Fandom: Persona 3 FES
Disclaimer: P3 FES © Atlus
Genre: Romance/Friendship
Important Characters: Akihiko Sanada, Mitsuru Kirijo.
Warning: drabble, semi-AU, 3rd's POV, maybe—OOC. DLDR!
.
Duka, Romansa
[dua orang, dua duka, satu makam, hujan, perbincangan afeksi. ]
© Matsura Akimoto
.
Dua orang itu berada dalam satu payung. Mata mereka bertemu kerasnya batu nisan. Pakaian serba hitam melekat pada tubuh mereka. Rinai hujan berada di antara mereka—dan akan mengguyur jika tak memakai naungan payung.
Yang satu bernama Akihiko Sanada, dan yang satunya Mitsuru Kirijo.
Pemegang payung adalah bagian Mitsuru, sedangkan yang diam adalah Akihiko. Hanya ada sunyi—ah, tidak. Ada suara tetes-tetes air yang mencumbu tanah.
(Juga mencumbu tanah makam yang ada di depan mereka sekarang.)
Berbuket-buket bunga basah, tergeletak di depan nisan. Bunga-bunga tersebut tampak mekar—baru ditaruh. Ikut berduka atas pulangnya Shinjiro Aragaki.
"Akihiko, ayo pulang." Mitsuru mulai memecah hening. Ditepuknya pelan bahu Akihiko.
Tidak ada jawaban. Yang ada hanyalah kenihilan dan guncangan bahu yang begitu dahsyat.
Akihiko menangis—mungkinkah?
Karena dia dan Shinjiro sudah melekat. Sangat lekat, seperti kakak adik.
(Dan diam-diam cemburu mulai mengusik hati Mitsuru.)
Mitsuru mulai kehilangan rasa sabarnya. "Akihi—"
"Mitsuru, apa kau sedih saat Shinji mati?"
Nada yang serak. Akihiko menangis. Pasti—meski Mitsuru masih menepis keras-keras.
"Apa-apaan kau?" Mitsuru bertanya datar. "Tentu saja aku sedih! Dia—dia sahabat kita."
Kapas kelabu masih berkeliaran di langit. Lembayung masih memecah tangisnya.
Akihiko bersuara lagi. Masih berdiri membelakangi si gadis berambut merah. Dengan suara yang masih serak. "Mitsuru, jangan tinggalkan aku."
Galau bertemu heran. Mitsuru bingung. Tidak mengerti. "Apa maksudmu, Akihiko?"
"Hanya kau yang peduli padaku dan yang kumiliki. Yang lainnya sudah enyah. Tinggal kau yang ada. Aku—tidak mau kau juga enyah dariku."
"Aku tidak mengerti."
"Aku mencintaimu."
"Aku tahu itu, dan aku paham kata-katamu. Aku selalu berusaha ada di sini."
Lalu mereka terdiam. Terpaku.
Dan angin hujan yang keras tidak menusuk tulang, karena di sana hangat. Karena di sana ada warna merah menghias pipi. Karena kemudian tangan dua orang bertautan.
(Serta dua air mata yang pecah dan deras ketika yang satu merangkul bahu yang satunya lagi.)
.
Selesai
.
Apa iniiiiiii?
Maaf saya nyampah. ;;
Fangirling-an saya kambuh orz'. Tugas sekolah numpuk secara gila-gilaan, membuat saya gilaaaa.
Review—Concrit?
