Warning :Gray!Harry, Slytherin!Harry, Draco-And-Harry-Are-Friends, Good!Severus, No-Pairing, Fake-Prophecy,Semi-Canon,Semi-AU,Harry-Can-Do-A-Wandless-Magic-But-Not-Too-Much-Yet,Probably-Will-Be-The-Next-Dark-Lord, Bahasa Campur ( Indonesia dan English), OOC!Snape-a-little-bit.
A/N :Ini pertama kalinya aku bikin fanfic untuk fandom Harry Potter, jad maaf ya bila banyak kesalahan. Nanti di kasih tau aja ke aku kalo ada yang salah, tapi bukan dalam bentuk Flame yah, karna flame dan saran itu beda jauh.Kalau tetap ngeflame ya mohon maaf, aku ga ladenin karena saya males harus berhadapan dengan orang-orang yang emosi nya masih labil.
Dan yah, ikutin aja alurnya yah, aku sih ada beberapa ending Cuma tergantung mood, karena kemungkinan besar, di tengah-tengah bisa berubah alurnya.For now,Happy Reading and don't forget to review
"Avada Kedavra! "– Normal Speak
"Avada Kedavra!"– Parseltongue and Spells/Charms/Curses
"Avada Kedavra!"Beast/Magical Creatures Speaking
'Avada Kedavra!' Thoughts/dialog dalam hati
ChapterOne :The Boy-Who-Lived-Inside-A-Cupboard
Mr. and Mrs. Dursley, sepasang suami istri yang tinggal di sebuah rumah dengan alamat Privet Drive number 4 selama ini menikmati kehidupan mereka yang damai dan menyenangkan. Mereka adalah orang terakhir yang akan kalian harapkan untuk terlibat dalam hal-hal aneh dan misterius, karena pada intinya mereka tidak percaya pada hal-hal yang mereka anggap omong kosong itu.
Mr. Dursley adalah direktur perusahaan bernama Grunnings.Tubuhnya tinggi besar dan bahkan lehernya pun hampir tidak kelihatan, dia juga memiliki janggut yang lebat.
Sementara Mrs. Dursley memiliki tubuh yang kurus dan rambut pirang, dan lehernya lebih panjang daripada rata-rata wanita lainnya sehingga pada akhirnya lehernya berguna juga untuk memata-matai tetangga-tetangganya. Sepasang Dursley itu juga telah memiliki seorang putra yang mereka namai Dudley dan menurut mereka, tidak ada anak yang sebaik dan sesempurna Dudley kecil mereka.
Keluarga Dursley memiliki semua yang mereka inginkan, tetapi mereka juga memiliki sebuah rahasia, dan rahasia itu ternyata menjadi sebuah rasa takut dimana mereka tidak ingin rahasia ini ditemukan oleh siapapun. Mereka pikir mereka tidak akan bisa membayangkan akan jadi sekacau apa situasi jika seseorang mengetahui bahwa Mrs. Potter adalah saudara perempuan dari Mrs. Dursley, tetapi mereka tidak pernah bertemu satu sama lain selama bertahun-tahun; faktanya, Mrs. Dursley berpura-pura bahwa ia tidak memiliki saudara perempuan, karena saudara nya dan suami tidak bergunanya itu bukanlah orang yang normal.
Dan ketidaknormalan itu-menurut mereka, sepertinya telah menurun pada putra satu-satunya dari Keluarga Potter.
Harry Potter namanya, adalah putra dari seseorang yang Mrs. Dursley sudah tidak anggap sebagai saudara perempuannya semenjak ia mengetahui bahwa saudara perempuannya bukanlah orang yang normal. Lily Potter nee Evans, adalah seorang penyihir yang bersekolah di sekolah khusus sihir, Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry.
Sebenarnya, sudah beberapa kali Lily mengajak Petunia untuk bertemu, tetapi Petunia membenci Lily karena ketidaknormalan nya dan sejak saat itu Petunia membenci sesuatu yang berhubungan dengan sihir.
Seperti bocah berusia 10 tahun yang tinggal di rumahnya ini. Oh, betapa ia ingin untuk meninggalkan dia di panti asuhan. Hanya saja surat ancaman dari Dumbledore mencegahnya untuk melakukan hal itu. Dumbledore bilang mereka boleh melakukan apa saja pada Harry, tetapi mereka tidak boleh membunuhnya, menyebabkan luka mental atau trauma dan juga menelantarkannya di panti asuhan.
Petunia saat ini sedang berada di sofa ruang tamu nya sembari menghela nafas kesal karena memori tentang Lily tiba-tiba saja muncul di kepalanya dan bermain layaknya kaset rusak. Ia melirik kearah dapur dan menemukan Harry yang masih sibuk memasak makan malam.
Sementara yang tengah ditatap hanya melanjutkan pekerjaannya sambil berharap jika ia akan mendapatkan makan malam hari ini. Terakhir kali ia makan itu sekitar tiga hari yang lalu dan dengan semua pekerjaan yang ia lakukan, ia yakin seratus persen bahwa ia tidak akan mampu mengerjakan semua daftar pekerjaan yang Uncle Vernon berikan padanya untuk dilakukan besok.
Tetapi di sisi baiknya, ia menemukan suatu kemampuan mengaggumkan yang hanya bisa dilakukannya seorang. Uncle Vernon selalu memanggilnya freak, jadi ia pikir Uncle Vernon memang benar karena yang ia lakukan itu diluar akal sehat manusia.
Ia pernah berbicara dengan seekor ular tanpa ia sengaja –saat itu ia masih berusia 6 tahun- dan sejak hari itu ia membawa ular itu bersama nya dan menjadikannya sebagai peliharaannya. Dudley tahu hal itu dan tanpa sepengetahuan dirinya, Dudley mencuri ular itu dan membunuhnya.
Di saat hari natal tiba, Harry menerima sebuah kado dari Dudley dan ternyata isinya adalah jasad dari ular yang ia jadikan sebagai peliharaannya. Harry tidak meneteskan air matanya sama sekali. Ia hanya berharap bisa membalas perbuatan Dudley.
Harry benci Keluarga Dursley dan berharapi ia bisa pergi dari tempat ini, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya ia bisa keluar dari lubang neraka ini.
...
Profesor Mcgonagall menatap tajam kepala sekolah Hogwarts, Albus Dumbledore yang tengah menikmati lemon drop nya sambil membaca beberapa hal yang tertera di sebuah kertas dan tiba-tiba saja, penanya bergerak dan menuliskan suatu hal, entah apa itu.
Kemudian sepasang mata biru milik Dumbledore mengalihkan fokusnya kepada Profesor Mcgonagall yang jelas sekali terlihat kesal.
"Minerva, bukankah malam ini kau sibuk dengan detensi yang harus kau berikan kepada beberapa murid dari Gryffindor dan Slytherin?" Tanya Dumbledore sambil kembali menikmati lemon drop nya.
Profesor Mcgonagall diam sejenak sebelum akhirnya ia membuka suaranya. "Surat undangan untuk Harry yang kita kirimkan telah dibakar semua oleh para muggle menjijikan itu. " Profesor Mcgonagall sedikit mendesis di kalimat terakhir.
Ia tahu semua hal yang terjadi pada Harry dan ia berharap ia bisa langsung menjemput Harry dan ia tidak akan biarkan Harry kembali tersiksa oleh keluarga muggle sialan itu. Hanya saja Dumbledore terus mengatakan bahwa keluarga Dursley tidak akan seburuk itu pada Harry.
"Mereka membakarnya? "Tanya Dumbledore bingung.
Hm, sebenarnya ia hanya tidak menyangka nya saja.
"Biarkan aku menjemput Harry! Harry harus tahu jika ia adalah seorang penyihir. Aku akan membawanya ke Gringgots dan Diagon Alley untuk memenuhi perlengkapan sekolahnya." Ucap Profesor Mcgonagall menawarkan diri.
Dalam hati, sebenarnya ia menyesal telah mengikuti kata-kata Dumbledore sepuluh yahun silam. Ia bilang bahwa Harry akan baik-baik saja dan akan hidup dengan bahagia. Tetapi keyataannya, Harry menderita sejak ia tahu caranya berjalan dan berbicara, yakni di usia 5 tahun.
"Maafkan aku, Minerva.Tetapi aku harus menolak keinginanmu untuk menjemput Harry ka-.." Belum selesai Dumbledore berbicara, Profesor Mcgonagall memotong nya dengan nada tinggi yang jelas sekali menggambarkan kekesalannya.
"Apa maksudmu, Albus?! Kau tidak ingin Harry mengetahui jati dirinya sebagai seorang penyihir, begitu? Jika James dan Lily bisa melihat ini, mereka past-.."
"Minerva, aku belum selesai bicara." Seketika ruangan menjadi sunyi dan setelah sepuluh detik kesunyian, Dumbledore berdehem kecil dan melanjutkan penjelasannya yang tertunda.
"Aku tidak pernah bermaksud menyembunyikan identitas Harry yang sebenarnya. Kau mengenalku, kau seharusnya tahu itu, Minerva. Dan aku sudah menemukan seseorang yang cocok untuk membantu Harry dalam mendapatkan perlengkapan sekolahnya.Hanya saja aku takut kalauiaakan marah besar. Tetapi aku berharap ia bisa memperbaiki hubungannya dengan keluarga Potter lewat Harry.." Dumbledore mengedipkan mata kanannya kearah Profesor Mcgonagall yang terlihat cukup senang dengan penjelasannya, namun seketika menjadi penasaran dengan siapa orang yang akan menemani Harry.
"Siapa?"
Severus Snape berjalan cepat sembari menggerutu sesekali setelah ia selesai mengajar Potion di kelas tahun kelima yang di isi oleh murid-murid dari Gryffindor dan Slytherin. Terkadang ia berpikir betapa beruntungnya ia bisa tetap waras setelah menjadi guru selama bertahun-tahun dan menghadapi murid-murid Gryffindor yang rata-rata adalah para idiot yang memiliki nyali yang tinggi tanpa memikirkan bahaya dan resiko akan keputusan yang akan mereka ambil.
Ia memasuki ruang kantor nya dan melihat kearah jam dan ia teringat bahwa ia harus menemui sang Kepala Sekolah Hogwarts untuk rapat entah apa itu. Severus meletakan semua buku yang ia bawa di meja nya dengan rapi dan mengeluarkan tongkat sihirnya untuk mengunci pintu.
"Colloportus " Bisiknya dan seketika itu juga suara pintu terkunci terdengar dan Severus menyimpan tongkat sihirnya dan berjalan menuju ruang kepala sekolah.
Sesampainya di depan kantor Dumbledore, Severus membisikkan password agar ia bisa masuk kedalam ruangan sang kepala sekolah.
"Acid Pops."
Pintu pun terbuka dan Severus masuk kedalam ruangan dengan ekspresi monoton. Dumbledore yang menyadari kedatangan Severus pun memberikan senyuman pada Severus.
"Ah, Profesor Snape. Lemon drop?" Tawar Dumbledore.
Severus menggeleng pelan. "Tidak, terima kasih atas tawarannya, Profesor." Jawab Severus singkat.
Setelahnya, Dumbledore menjelaskan apa tujuannya memanggil Severus dan setelah Severus mendengar dan mencerna semua yang Dumbledore katakan, Dumbledore bisa melihat tatapan sinis yang langsung terbit di wajah Severus.
"Kau berharap aku menemani anak dari James Potter? Aku yakin anak itu akan sama saja seperti ayahnya. Seorang idiot yang sombong. Ditambah, ia juga terkenal, tentu hal itu akan meninggikan ego nya." Kata Severus dengan nada dingin daripada nada bertanya.
"Tapi Harry adalah anak dari Lily juga, Severus. Dan aku tidak yakin jika ia akan sama seperti ayahnya. Pasti ada hal yang ia warisi dari Lily." Severus terdiam seketika saat mendengar Dumbledore mengatakan hal yang tampak seperti mantra sihir setara stupefy.
Hingga mereka akhirnya menghabiskan waktu 10 menit untuk berdiskusi dan setelahnya Severus meninggalkan Dumbledore setelah dengan berat hati menerima tugas yang diberikan Dumbledore. Dumbledore hanya tersenyum kecil sembari kembali menikmati lemon drop nya itu.
...
Harry mengeluh kecil disaat ia harus mengurus tanaman-tanaman milik Petunia di udara yang dingin setelah hujan lebat hari itu, Harry tersenyum sedih.
Hari ini merupakan hari ulang tahunnya yang ke sebelas dan hari ulang tahunnya berjalan sama seperti biasanya, kelaparan dan kelelahan karena begitu banyak pekerjaan orang dewasa yang harus diselesaikan oleh seorang anak berumur sebelas tahun dalam sehari.
Ia bisa mencium wangi masakan Aunt Petunia yang membuat perutnya berbunyi. Untung saja tidak ada Dudley ditaman. Jika tidak, maka ia akan dihajar oleh Uncle Vernon karena hal ini.
Harry kembali mencabuti rumput-rumput sambil memikirkan memori dari Aunt Petunia yang ia dapatkan pagi ini. Ia hanya ingin mengetahui bagaimana cara kerja kemampuan untuk melihat memori didalam kepala orang lain seperti yang telah ia lakukan tadi pagi.
Harry telah mengetahui kemampuan ini saat usianya masih 8 tahun. Dan saat itu ia juga menemukan kemampuan lainnya bahwa ia mampu menggerakan benda-benda, bahkan membetulkan barang yang rusak.
Harry menggelengkan kepalanya perlahan dan mulai fokus memikirkan memori yang ia lihat dari Aunt Petunia. Ia ingat ia melihat Aunt Petunia bermain dengan seorang anak perempuan lainnya yang terlihat lebih cantik darinya. Di memori tersebut, ia rasa Aunt Petunia masih berumur sekitar sebelas atau dua belas tahun dan kedua nya bermain di sebuah taman bermain yang Harry tidak tahu ada dimana.
Mungkinkah anak perempuan yang lainnya itu adalah Aunt Marge?
Harry bergidik ngeri dalam hati. Sepertinya tidak mungkin anak perempuan itu adalah bibi tua mengerikan itu.
Tapi entah mengapa hal itu membuat Harry penasaran.Terlebih disaat memori itu tiba-tiba memperlihatkan Aunt Petunia dan anak perempuan itu berpisah.Harry mengingat nomor peron aneh di stasiun yang ada di ingatan Aunt Petunia.
9 3/4. Nomor peron itu benar-benar aneh dan Harry tidak tahu mengapa, tetapi ia merasa ada suatu hal yang sangat penting disana. Ia berniat untuk melihat memori Aunt Petunia lagi setelah pesta ulang tahun Dudley sudah selesai.
Tetapi, sepertinya ia tidak akan bisa melakukan hal itu disaat ia melihat seorang pria dengan pakaian serba hitam berjalan kearah dirinya.Wajah tanpa ekspresi itu membuat Harry takut dan membuat Harry mulai berpikir yang aneh-aneh.
Apakah Uncle Vernon akhirnya menyewa seseorang untuk membunuhnya atau apakah orang ini akan membawanya ke panti asuhan?
"Mr. Potter?"
Harry terdiam selama beberapa saat sebelum mengangguk perlahan. Pria itu kelihatan mengucapkan beberapa hal yang Harry tidak bisa dengar sebelum akhirnya ia mengalihkan perhatiaannya kembali kepada Harry.
"Aku kesini untuk menjemputmu. Bersiaplah dan kemasi barang-barangmu. Jadwalku padat." Kata pria tersebut.
Harry menjadi panik mendadak. Dugaannya benar! Pria ini akan membawanya ke panti asuhan! Harry pun menatap pria itu dengan tatapan memohon.
"Tolong j-jangan bawa aku ke panti asuhan! Aku berjanji tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh dan akan lebih rajin, sir!" Pinta Harry. Sang pria berpakaian hitam itu terlihat semakin kesal dengan hal aneh yang Harry ucapkan.
"Berhenti bicara omong kosong dan kemasi barang-barangmu. Aku sudah bilang kalau aku punya jadwal yang padat, Mr. Potter." Ucap pria itu.
"T-tapi sir.. Uncle Vernon akan memukulku jika ia melihat aku mengemasi barang-barangku.. tidak bisakah kau tinggalkan aku saja? Aku tidak ingin ikut anda ke panti asuhan, sir.." Ucap Harry dengan nada memelas. Ia hampir saja menangis tapi ia tahan air mata yang ingin keluar. Uncle Vernon benci melihat ia menangis dan akan menghajarnya bila ia melihat Harry menangis.
Sebelum pria yang kita ketahui adalah Severus Snape itu mengeluarkan suaranya, sebuah suara pintu terbanting pun mengalihkan perhatiannya dan ia dapat melihat seorang pria berbadan besar, yah sebesar paus melangkah dengan cepat kearah Harry dan ia menarik kerah baju Harry yang terlalu besar ukurannya itu dan meninjunya di wajahnya.
Harry meringis dalam hati saat ia terjatuh ke tanah setelah menerima tinjuan dari Uncle Vernon dan ia harus menahan air mata yang ingin turun ini agar ia tidak menerima tinjuan atau pukulan apapun lagi.
"SUDAH KUBILANG UNTUK TIDAK BERBICARA DENGAN ORANG YANG TIDAK KAU KENAL, FREAK! DAN KEMBALI BEKERJA JIKA KAU INGIN MENDAPATKAN MAKAN MALAM!" Severus cukup kaget melihat kejadian yang terjadi didepannya.
Ia kira, Harry Potter akan sama saja seperti ayahnya, tetapi rupanya ia salah. Harry sama seperti saat ia masih kecil dulu. Amarah Severus pun memuncak dan ia melangkahkan kakinya menuju Vernon yang balas menatapnya dengan tatapan menantang.
"Siapa kau dan beraninya kau menginjakkan kakimu di rumahku!" Seandainya Ia bukanlah salah satu dari professor di Hogwarts, ia pasti sudah melemparkan kutukan kematian Avada Kedavra pada pria idiot didepannya ini.
Sebelum Severus sempat mengatakan apapun, datang lagi suara lainnya dengan nada menjengkelkan yang membuat telinga Severus sakit.
"Vernon, ada apa lag-..KAU!!!" Petunia menunjuk kearah Severus yang menyeringai kecil kearahnya.
"Lama tidak berjumpa, Tunney. Aku tidak percaya kau ingin menikahi paus gemuk ini." Ejek Severus dengan nada monoton, yang tentunya membuat Petunia naik pitam.
Sementara Harry yang tidak pengerti dengan apa yang terjadi hanya diam menonton apa yang terjadi dari pojok taman. Ia tidak ingin menjadi sasaran empuk disaat Uncle Vernon meledak.
Petunia yang melihat Harry ada di pojok taman pun menyuruhnya untuk masuk kedalam rumah.Harry baru saja bangun dari posisi duduknya, namun tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menyentuh pundak kirinya dan membuatnya kembali duduk.
"Harry akan ikut denganku apapun kondisinya. Kalian tidak berhak untuk melarangku ataupun melarangnya." Kata Severus dengan nada dingin. Sementara Harry hanya menelan ludahnya gugup.
"Aku tidak akan membiarkannya diracuni oleh omong kosong yang kau percaya ada, Snape!"
"Kau punya waktu selama 10 tahun untuk membuatnya tidak percaya dengan hal yang kau sebut omong kosong.Tetapi sepertinya kalian gagal melakukannya. Maka, karena kalian telah gagal, kalian tidak berhak untuk ikut campur dalam segala urusan Harry. Dan sebelum kita pergi dari sini," Severus melirik kearah Harry kembali.
"Cepat kemasi barang-barangmu." Ujarnya dengan penuh penekanan. Harry mengangguk dan berjalan menuju kamar yang sebenarnya adalah lemari dibawah tangga.
Severus yang mengikutinya pun merasa seperti ia dipermainkan.
"Jangan bercanda sekarang, Potter!Pergi ke kamarmu dan kemasi barang-barangmu."
"T-Tapi.. ini kamarku.. Sir.." Ujar Harry lirih dan agak takut.Tentu saja, pria ini mampu membuat Uncle Vernon dan Aunt Petunia diam tak bergeming seperti itu.
Amarah Severus semakin meluap-luap. Jadi, selama 11 tahun ini, pahlawan dunia sihir ini diperlakukan seperti House Elf dan memiliki cupboard sebagai kamarnya?
Dasar muggle tidak tahu diri! Seharusnya mereka merasa beruntung memliki seorang penyihir di keluarga mereka yang mampu melindungi mereka!
Severus melirik kedalam cupboard Harry dan melihat bahwa tidak ada satupun barang layak yang dapat dibawa. Menghela nafas, ia menggandeng tangan Harry dan pergi keluar dari rumah paus gemuk itu dan tiba-tiba saja Harry merasa kegelapan menyerangnya dan hal terakhir yang di ingatnya ialah suara pria yang telah menyelamatkannya dari lubang neraka itu memanggil namanya.
TBC
Review Please :)
