Hi, aku Keishouta dan ini ff keduaku, mungkin sedikit gaje karena beberapa tokoh yang aku buat sungguh OOC disini haha. Aku buat ff ini karena entah kenapa lagi suka banget sama yang namanya sihir :D

Tittle : Sparkling Secret

Disclaimer : Naruto © Masashi Khisimoto

Story : Keishouta

Pairing : NarutoxHinata SasukexSakura GaaraxIno Slight: SasukexHinata GaaraxSakura

Rate : T

Warning : Typo everywhere, Gaje, OOC

Genre : Fantasy, Friendship, Romance

Selamat Membaca ^^~

Bulan purnama telah menampakkan diri sepenuhnya menyinari sibuknya malam di Tokyo. Jika dilihat dari teras balkon di rumah yang sangat elegan, besar dan mewah akan terlihat sungguh indah karena bentuk bulan tersebut bulat sempurna yang menandakan pergantian bulan atau masuknya awal bulan baru, dari bulan agustus ke bulan september. Mungkin bagi kebanyakan gadis melihat indahnya bulan purnama dari balkon rumah tersebut sambil mengenakan gaun yang mewah layaknya Princess yang berada di istana adalah hal yang sangat di idam-idamkan bahkan seperti impian tapi, tidak dengan gadis sedari tadi melamun sambil mengeluh dan terus-menerus menghela nafas ini.

Namanya Hinata, rambutnya lurus berwarna hitam kebiruan, matanya berwarna indigo, kulitnya seputih susu dan tingginya 160cm. Hinata merupakan anak dari Hyuga Hiashi, pemilik rumah yang bak istana ini. Jika di tanya kenapa saat ini Hinata yang dandanannya seperti Princess ini berdiri sendirian di balkon rumah sambil mengeluh? Jawabnya karena dia lagi ngambek sama ayahnya. Gimana gak mau menghela nafas terus-terusan? Harusnya sekarang saatnya dia menghadiri pesta ulang tahun teman seangkatannya, Karin yang ke 16 tapi nyatanya Hinata tidak bisa menghadirinya karena dia harus hadir di pesta ayahnya sambil menjamu tamu-tamu yang bahkan tidak dia kenal. Ayahnya merupakan pemimpin dari Hyuga Corp. telah memenangkan tender besar karena kerjasama dengan Uchiha Corp. Makanya kedua pemimpin dari perusahaan-perusahaan besar itu mengadakan acara untuk merayakan keberhasilan mereka. Sehingga status dari ayahnya untuk Hinata : WAJIB HADIR.

"Haaah, udah ngebosenin dingin lagi." Lagi-lagi gadis ini mengeluh. Memang saat ini merupakan musim gugur yang menghembuskan hawa yang cukup membuat siapapun menggigil kedinginan ditambah Hinata mengenakan gaun yang sempurna memperlihatkan punggungnya, seperti pepatah 'sudah jatuh tertimpa tangga'. Haha miris sekali nasib mu Hin!

Hinata POV

"Hinata? Sendirian aja disini." Aku yang tadi menunduk reflek menaikkan wajahku untuk melihat sumber suara, ternyata pangeran! Ya mungkin bagi gadis pada umumnya akan mengira cowok tampan yang memakai setelan jas berwarna hitam di hadapanku ini adalah pangeran tapi bagiku dia tetaplah Uchiha Sasuke, teman sekelasku juga merupakan anak tunggal dari Uchiha Fugaku yang merupakan pemimpin Uchiha Corp.

Bisa dibilang hubungan kami cukup akrab karena entah kenapa si Sasuke ini menurutku orangnya asyik di ajak berbicara mungkin karena nasib kita sama-sama anak dari pengusaha besar sehingga punya beberapa kesamaan, tapi bukan berarti aku seperti gadis yang lainnya yang sungguh tergila-gila padanya.

Aku sama sekali gak tertarik sama Sasuke bahkan sama cowok yang lain juga. Bukan gak tertarik sih hanya saja selama 15 tahun hidup di dunia aku belum pernah mengalami yang namanya jatuh cinta, jadi mungkin saja belum saatnya aku mengalami hal-hal yang kata anak remaja sekarang "falling in love".

"Ya, begitulah." Aku hanya menaikkan bahuku sebelum memutuskan untuk berjalan ke dalam rumah karena aku gak kuat jika berlama-lama di sentuh oleh dinginnya angin musim gugur, Sasuke juga mengikutiku dari belakang.

Baru saja aku mengambil gelas yang berisi cola, mata ku tertuju pada saudari tiriku Ino. Begitu juga dengan Sasuke. Ku akui Ino sungguh cantik mengenakan dress selutut berwarna ungu yang penuh dengan manik-manik permata, sungguh terkesan glamour. Tidak heran hampir semua mata tertuju padanya bahkan ayahku dan paman Fugaku yang sedang berbincang-bincang juga ikutan memandang Ino. Bahkan paman Fugaku bilang ke ayah "putri mu cantik sekali ya." dan hanya dibalas oleh senyuman ayah.

Meskipun cantik tapi semua orang tertipu pada luarnya saja, mereka gak tau Ino yang sesungguhnya. Dia itu sungguh menjengkelkan, cerewet dan seenaknya saja sendiri persis ibunya Ms. Yamanaka atau lebih tepatnya ibu tiriku. Kalau aku jadi cowok juga aku gak bakalan bisa suka dengan gadis bersifat jelek seperti Ino. Sungguh istilah "don't judge a book by the cover" itu memang benar!

Ayahku menikahi Ms. Yamanaka pada saat umurku 10 tahun -sama seperti umur Ino-. Ayahku berharap jika beliau menikahi Ms. Yamanaka, aku yang kehilangan ibuku pada saat umurku 7 tahun tidak merasa kesepian lagi karena mendapatkan ibu dan saudara baru. Tapi nyatanya tidak! Aku hanya menyayangi dan menginginkan ibuku yang saat ini berada di surga.

Bukannya aku egois karena tidak bersyukur dengan keputusan ayahku tapi kedua orang itu sungguh menyebalkan. Ibu tiriku itu selalu memarahi ku -meski aku gak melakukan kesalahan- juga Ino yang sifat menyebalkan, hobi banget ngajakin aku berkelahi. Sumpah kelakuan mereka berdua membuatku jengah. Gara-gara tingkah mereka setahun yang lalu aku memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemen pribadi milik keluargaku, dari pada tiap hari aku melihat 2 iblis betina berkeliaran, satu atap lagi denganku lebih baik aku keluar dari rumah itu. Meskipun tadinya beliau bersikeras tidak menyetujuinya sambil berkata, Untungnya lama kelamaan ayahku berubah pikiran dan mengijinkan aku tinggal sendiri dengan alasan aku ingin hidup lebih mandiri.

Oh ya, aku keluar bukan karena aku kalah dari 2 iblis betina itu loh hanya saja aku tipe orang yang gak suka ribut. Aku sih gak takut untuk melawan mereka jika ayahku sedang tidak ada ya, tapi kalau ada ya kita bertiga bersikap seakan tidak ada apa-apa. Huh! Begitulah sikap mereka, selalu pura-pura baik di depan ayahku. Dasar gak ibu gak anak sama-sama penjilat!

"Sasukeeeee kuu~n" teriakan Ino yang gak ada manis-manisnya menyadarkanku dari lamunanku yang gak penting. Ino melambai-lambaikan tangannya dan berjalan ala catwalk yang melenggokkan pinggangnya sok anggun gitu ke arah Sasuke, hiii aku merinding pingin muntah melihatnya.

Aku melirik Sasuke ternyata dia sweatdrop melihat kelakuan Ino, bukan hanya Sasuke sih bahkan kurasa hampir seluruh tamu undangan ayah juga ikutan sweatdrop deh melihat betapa lebaynya Ino. Pasti saat ini seluruh tamu berfikir 'cantik-cantik kok lebay' haha rasakan kau Ino! Ingin rasanya aku tertawa meledak tapi aku tahan dari pada aku disangka gila.

"Aku pergi dulu ya." Kata Sasuke padaku sebelum dia mengambil langkah seribu agar menjauh dari Ino. Apa dia juga berpikiran sama seperti ku ya?

"Yaah Sasuke pergi." Desah Ino dan kemudian dia melirikku dengan tatapan sok sendu.

"Apa?" Kata ku ketus sambil buang muka dari hadapan si ganjen ini. Dia sedikit tersentak karena tadi nada suara ku yang cukup tinggi. Sukurin!

"Ya ampun, galak banget. Aku kan cuma mau tanya. Sasuke kenapa tuh lari-larian? Kebelet pipis ya?"

"Mana ku tau emang aku ibunya apa! tanya aja sendiri." Balas ku ketus. Males banget deket-deket Ino apa lagi ngobrol sama dia, lebih baik aku pergi dari sini.

Setelah aku mengirim sms singkat ke ayahku dan telah berganti pakaian kasual di kamarku yang di rumah ini, aku segera keluar dari rumah lewat pintu belakang supaya gak repot untuk berpamitan dengan tamu-tamu yang jumlahnya ratusan, bisa-bisa keburu pagi kalau begitu. Yang penting aku sudah hadir ke acara tersebut dan ayah sudah melihatku.

Apartemenku gak jauh dari rumah ayah, hanya beberapa blok saja sehingga aku memutuskan untuk jalan kaki dari pada menggunakan mobil. Aku berhenti di tengah jalan karena tiba-tiba serasa ada yang menarik cardiganku. Setelah berbalik ternyata ada seorang anak kecil yang menarik cardiganku.

"Kawaii~" Aku langsung berjongkok mensejajarkan tinggiku dengan anak ini karena gak tahan betapa lucunya anak ini. Bayangkan saja umurnya yang kira-kira 3-4 tahunan, kulitnya putih, pipinya chubby kemerahan, rambutnya pirang dan matanya berwarna biru.

"Hai, siapa namamu?" Tanyaku dengan ramah sambil tersenyum.

"Engg ungg too." Katanya dengan bahasa yang tidak ku mengerti. Kyaaa sungguh cute sekali! Dia bahkan belum lancar berbicara, aku sampai mencubit kecil pipi chubby-nya.

"Umm, adik kecil kenapa kamu sendirian? Orang tua mu dimana?" Aku mengacak sedikit rambutnya. Seakan mengerti ucapanku, dia hanya menggelengkan kepalanya mungkin dia ingin menjawab tidak tahu. Apa dia tersesat ya?

Aku gak menemukan orang di sekitarku karena terbukti ini sudah cukup larut malam, ingin sih menyerahkan ke kantor polisi tapi kasihan juga kalau nanti disana dia sendirian pada saat menunggu orang tuanya, sungguh aku gak tega. Apa ku bawa pulang saja? Ya udah deh besok pagi saja aku menyerahkannya ke kantor polisi, lagian pasti besok orang tuanya sudah melapor ke kantor polisi kan.

"Adik kecil, karena ini sudah larut malam kamu menginap di rumah kakak saja ya? Besok baru kakak antar ke tempat papa dan mama mu oke?" Aku mengelus kepalanya untuk menghiburnya.

"Engg." Katanya sambil hanya mengganguk.

Aku mengandeng tangannya untuk menuntunnya ke arah apartemenku. Jujur ada perasaan senang bisa bertemu dengannya sampai aku senyum-senyum sendiri, andai kan aku punya adik yang imut dan lucu... Eh adik? Dari ibunya Ino? Ih ogah jangan sampai aku punya adik dari tante itu bukannya imut dan lucu yang ada nanti adikku jadi nakal dan gak bisa di atur, amit-amit! Membayangkannya saja aku gak tahan ingin teriak.

O_O O_O

Normal POV

Sesampainya di kamar, Hinata kebingungan sendiri sampai berkeringat karena pusing harus bagaimana mengurus anak ini. Dia sama sekali tidak mempunyai perlengkapan bayi, dari botol susu hingga pakaian.

"Aduh harus bagaimana ini, aku sih memang tidak makan malam karena diet tapi dia harus di beri makan." Seru Hinata mundar-mandir layaknya strikaan. Gak mungkin juga kan Hinata pergi ke supermarket malam-malam begini, sudah jam 10 malam lagi. Meskipun tinggal sendiri tapi Hinata selalu ingat akan nasihat ayahnya, kalau anak gadis tidak boleh keluar rumah lewat dari jam 9 malam.

Si anak berpipi chubby sedang duduk di ranjang queen size milik hinata sambil menggerakkan kepalanya mengikuti kemanapun arah Hinata melangkah. Seperti teringat sesuatu, si anak kecil itu memberikan tas ransel yang ada di punggungnya ke Hinata.

"Um apa ini?" Hinata bertanya pada anak itu tapi percuma, kan anak itu belum bisa berbicara dengan sempurna. Hinata membuka ransel tersebut dan matanya berkaca-kaca karena senang, ternyata tas ransel itu berisi beberapa potong pakaian dari anak itu, botol susu bahkan ada susu bubuknya. "Waah pintarnya, kau membawa semua ini ya ummm eh apa ini?" Hinata seketika sweatdrop ketika melihat ada barang lain yang ternyata 3 buah ramen cup instant, masa anak kecil bawa beginian ya. "ah sudahlah ayo ganti bajunya dan minum susu ya."

Setelah selesai mengganti baju dan memberikan susu ke anak itu, Hinata berbaring sebentar menemani anak itu hingga tertidur. Tidak butuh waktu lama untuk anak itu tertidur karena saat ini dia sudah mendengkur. Hinata hanya tersenyum melihat betapa lucunya anak itu saat memasuki alam mimpi.

Hinata mengecup pipi anak itu sebelum dia mematikan lampu kamarnya dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk bershower ria. Selesai mandi Hinata mengenakan handuk yang hanya menutupi dada hingga setengah pahanya saja, dia langsung ke tempat tidur dan segera memeluk anak itu.

Sungguh nyaman.

Tapi kok Hinata merasa pipi anak itu tidak chubby lagi ya. Karena penasaran Hinata sedikit mengeratkan pelukannya ke tubuh anak itu. Badannya yang empuk jadi sedikit mengeras, bahkan tangannya yang kecil dan imut jadi terasa berotot dan panjang seperti ini, dengkurannya juga terdengar lebih berat tidak ada kesan imutnya sama sekali. Karena semakin penasaran takutnya terjadi apa-apa dengan anak itu, Hinata memutuskan untuk menyalahkan lampu yang terdekat.

"Kyaaaaaaa!" Teriak Hinata sejadi-jadinya dengan wajah memerah. Bagai mana tidak? Kasur yang seharusnya ditiduri oleh anak kecil yang tadi sekarang ditiduri oleh seorang pria yang hanya menutupi tubuh bagian bawahnya saja dengan selimut.

"Hwaaaaa!" Pria itu juga terbangun karena teriakan Hinata, terlebih melihat Hinata yang hanya menggunakan handuk untuk menutupi tubuhnya dan juga dirinya yang sama sekali tidak mengenakan pakaian, hanya ditutupi oleh selimut saja.

"Na-naruto kun?" Hinata tidak habis pikir kenapa Naruto -teman sekelasnya- bisa ada di kamarnya, terlebih lagi tidak mengenakan pakaian.

"Hi-hinata? Kenapa aku bisa ada disini?" Tanya Naruto yang tampak kebingungan.

"Mana aku tau! Dimana anak kecil yang tadi tidur di sana? Kau kemanakan dia hah? Jangan-jangan kau berniat menculiknya ya?" Hinata merasa kesal karena ada yang mengganggu moment kebahagiaannya bersama adik(?)barunya, meskipun Naruto sekalipun yang mengganggunya dia tidak perduli yang dia inginkan saat ini adalah bisa tidur sambil memeluk adik barunya.

'Jangan-jangan...' Batin naruto. "Etto, Hinata se-sebenarnya."

"Narutoooooo!" Baru saja Naruto ingin menjelaskan apa yang terjadi tapi tiba-tiba ada suara bombastis yang memanggil namanya, sepertinya Hinata kedatangan tamu yang tidak di undang lagi. Sontak Hinata dan Naruto berpaling ke arah sumber suara.

"Sakura?!" Kata mereka berdua bersamaan.

Sungguh Hinata merasa bingung, kenapa tiba-tiba Naruto bisa masuk dengan ke kamarnya dengan mudah? padahal apartemen ini sangat di jaga ketat oleh security,juga kenapa Sakura tiba-tiba muncul di depan jendela padahal Hinata sangat yakin kalau jendelanya di kunci terlebih ini ada di lantai 22? Dan kemana anak kecil yang tadi?!

To Be Continue...

Reviewnya ya senpai ^^~