan jari kelingkingnya padaku.

Aku pun mengaitkan jari kelingkingku padanya dan berkata, "Terima kasih, Laura."

"Sama-sama. Hanya saja, lain kali ceritakan padaku, ya, apa yang kalian lakukan di rumah bersama. Oh, pasti sangat menyenangkan bisa tinggal bersama dan dikelilingi pemuda-pemuda setampan mereka, kamu beruntung, tahu," kata Laura dengan bersemangat. "Mungkin saja kamu akan jatuh cinta dengan salah satu dari mereka," tambahnya sambil tertawa cekikikan.

Aku hanya bisa tertawa hambar mendengar ucapan Laura. Aku tidak yakin apa yang dikhayalkan Laura itu terjadi. Bagiku semua ini hanya murni kebetulan, walaupun kata orang kebetulan itu tidak ada. Satu orang telah mengetahui rahasiaku, entah ini memang bisa disebut sebagai rahasia atau tidak. Hanya saja aku tidak ingin banyak yang tahu hubungan kami berenam. Tetapi, semenjak Laura tahu aku tinggal bersama mereka, dia terus saja menggodaku. Aku jadi harus bertahan dengan segala macam godaan darinya jika dia melihatku bersama dengan mereka.

Hari-hari berikutnya terus berlanjut seperti biasa. Di pagi hari kami akan sarapan dan pergi sekolah bersama, meskipun hanya dua pemuda ramah itu yang akan menyapaku di sekolah. Di siang hari kami melakukan kegiatan klub sehingga terkadang kami pulang secara terpisah. Di sore hari kami bersantai baik di ruang tengah atau di kamar. Di malam hari kami akan makan malam bersama dan setelah itu melakukan kegiatan sesuai yang kami inginkan.

"Bagaimana dengan kegiatan sekolah kalian hari ini? Apa ada terjadi hal yang menyenangkan?" tanya bibi setiap kali kami sedang makan malam bersama.

Beberapa dari mereka akan bercerita mengenai kegiatan sekolah mereka, aku pun terkadang juga berbagi cerita salama makan malam berlangsung. Sebagian lainnya terlihat tidak berminat untuk bercerita, namun mereka akan menyerah ketika bibi tetap memaksa mereka untuk bercerita. Terkadang aku baru menyadari bahwa bibiku itu masih suka bersikap kekanakan apalagi ketika berhadapan dengan si pemuda yang beraura misterius. Perdebatan mereka berdua selalu menjadi tontonan menarik ketika makan malam berlangsung.

Di malam hari biasanya aku akan berdiam diri di kamar sambil menyelesaikan tugas-tugas sekolahku. Tiba-tiba aku berhenti sejenak untuk menulis dan menatap bulan dari balik jendela kamarku. Sungguh indah melihat bulan tersebut dikelilingi oleh bintang-bintang yang berkerlap-kerlip di hamparan latar hitam langit malam. Aku mengumpamakan diriku sebagai bulan dan mereka berlima adalah bintang-bintangnya. Aku hanya tersenyum sambil membayangkan hal tersebut.

"Bagaimana mungkin aku bisa menjadi bulan yang ditemani ribuan bintang-bintang itu," kataku setelah menghela nafas. "Apa yang kupikirkan? Aku tidak bisa memaksa mereka untuk berteman denganku, 'kan? Hm, setidaknya dua dari mereka mau berteman denganku," kataku lagi sambil membayangkan kedua pemuda ramah itu tengah tersenyum padaku. "Ah, daripada memikirkan hal yang aneh-aneh, lebih baik aku selesaikan saja tugas-tugas ini. Semangat!"

Aku kembali mengerjakan tugas-tugasku. Tiba-tiba aku merasa mataku berat tanda mengantuk, bahkan beberapa kali aku terus menguap ketika sedang menulis. Kulirik jam di dekat meja belajarku yang menunjukkan pukul sebelas malam lewat dua belas menit.

"Ah, pantas saja aku mengantuk. Lebih baik aku segera tidur, kalau tidak besok akan terlambat ke sekolah," kataku sambil merapikan buku-bukuku dan memasukkannya ke dalam tas sesuai dengan mata pelajaran esok hari.

Setelah semua pekerjaanku selesai, aku segera beranjak ke tempat tidurku dan merebahkan tubuhku di kasur yang empuk. Aku menarik selimutku hingga sebatas dadaku dan memejamkan mataku hingga aku pun tertidur.

To be continued...


Sekian chapter pertama fic ini. Bagaimana menurut kalian ficku ini?

Jika ada kesalahan atau ada hal-hal yang tidak mengerti bisa kalian tuliskan di kolom review. Kritik dan saran pun juga diterima agar fic ini bisa berkembang dengan baik. Saya akan berusaha untuk updet secepatnya.

Terima kasih bagi kalian yang sudah membaca fic ini. Sampai bertemu di chapter selanjutnya!


March, 2013

Neary Lan