Pairing : sasunaru
Rating : T
Warning :Yaoi, ga suka, ga usah baca.
Disclaimer : Naruto punya Masashi Kishimoto…salah, naruto punya sasuke
"…" speech -- bicara
'…' though – dalam hati
Walking on the Thin Ice
By Raven-Zala
Chapter 1
"Baiklah, pelajaran hari ini cukup sampai disini. Sampai bertemu besok,selamat sore", sahut guru yang dikuncir tinggi dan berambut hitam itu sambil tersenyum kepada murid-muridnya. Namun belum beberapa detik bubar kelas mulai gaduh.
"Minato-sama! Bagaimana kalau sore ini pulang bersamaku?!", sambil tersenyum menggoda, seorang murid perempuan menghampiri seorang murid laki-laki berambut hitam yang sedang merapikan tasnya.
"Jangan sembarangan! hari ini minato-sama akan pulang bersamaku!", sela perempuan lain yang langsung menggaet tangan minato.
"Tidak, dia akan pulang bersamaku! Kalian pergi sana!", potong perempuan lain lagi.
"Minato-sama maukah kau mengerjakan pe-er bersamaku?"
"Heh! Kalau minato-sama mengerjakan pe-er bersamamu nanti dia ketularan kebodohanmu, tentu saja minato-sama adalah murid paling pandai disini!"
"Bodoh! Minato-sama hanya suka pada perempuan berambut pirang tahu!"
"Minato-sama hari ini bajuku baru, bagaimana menurutmu!",
"Aku membuat kue khusus untukmu minato-sama!"
"Minato-sama hari ini kau tetap tampan dan pandai seperti biasa!"
"KYAA! MINATO-SAMA CARA MENJAWAB SOAL MATEMATIKAMU TADI LUAR BIASA!"
"MINATO-SAMA SUNGGUH ATLETIS, KEREN SEKALI…!"
"AAH, MATAMU SEINDAH BIRU LANGIT YANG CERAH MINATO SAMA!"
"PUJAAN HATIKU, MINATO-SAMA!"
"MINATO-SAMA…..!"
"MINATO…!"
Seketika kelas menjadi sangat ribut dan gaduh. Hampir seluruh murid perempuan di kelas sibuk saling glaring contest satu sama lain, menarik tangan minato kesana-kesini, atau sibuk pamer untuk mendapatkan perhatian sang laki-laki tampan tersebut. Minato sendiri hanya diam saja sambil tersenyum kecil, sudah maklum akan kejadian yang terjadi hampir tiap hari di kelasnya. Syukur-syukur murid perempuan kelas lain tidak ikut menimbrung, bisa habis dia.
"Ya ampun….lagi?", sang guru yang ada di depan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak-anak muridnya. Kejadian ini rutin ada setiap hari, terjadi sebelum mulai atau setelah proses belajar. 'Entah kenapa aku selalu mendapat kelas yang seperti ini, ga yang dulu , ga yang sekarang', pikir sang guru sambil menghela nafas.
"Repot ya iruka-sensei", sang guru di depan langsung menoleh ke arah datangnya suara. Seorang pria berumur hampir sebayanya menghampirinya di depan kelas.
"Kakashi-sensei… selamat sore", sapa iruka sambil tersenyum.
"Ah,…..dari sejak kelas satu hingga sekarang, minato sudah populer di kalangan murid-murid perempuan," kata kakashi sambil melihat murid-muid perempuan kelas lain yang sedang menggerombol di sepanjang koridor, dan berdiri di samping jendela kelas sambil memandang minato terpesona.
Iruka sudah maklum kalau kelasnya menjadi pusat perhatian murid perempuan kelas lain dan pusat tatapan iri murid laki-lakinya. "memang sih…. Tapi kelas tidak akan seheboh ini jika saja…"
"Maaf para gadis-gadisku, sebenarnya hari ini aku juga ingin pulang bersama wajah manis kalian, tapi aku tak bisa …. Tapi tenang saja minato-sama ini akan selalu ada di hati kalian….Bajumu hari ini cocok untukmu.. kue untukku?! Terima kasih! Sering-sering saja ya!...ah, soal matematika tadi cuman masalah kecil.. benar, kesempurnaan ini adalah anugrah Tuhan! ….APA? AH, TENTU SAJA, AKU KAN TAMPAN DAN PANDAI…. MEMANGNYA ADA LAGI ORANG YANG BISA MENANDINGI MINATO-SAMA INI?! HWAHAHAHA…!!"
"KYAAA! MEMANG BENAR MINATO-SAMA!"
"MINATO-SAMA CINTAKUUU….!"
"………."
"..tuh kan malah ditanggapi", dua orang guru didepan hanya menatap kericuhan kelas dengan hujanan sweatdrops di kepala mereka.
"Mau bagaimana lagi… semakin hari minato semakin mirip dengan dengan ayahnya…lihat, sekarang saja sudah jadi replika ayahnya ketika kecil", kata kakashi sambil menunjuk minato.
"Iya sih, tapi sasuke tidak menanggapi, jadi yang namanya kehebohan seperti ini tidak akan ada"
"Kalau datang ke kelas ini, sebentar-sebentar 'minato-sama ini….minato-sama itu…kyaaa minato-sama…minato la-la-la'..heran mereka apa tidak bosan"
"mana aku mengerti… kalian!! Sudah sore!! Ayo pada pulang!! Minato Uchiha, segera hentikan ini semua!!"
Setelah mendengar perintah dari sang guru, gerombolah murid-murid perempuan yang penggemar minato baik yang di dalam kelas maupun yang diluar segera bubar pulang. Khususnya yang berada di dalam, mereka pulang dengan gerutuan-gerutuan. Minato yang sudah lepas dari tempelan para penggemarnya datang menghampiri kedua guru di depan.
"Hai kakashi-sensei…senggang?", sapa minato pada guru tampan itu.
"Halo minato, kelihatannya sibuk nih...", jawab kakashi sambil melihat beberapa anak perempuan berjalan keluar kelas sambil tersenyum menggoda ke arah minato.
Dengan senyuman penuh kepercayaan diri minato hanya angkat bahu, "iya nih, repot juga ya kalau kelewat populer"
"… kamu tuh apa benar-benar anak sasuke?"
Mendengar pertanyaan ini, minato membalas, "eh apa tuh? Tentu saja aku anak tousan…hei-hei, kakashi-sensei seharusnya lebih tahu, kan dulu sensei privat mengajar tousan langsung"
"Kalau sasuke, walaupun dia populer tapi dia tidak menanggapi penggemar-penggemarnya. Dia lebih banyak diam, dan terkendali, cool deh. Makanya dulu kelas ini lebih tenang dibanding sekarang. Yah, walau ada orang lain yang justru lebih ribut lagi sih"
"Itu kan jaman kuda gigit batu! Tousan sih dulu emang orangnya selalu murung. Kalau ada dia entah kenapa suasana menjadi suram. Mungkin musuh-musuhnya diluar sana sudah merasa kalau dia datang, soalnya ada awan-awan hitam mendekat. Maaf saja, aku tidak mau seperti itu. Lagipula diberi ketampanan dan kesempurnaan ini buat apa? Sayang kalau tidak digunakan.."
"Aku setuju dengan ucapannya, tapi entah kenapa kok aku kesal ya?", tanya kakashi kepada iruka.
"Ada ya kuda gigit batu? Lagian kalau ayahmu tahu, kamu bisa digilas…"
(nun jauh di markas ANBU)
"HUACHIII!!"
"kenapa kapten? Sakit?", tanya seorang anak buah pada pimpinannya.
"…….tidak….", jawabnya bingung.
"Kakashi-sensei kalau aku sudah jadi genin, aku jadi anak buahmu ya?"
Kakashi tersenyum dengan mengusap kepalanya, "haduh minato, badanku sudah terlalu tua untuk hal ini…kenapa aku belum pensiun juga ya…"
Mendengar hal tersebut, iruka langsung menjitak kepala kakashi, "jangan bicara seolah-olah kamu udah kakek-kakek…oiya minato, bukankah sebentar lagi ulang tahunmu? Yang keberapa?sembilan?"
"Bukan, sepuluh…."
"Ooh iya, wah ga nyangka ya waktu sudah berjalan secepat itu, tiba-tiba kamu sudah besar…lalu, apa mau mengadakan pesta seperti biasa?"
"Ah, tidak usah iruka-sensei, kali ini cukup berdua saja dengan tousan"
Iruka cukup kaget mendengarnya, "ramai-ramai juga tidak apa-apa, namanya juga ulang tahun, hari yang harus dirayakan. Lagipula kalau hanya berdua saja….sepi loh"
Anak laki-laki berambut hitam itu hanya tersenyum kecil dan membalas, "yah, sudah biasa sensei. Akhir-akhir ini pekerjaan tousan cukup padat, aku tidak mau merepotkan"
"Ooh bgitu….minato, kamu tidak kesepian, hanya tinggal berdua dengan ayahmu?"
"Tidak…..tidak masalah, tousan saja sudah cukup, yang penting selama ini dia sangat menyayangiku", ujarnya dengan senyuman cerah menghiasi wajah.
Kedua guru itu saling bertatapan satu sama lain sebelum kembali menatap minato, dengan tersenyum lega iruka mengangguk, "hmmm…..baiklah aku mengerti".
"Iyaaa, karena itu…eh waduh, udah jam segini, aku harus cepat-cepat pergi", sahut minato ketika melihat jam tangannya. Minato berjalan kearah pintu kelas dan segera pamit ke iruka dan kakashi, "sudah ya aku duluan sensei…"
kakashi mengangkat alisnya, "oh, tumben sudah mau pulang"
"bukan", jawab minato pendek.
"mau kemana?"
"…kencan", sahut minato sambil berlalu keluar kelas.
Ruangan kelas menjadi sepi, hanya tersisa dua orang guru di depan. Iruka kembali duduk di mejanya dan merapikan berkas pekerjaannya. Keheningan kelas dipecahkan oleh iruka yang tiba-tiba berbicara.
"Kau tahu kakashi….aku senang minato tumbuh menjadi anak yang baik dan bahagia"
Dengan senyuman menghiasi bibir, kakashi menatap iruka, "benar, sasuke telah membesarkannya dengan baik, suatu saat dia akan tumbuh menjadi uchiha yang membanggakan"
"Haha benar….tapi datang darimana ya sifat minato yang ceria itu?", tanya iruka tiba-tiba.
Kakashi masang tampang bingung, "…..ibunya?"
--
"Minato-kun!", panggil seorang wanita berambut pink itu. Minato menoleh ke arah datangnya suara. Seorang pria berbaju hijau dengan potongan rambut ala tahun 70-an dengan alis yang luar biasa tebal itu juga datang menghampirinya.
"Halo, minato-kun, mau pulang?", sapa pria itu penuh dengan keceriaan.
Minato menggeleng, "tidak juga, abis ini ada urusan…bibi sakura kenapa ada disini? Tidak ada kerjaan di rumah sakit?"
"Aku ada keperluan sebentar, rumah sakit kutinggal", jawab wanita yang bekerja sebagai kepala ninja medis itu. "berhubung nanti aku pulang malam, jadi aku suruh dia untuk periksa anak-anak dirumah", sambungnya sambil menunjuk pria di sebelah yang tak lain adalah suaminya, Rock Lee.
Pasangan suami istri ini memang telah memiliki dua orang anak yang masih balita. Tentang bagaimana mereka bisa saling jatuh cinta dan menikah masih menjadi suatu misteri bagi minato. Apalagi dengan kepribadian Lee yang nyentrik dan tenaga kingkongnya sakura. Kemungkinan anak mereka berambut pink dengan potongan rambut ala jaman dulu dan alis tebal itu………'ah, lebih baik tidak usah dibayangkan' pikir minato.
"Oiya minato-kun, kudengar ulang tahunmu sebentar lagi ya? bagaimana? Apa seperti biasa?", tanya Lee.
Sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku minato mengangkat bahu, "tidak ada apa-apa karena akhir-akhir ini ayah kelihatannya sibuk"
"Oo..ooh..begitu ya"
Tentu saja pernyataan minato mengundang keharuan dan banjir air mata penuh kebanggaan…..bagi Lee saja.
"mi…MINATO-KUN! KAU BEGITU PERHATIAN KEPADA AYAHMU, SUNGGUH SEMANGAT MASA MUDA YANG LUAR BIASA…AKU TERHARU!! BAIKLAH, SEBAGAI RASA BANGGAKU, MARI KITA KELILING KONOHA 10 PUTARAN!AH, TIDAK! 20 PUTARAN!!".
Minato hanya bisa memandang kepergian Lee dengan sweatdrops di kepala, sementara sakura teriak, "LEBIH BAIK KAMU PULANG SANA!!"
Sakura menghela nafas melihat kelakuan ajaib suaminya, hal yang sudah biasa ia alami, jadi dia sudah maklum. Untung saja kedua anaknya tidak mengikuti jejak ayahnya yang sebentar-sebentar meneriakkan 'semangat masa muda'…..mungkin belum, batin sakura mencelos.
Kembali menoleh ke minato, "minato-kun kapan-kapan main ke rumah, anak-anak senang ada minato".
"Yaa, boleh saja…", jawab minato sambil berpikur sejenak, "bibi sakura, selama ini aku bingung loh", sambung minato.
"hmm? Apa?"
"padahal bibi dan ayah serta teman-teman ayah yang lain di rookie 9 sepantaran ya, tapi anak-anaknya kenapa hanya aku sendiri yang sudah besar, yang lain kalau tidak masih balita..masih bayi…", minato bertanya sambil melipat kedua tangan di belakang kepala.
Sakura cukup bingung mau menjawab apa, "eehm…yah,tiap orang beda-beda sih perkembangannya".
"berarti….", lanjut minato dengan muka serius.
"berarti?", sakura mengernyitkan alis.
"…tangan tousan cepat"
BLETAKKK!!
Minato hanya merintih sambil memegang kepalanya, "aduuh.."
"Itu bukan kata-kata yang pantas diucapkan anak kecil sepertimu, minato", tangan sakura masih mengepal dan sebelahnya lagi di pinggang.
Minato mengelus kepalanya yang hampir benjol itu, "…tapi memang benar kan.."
"memangnya kamu kesepian minato? Tidak ada saudara maupun ibu?"
"Kenyataan kalau ibuku tiba-tiba pergi meninggalkanku?...tidak sih"
"Tidak uash kamu pikirkan hal seperti itu", potong sakura cepat-cepat, "ngomong-ngomong tadi kamu kemana kalau tidak pulang?"
"….kencan di Ichiraku ramen…..ah, daripada telat aku duluan deh bibi sakura…dadah", ujar minato sambil berlalu pergi.
"..minato-kun!..", panggil sakura lagi, namun minato sudah berbelok menghilang dari pandangan sakura. Sakura menghela nafas dan berbalik badan, melangkahkan kaki pergi dari tempat. Selintas terlihat raut muka sedih menghiasi wajahnya.
Minato berjalan cepat menuju Ichiraku ramen. Sudah menjadi suatu kebiasaan bagi minato datang kesana tiap hari, untuk bertemu seseorang yang juga rutin datang ke Ichiraku. Seseorang yang membuat hari minato semakin cerah dan hatinya berbunga-bunga. Dari kejauhan terlihat Ichiraku ramen bertengger di sisi jalan dengan seorang pelanggan yang sudah duduk di dalamnya. Tentu saja minato tahu siapa orang itu.
"Naruto-san!!", sapa minato pada orang tersebut.
Naruto menoleh dan tersenyum pada minato, "hai minato-chan!! Baru pulang?"
Minato melepaskan tasnya dan duduk disamping naruto, "iya…wah,naruto-san kau tampak mempesona seperti biasa," rayu minato tidak jelas, "eh tapi tumben jam segini udah disini?", tanya minato pada naruto mengingat pekerjaan naruto yang selalu menumpuk jika minato senggang bertamu ke kantornya.
Pria yang memakai jubah putih panjang dengan kobaran api menghias bagian bawahnya dan kanji 'enam' pada bagian punggung itu hanya nyengir, "menyempatkan waktu sedikit untuk ramen ga apa-apa kan".
Minato tersenyum pada hokage yang memiliki wajah sangat manis dan senyuman yang mendamaikan (menurut minato) itu. Sejak kecil minato memang mengidolakan naruto, baginya naruto sangat kuat, disamping ayahnya, dan menjadi panutan. Dua miso ramen sudah tersedia di depan mereka, tampaknya Teuchi sang pemilik Ichiraku sudah hafal kebiasaan mereka, dan langsung menyediakan ramen sebelum naruto maupun minato memesan. Sambil memakan dengan lahap naruto memulai pembicaraan dengan minato.
"Kudengar ulang tahunmu sebentar lagi, mau merayakan dimana?".
Minato menghentikan makannya sejenak, "tidak ada perayaan, akhir-akhir ini tousan sibuk di ANBUnya sih, aku tidak mau mengganggu".
Naruto membelalakan matanya terkejut, "eh, rasanya aku tidak memberikan tugas banyak kepadanya…..mungkin sih.."
"Buktinya tuh…"
Hokage ke-enam itu melanjutkan makannya, "wah pasti para penggemarmu ribut ya…aku ingat dulu teme itu mati-matian menghindari kejaran penggemar pas hari ulang tahunnya….tanggal berapa sih ulang tahunmu? Sepuluh bulan november ini kan?"
Mendengar hal itu tiba-tiba minato merasa senang, "wah, kamu ingat naruto-san! Aku sangat senang! Tapi aku lebih senang lagi kalau kita hanya merayakan berdua saja", lanjut minato sambil mendekatkan diri ke naruto dan tersenyum menggoda.
"kamu tuh…kenapa tidak merayakan sama pacarmu saja"
Mendadak raut muka minato berubah serius, "apa maksudmu naruto-san!hatiku ini hanya untukmu! Kau tidak sama dengan para penggemar yang mengejar-ngejarku itu. Aah, sehari saja tidak bertemu denganmu, rasa rindu ini begitu membuncah! Kalau saja aku tidak 16 tahun lebih muda darimu, mungkin aku sudah melamarmu dari dulu…."
"….minato-chan, apa kamu benar-benar anak sasuke?"
Sementara di belakang, ayame sudah menahan tawa melihat kelakuan minato, teuchi hanya geleng-geleng kepala seperti biasa. Tentu saja naruto sudah maklum akan rayuan gombal neverendingnya minato itu. Sudah hampir sepuluh tahun naruto kenal Uchiha termuda itu, dan menganggapnya sudah seperti anak sendiri. Mau bagaimana lagi, karena naruto juga termasuk orang yang membesarkan minato, mungkin kesukaan minato terhadap ramen merupakan salah satu andil naruto di kehidupan minato.
'….sepuluh tahun ya..', tiba-tiba naruto teringat kedatangan minato ke konoha ketika ia masih bayi yang juga sekaligus kembalinya sahabat baiknya setelah sasuke berhasil membunuh mantan gurunya, orochimaru, dan Itachi.
-flashback-
"Sa…sasuke!!kamu benar-benar sudah kembali!", kata naruto memandang tak percaya. Kembalinya sasuke secara tiba-tiba membuat ia sangat terkejut.
Dengan senyuman percaya diri sasuke hanya membalas, "hmm…dobe, tentu saja aku kembali, desa ini kan rumahku".
Tentu saja naruto langsung senang sekaligus kesal. Selama ini naruto berlatih mati-matian demi memulangkan sasuke kembali dari tangan orochimaru dan dari usaha balas dendamnya kepada Itachi, ternyata sahabatnya pulang dengan sukarela setelah semuanya selesai. Namun hal itu tidak menutup kebahagiaan naruto melihat kembali wajah sahabatnya yang selama ini dirindukan.
Naruto melayangkan tinjunya ke muka sasuke, yang langsung ditangkap dengan mudah, "Sialan, kamu sudah membuatku khawatir setengah mati tahu!"
"Hei, hati-hati…kamu ini baru saja sembuh dobe", ujar sasuke sambil menurunkan tangan naruto.
Tiba-tiba saja naruto melingkarkan kedua tangannya ke bahu sasuke dan memeluknya. Tindakan dadakan naruto ini membuat terkejut sasuke dan badannya kaku.
"Selamat datang kembali", bisik naruto pada pria yang lebih tinggi beberapa senti darinya itu.
Sasuke membalas dengan melingkarkan tangan ke pinggang naruto, "…aku pulang…"
Naruto hanya diam merasakan kehangatan dalam pelukan sasuke. Mereka hanya ingin menikmati momen manis bersama yang telah hilang selama tiga tahun. Keheningan dalam Uchiha mansion itu tetap berjalan sampai suara tangis bayi tiba-tiba yang membuat naruto tersentak.
"…eh, kenapa rasanya aku mendengar suara bayi? Suara siapa itu", tanya naruto dengan muka heran sambil melepaskan diri dari pelukan sasuke.
Dengan muka agak menunduk dan poni menutupi mata, sasuke menjawab, "…itu anakku"
Butuh waktu beberapa detik naruto untuk mencerna jawaban yang diucapkan sasuke, "…ANAK?!"
-end flashback-
Setelah mengetahui keberadaam minato sebagai anak sasuke, sejujurnya ada perasaan sakit tiba-tiba di hati naruto. Ia tidak menyangka bahwa sahabatnya menemukan seorang wanita ketika dalam perjalanannya dan mungkin wanita yang dicintainya hingga memberikan keturunan pada sasuke. Dari awal naruto memang sudah menyadari akan perasaannya kepada sasuke. Perasaan sayang yang tumbuh dari rasa sayang seorang teman ke sesuatu yang lain. Tapi demi menjaga persahabatan mereka berdua, naruto memendam perasaan dengan tetap berpura-pura mengejar sakura. Namun begitu mengetahui bahwa sasuke menemukan wanita lain, hancurlah peraasaannya selama ini ditutupinya.
Selama sasuke tidak tertarik pada orang lain sebenarnya ada pengharapan dalam hati naruto agar sahabatnya itu melihat dirinya. Namun apa daya, naruto tidak ingin membuat susah sasuke. Sasuke sudah cukup kewalahan merawat minato seorang diri karena ibu dari minato pergi entah kemana, tentu saja naruto tidak ingin bertanya lebih lanjut.
Melihat wajah sang rokudaime murung mendadak, minato hendak bertanya namun..
"..minato..", bisik naruto sambil memandang kosong ke arah ramen di depannya.
"…ya?"
Naruto yang mendengar suara minato tersentak kaget dari lamunannya, "ah tidak, aku hanya ingat namamu itu", katanya berharap mengalihkan pembicaraan.
Minato hanya bingung menatap perubahan ekspresi pria di depannya itu, "namaku? Kenapa?"
"Namamu itu sama loh dengan nama ayahku, yondaime…", naruto kembali tersenyum dan menatap minato.
"..iya aku tahu, hokage ke-empat yang menjadi pahlawan menyelamatkan desa dari monster rubah berekor sembilan, kyuubi"
"Benar", tambah naruto sambil meletakkan kedua sikunya di atas meja dan memandang kejauhan, "bagiku dia itu ayahku sekaligus panutanku, dia mempertaruhkan nyawanya demi konoha ini, orang yang sangat kuat dan berdedikasi….dia itu idolaku! karena itulah aku menjadi rokudaime agar melanjutkan perjuangannya melindungi desa"
Minato tersenyum menatap naruto. Dalam hati, minato sudah mengetahui kepahlawanan yondaime dan usahanya menyelamatkan desa. Mungkin dialah yang menjadikan pria yang ada di hadapannya menjadi seperti sekarang, baik hati, kuat, dan berhati lapang. Minato mau mengucapkan terima kasih kalau saja yondaime masih hidup.
"Karena itu minato, jika kamu sudah besar nanti, jadilah ninja yang hebat seperti dia. Sesuai dengan nama yang kamu miliki, ayahmu sudah bagus memberimu nama itu, suatu saat konoha ini akan berada di tanganmu untuk kamu lindungi", kata naruto bijak.
Minato mengangguk sementara ayame dan teuchi yang melihat dan mendengar mereka hanya tersenyum kecil.
"Eh, mungkin saja kamu akan menjadi 'Konoha Yellow Flash' yang selanjutnya"
Mendengar pernyataan itu minato mengangkat alisnya, "wow….'Konoha Yellow Flash', benar juga, mungkin ternyata aku calon penerusnya', minato tersenyum penuh kepercayaan diri, "tapi kenapa 'Yellow' ya?"
Naruto juga mendadak bingung, "iya, ya…mungkin karena dia berambut pirang", pikir naruto sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Tapi rambutku kan hitam, ga bisa 'Yellow' dong"
sambil menoleh ke arah minato, naruto balik bertanya,"…jadi?"
"…..'Konoha Black Flash'?"
Mereka berdua langsung tertawa mendengar jawaban minato. Tawa naruto begitu lepas membuat minato tidak bosan menghabiskan sore bersama hokage tercintanya itu. Pembicaraan ringan serta lawakan-lawakan tidak jelas pun berlanjut sampai waktunya naruto kembali pada pekerjaannya di menara hokage dan minato pulang ke rumah.
Minato sangat gembira melewati hari-hari yang cerah, dimana kehidupannya berjalan seperti biasa, dan orang-orang yang dicintainya berada di sekelilingnya. Tidak peduli kalau dia hanya hidup berdua dengan tousannya tanpa ibu maupun saudara. Selama ada orang yang memperhatikan dan menyayanginya seperti naruto, masalah itu tidak akan mengganggu pikirannya.
--
Uchiha mansion sangat sepi pada malam hari, terlebih lagi jika yang menghuninya hanya dua orang manusia. Sehabis mengerjakan tugas sekolahnya, minato hanya malas-malasan di sofa ruang keluarga. Biasanya minato membaca buku atau membaca gulungan jurus-jurus sambil menunggu ayahnya pulang.
Cklek!...
Suara yang tiba-tiba membuyarkan keseriusan minato dari bukunya. Dengan pakaian hitam, ayahnya datang dari arah pintu depan.
"…aku pulang", sahut sasuke pada minato.
"Selamat datang", balas minato datar.
Sasuke hanya menepukkan tangan ke atas kepala minato dan berjalan melewatinya menuju dapur.
"Mau teh? Akan aku bikinkan", tanya minato mengikuti sasuke dari belakang menuju dapur.
"Hn", jawab sasuke singkat.
Sasuke duduk di meja makan sambil membuka koran sementara minato masak air untuk mempersiapkan teh.
"Bagaimana pekerjaanmu tousan?", minato berbasa-basi, toh ia tidak terlalu peduli dengan pekerjaan sang ayah.
Sasuke hanya menjawab sekenanya tanpa melepaskan pandangannya dari koran di depannya, "sama seperti biasa"
"Oh, baguslah", sambil mempersiapkan gelas teh minato melanjutkan, "tadi banyak yang menanyakan tentang ulang tahunku.."
"Oh ya?"
"Iya, aku bilang sih tahun ini tidak ada perayaan. Lagipula aku sudah besar"
"Kalau kamu ingin merayakan juga tidak masalah.."
"Tidak..tidak..aku tak mau, tousan kan sibuk, aku tidak mau merepotkan", minato mematikan kompor dan menuangkan air ke dalam gelas yang sudah dipersiapkan. Entah kenapa tiba-tiba pikiran minato tertuju kepada hokage yang tadi sore ia temui. Hal yang selama ini berkecamuk dalam pikiran terlintas, antara rasa ragu dan penasaran masih memenuhi pikirannya, "ini tehnya," sambil menyerahkan segelas teh yang sudah dibuat kepada sasuke.
"Terima kasih", sasuke mengambil gelasnya hendak meminum.
"tousan…"
"hm?", jawab sasuke singkat… srupuuuut.
"tousan suka sama naruto-san kan?", tembak minato langsung.
GLEK!!..UHUK!!.UHUK..UHUK!!
"eh, keselek….hati-hati donk tousan"
Diberi pertanyaan straight to the point seperti itu oleh anak sendiri, bagaimana sasuke tidak shock. Selama beberapa detik sasuke menenangkan diri dari keseleknya, sementara minato diam saja menunggu jawaban tanpa rasa bersalah
"Mi..uhuk..minato..uhuk…dari mana dapat pikiran seperti itu?!"
Minato membelalakan mata, "darimana? Loh, sudah jelas kan. Tousan hanya perhatian sama naruto-san selain aku. Yah, sebenarnya aku tidak terlalu peduli sih tentang masalah gender atau apapun lah itu", lanjut minato datar.
Tambah shock dengan ucapan anaknya, sasuke benar-benar kehabisan kata-kata untuk membalas. Sejelas itukah perasaan terlihat? Rasanya selama ini ia sudah menahan diri dan tidak memperlihatkan emosi yang macam-macam pada orang lain.
"Sebenarnya aku kesal sih.. tapi aku bisa menerima kalau sainganku itu tousan. Tadinya aku merasa aneh, kenapa semenjak kaasan pergi sampai sekarang kok tousan tidak menikah lagi, jadi kupikir itu sebabnya".
Pernyataan itu membuat sasuke terkejut dan diam membisu sesaat. Menerima segala jawaban yang akan minato berikan, sasuke memberanikan diri untuk bertanya.
"Minato, mengenai kaasan…"
Namun sebelum sasuke menyelesaikan kalimatnya minato langsung memotong, "tidak usah khawatir tousan, aku tidak peduli masalah kaasan"
"Eh?"
"Walaupun dia meninggalkan kita ketika aku masih kecil, aku tidak terlalu mempermasalahkan, yang penting ada tousan di sisiku. Kalau pun misalnya suatu saat dia tiba-tiba datang, sejujurnya aku tidak tahu bagaimana harus berhadapan dengannya. Ada kemungkinan justru aku akan menghindar atau malah membenci dirinya…"
"Minato!",sela sasuke, "mungkin permintaan ini tidak terdengar bijak di telingamu… tapi tolonglah…jangan membenci kaasan, dia tidak bersalah apa-apa, keadaanlah yang membuat seperti ini. Yang sudah terjadi sebelumnya tidak usah dipikirkan, lebih baik kita melihat ke depan apa yang bisa dilakukan", ucap sasuke sambil menahan perasaan yang berkecamuk di pikiran maupun hatinya.
Mendengar permintaan sang ayah, minato menghela nafas, "baiklah aku mengerti", kata minato sambil beranjak dari ruang makan. Memunggungi sasuke, minato kembali melanjutkan, "aku tidak akan mengungkit masalah ini lagi...tapi entah kenapa…kalian semua menutupi sesuatu yang seharusnya aku ketahui".
"…minato…"
"…yang bereskan mejanya tousan saja ya", minato berbalik menuju sasuke yang sedang duduk dan mencium pipinya, "selamat malam tousan".
Melihat kepergian anaknya ke kamar tidur, sasuke baru menghembuskan nafas yang entah berapa lama ia tahan. Baru kali ini setelah sekian lama minato berbicara tentang ibunya, walaupun bukan pendapat yang enak didengar. Ribuan jarum serasa menusuk di hati sasuke, berbagai macam rasa penyesalan memenuhi pikirannya atas sebuah tindakan yang dulu ia lakukan. Tindakan yang mungkin disesalinya seumur hidup.
Setelah pembicaraannya dengan minato malam ini, sasuke ragu kalau ia dapat beristirahat dan bisa tidur dengan nyenyak. Sambil menyandarkan kepalanya pada kursi, sasuke menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Daripada terus larut dalam masalah ini, entah kenapa sasuke lebih memilih untuk langsung jatuh ke dalam lubang yang selama ini sudah dipersiapkan untuknya.
--
Naruto memandang langit-langit kantornya dengan pikiran kosong. Hampir saja mata tertutup untuk tidur. Tiba-tiba ia terbangun oleh suara pintu yang terbuka.
"Hei, apa begini kerjaan seorang hokage, dobe?", tanya suara menyebalkan itu mengganggu rasa kantuknya.
"Aku hanya beristirahat sebentar teme! Kau tidak tahu bagaimana rasanya tiap hari disuruh menyelesaikan gunungan dokumen-dokumen yang menumpuk", balas naruto dengan wajah kesal.
Tapi sasuke hanya menaikan sebelah alisnya tak peduli, "oh ya? itu kan resikomu yang ngotot ingin menjadi hokage".
Sambil mendengus kesal, naruto membalas, "apa mau kamu datang kesini teme? Kalau hanya ingin membuatku emosi, lebih baik pergi saja sana!"
"Hmm, jadi datang kesini itu hanya diperbolehkan jika ada urusan?", tanya sasuke santai.
"E..eh?apa maksudmu?"
Senyuman mencurigakan nampak di wajah sasuke. Tiba-tiba saja sasuke berjalan mendekati kursi dimana naruto sedang duduk. Setelah tepat berdiri di hadapan naruto, sasuke agak membungkukan badannya, dan meletakkan sebelah tangannya di atas kepala naruto. Otomatis posisi ini sukses memerangkap naruto di antara tubuh sasuke dan kursi naruto. Sepasang mata hitam itu menatap mata biru langit naruto.
"Te..teme..mau apa kamu", ujar naruto terbata. Posisi sasuke yang sangat dekat dengan dirinya itu membuat naruto kikuk. Semakin sasuke mendekatkan wajahnya, semakin naruto mundur menempel pada sandaran kursi.
Mendadak sebelah tangan sasuke mengelus tangan naruto, berjalan dari punggung tangan, lengan atas, bahu, leher, hingga berhenti tepat di pipi. Naruto merasakan tekanan pada bibir bagian bawah. Dengan ibu jarinya, sasuke mengelus bibir bawah naruto dengan lembut. Sampai di dagu naruto, sasuke mengangkatnya hingga wajah mereka hampir bertemu.
"Kenapa wajahmu merah begitu? apa kamu pikir aku ini begitu menggoda, dobe?", lanjut sasuke. Jarak antara bibirnya dengan bibir naruto tinggal beberapa senti.
Tanpa sadar naruto menjilat bibirnya yang tiba-tiba kering. Nafas naruto berubah cepat dan beberapa kali menelan ludah gugup, "ja..jangan mendekat".
Sasuke malah mendekatkan wajahnya ke leher naruto. Naruto dapat merasakan udara panas yang dikeluarkan sasuke dari nafasnya. Tentu saja naruto dapat merasakan juga senyuman penuh kemenangan sasuke karena berhasil membuatnya bereaksi seperti ini. Hal ini membuat naruto merinding dan sedikit gemetar.
"Tenang…aku cuma…"
…..heh!...
"BANGUN DOBE!!"
"Eh?", naruto bangun karena kaget, ia langsung membuka mata dan melihat…
….wajah sasuke begitu dekat dengannya….
"GYAAAA!!", teriak naruto benar-benar terkejut. Hampir saja ia jatuh dari kursi.
"Biasa aja, ini cuma aku kok", ujar sasuke bingung melihat kelakuan hokagenya itu.
Naruto yang masih menenangkan diri berusaha mengatur nafasnya dan jantungnya yang deg-degan. Bagaimana pun juga dibangunkan oleh sasuke secara tiba-tiba membuat naruto terkejut. Belum lagi dengan mimpinya barusan, dimana dirinya dan sasuke berada di posisi cukup 'menjanjikan'…
"Haduh, kaget aku…heh! Bisa ga sih membangunkan dengan cara biasa, ga usah teriak!"
Sasuke hanya mencelos, "dengan cara biasa bagaimana? Ada kebakaran juga mungkin kamu ga merasa, masih tidur".
Naruto memandang sasuke dengan tatapan dingin, "ada perlu apa teme?"
"Nih", kata sasuke sambil menyerahkan beberapa kertas berkas,"… laporan tugas ANBU sampai bulan kemarin, juga beberapa hasil penyelidikan. Untuk tugas jangka panjangnya belum ada laporan, karena para ANBU yang bertugas saat ini belum menyerahkan laporan keadaan mereka sementara. Mungkin akhir minggu ini atau minggu depan bisa dikejar…"
Naruto memeriksa beberapa berkas laporannya sebelum teringat akan sesuatu, "hei teme, tidak usah diserahkan minggu ini juga tidak masalah. Santai saja, tidak usah terlalu menyibukkan diri"
"Lebih cepat lebih baik kan? Aku tidak mau menunda, semakin lama aku menyerahkan, semakin banyak laporan yang menumpuk"
"Sudah kubilang tidak usah dibawa sibuk. Kamu tuh terlalu memikirkan pekerjaan. Sebentar lagi minato ulang tahun, dia sengaja tidak merayakan karena kamu sibuk di pekerjaan", sahut naruto dengan muka serius.
Mendengar hal ini sasuke hanya melipat kedua tangannya di depan dada dan membalas, "mau bagaimana lagi, dia sudah besar, tidak usah dirayakan segala. Lagipula yang bersangkutan sepertinya juga tidak terlalu peduli".
Naruto kesal melihat sikap sasuke yang apatis terhadap anaknya sendiri, "kamu benar-benar tidak peduli kepada minato. Dasar! Sikapmu dari dulu tidak pernah berubah!".
"Mau bagaimana lagi. Memang sifatku begini kok, minato tidak bermasalah dengan ini", balas sasuke dengan dingin.
"Benar! Mungkin karena kamu makanya ibunya minato pergi…!"
Suasana ruangan mendadak dingin. Ucapan naruto membuat sasuke tertegun, ia hanya diam dan menunduk. Beberapa poni hitam menutupi mata sasuke. Pandangan matanya tertuju ke lantai. Naruto yang merasakan perubahan ini segera mengutuk diri sendiri, 'sial! Kenapa aku malah ngomong begitu…aah, aku keceplosan'
"Memang benar…memang semuanya salahku", sasuke mengaku tiba-tiba. Dari pandangan matanya terlihat kalau sasuke menahan perasaannya yang menderita. Raut wajahnya sangat sedih seperti sedang menahan sakit. "…baiklah, aku permisi hokage-sama", lanjut sasuke berbalik badan hendak meninggalkan ruangan.
Naruto langsung berdiri dan menarik lengan baju sasuke, "tunggu sasuke!! Maafkan aku.. aku tidak bermaksud…".
Karena lengan bajunya tertarik tiba-tiba, keseimbangan sasuke menjadi hilang. Hampir ia jatuh ke atas meja naruto. Untungnya sebelah tangan sasuke bereaksi cepat, langsung menopang di atas meja.
Karena kejadian ini, posisi badan naruto dan sasuke menjadi sangat dekat. Kedua wajah hanya berjarak beberapa senti. Sasuke dapat melihat wajah naruto yang menyesal. Dan naruto sendiri juga melihat wajah sasuke yang tampak terluka.
"Naruto…"
Kedua pasang mata itu saling bertatapan. Ruangan menjadi sunyi kembali. Mereka berdua larut dalam pikiran masing-masing. Namun mereka tidak dapat melepaskan pandangannya satu sama lain. Keheningan ruangan tetap terjaga sampai…
JLEP!!
Sebuah kunai tertancap di meja, tepat di samping tangan sasuke. Spontan sasuke dan naruto menoleh ke arah datangnya kunai. Namun orang yang mereka tak sangka sedang berdiri di depan pintu ruangan yang terbuka.
"MINATO!!", teriak sasuke dan naruto berbarengan.
"Eh maaf, tanganku licin nih", ujar minato santai tak berdosa.
Seketika wajah sasuke dan naruto berubah menjadi horor. 'anak ini…apa dia mau membunuhku?', pikir sasuke sambil menjauhkan badannya dari naruto. Naruto langsung melepaskan lengan baju sasuke.
"Baiklah, aku kembali ke markas, dobe", sasuke berjalan ke pintu. Namun sebelum ia mencapai pintu keluar, sasuke menjitak pelan kepala minato yang masih berdiri di depan pintu, "hei, ambil sana kunainya", katanya sambil berlalu pergi.
Melihat kepergian sasuke, naruto mulai panik tidak jelas, 'oh tidak! Aku belum menyelesaikan masalahku barusan dengan sasuke! Haduh gawat, aku dimaafkan tidak ya?!'
Minato bengong melihat panik mode hokagenya, "….naruto-san?"
Naruto mengangkat kepalanya memandang minato dan langsung memukulkan wajahnya pada meja, 'kenapa aku harus berhadapan dengan ayah dan anak pada hari yang sama…aah, hidupku suram..'
--
Di Ichiraku ramen, minato hanya diam dan bingung memandang hokagenya. Sebentar-sebentar naruto menghela nafas, dan memakan ramennya tidak begitu bersemangat. Padahal biasanya naruto memakan ramennya dengan lahap seolah-olah ramen yang ada di depannya adalah satu-satunya makanan yang tersisa di dunia.
Minato menduga ini akibat peristiwa yang terjadi antara ayahnya dan dengan rokudaimenya itu. Sebelumnya minato sudah curiga karena tidak biasanya ruangan hokage begitu sepi. Setelah mengintip ke dalam, ia menemukan posisi ayahnya sangat dekat dengan sang hokage. Minato melihat ekspresi aneh antara dua orang pria yang sangat disayanginya itu, ekspresi antara sesal dan terluka. Karena itulah minato mengambil inisiatif dengan…..melempar kunai, 'bukan berarti aku cemburu…bukan,bukan'
"Naruto-san", panggil minato.
Naruto menoleh kaget namun ia tersenyum, "maaf aku melamun, ada apa minato-chan?"
"….naruto-san…apa naruto-san naksir pada tousan?", tanya minato tiba-tiba.
Pertanyaan minato membuat muka naruto merah padam. Sambil terbata-bata, naruto menjawab, "e-eh..apa?..ma..mana mungkin a-aku suka pada teme si-sial itu"
Batin minato mencelos, 'cih, dari reaksinya saja sudah ketahuan. Rupanya aku memang tidak ada kesempatan'
"Haduh minato…kamu jangan nanya pertanyaan aneh seperti itu… loh? Ngomong-ngomong kolnya ga kamu makan?", naruto mengalihkan pembicaraan, "kamu tidak suka kol ya?"
Minato menjawab sambil menghela nafas, "bukannya tidak suka, hanya saja aku tidak punya perasaan khusus terhadap kol"
"Hah?...minato-chan itu kan hanya makanan", ujar naruto bingung. 'apa dia benar-benar anak sasuke', tanya naruto dalam hati.
--
"Jadi tidak ada kelas?", tanya naruto lagi.
"Bukannya tidak ada, hanya setengah hari belajar. Iruka-sensei harus rapat dengan guru lainnya"
"hmmm"
Setelah puas makan dari Ichiraku ramen, naruto dan minato segera kembali ke kantor hokage, mengingat pekerjaan naruto banyak yang belum selesai. Berhubung tidak ada kesibukan, minato berencana menghabiskan hari bersama naruto. Mereka berdua berjalan berdampingan di sepanjang hokage tower menuju ruang kerja hokage
Sebelum mencapai pintu ruangan hokage, dari dalam terdengar suara pembicaraan serius beberapa orang, 'eh, siapa? Dari suaranya seperti sakura dan shikamaru..', tebak naruto dalam hati.
Namun tepat sebelum naruto membuka pintu, terdengar pembicaraan yang membuat naruto dan minato langsung menoleh satu sama lain.
"…aku kasihan jika minato tahu kenyataan bahwa ibunya sebenarnya masih ada di desa ini…"
Mendengar berita ini, baik dari pihak naruto maupun minato, hanya terkejut tak menyangka.
'Ibunya minato…'
'Kaasan…'
'…MASIH ADA DI KONOHA INI?!'
--TBC—
Hooh, akhirnya kebikin juga. Untuk editorku Aria TheChesireCat, terima kasih banyak atas masukan dan usahamu. Ga marathon kan? Sekalian untuk Hatake Ghee, lanjutin tuh fanfic!! Udah ditagih produseeer… untuk sekarang ga ada ide baru lagi deh! sambil sembunyi di belakang meja gambar. Semangat my minions!!
Ok, kritikan diterima, flame dibalas bakar…
