Disclaimer : Masashi Kishimoto-sensei

Warning : OOC, TYPO, Gaje Abiiiiiiiiizzzzz, cerita yang menyinggung si Author, pokoknya banyak kekurangan...

Makanya, Read n Review, okeee

This is my third fic, I hope you will like it...

Happy Reading, Minna-Chaaan~~~

muaach :*

.

.

Who is he?

.

.

"Tunggu! Nimi, Tunggu aku!" teriak Hinano sambil terus berlari mengejar gadis berambut hitam di depannya itu. Nafasnya terdengar sangat memburu dan keringat yang membasahi wajahnya tampak tak ia hiraukan. Yang terpenting adalah mengejar gadis berambut hitam yang tengah menangis sambil berlari itu.

"Nimi!"

Ia menggamit lengat gadis beriris hijau itu, kemudian mengecup lembut bibir cherry-nya.

Hening...

Mereka berdua tampak terdiam dengan kejadian itu. Kemudian, laki-laki beriris hitam itu membuka mulutnya,

"Maaf, selama ini aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan, tapi percayalah... aku benar-benar mencintaimu." Kata laki-laki bermata hitam onyx di depannya itu. Laki-laki yang hanya bisa ia lihat dari kejauhan... tak pernah bercakap-cakap, tak pernah bertemu pandang dalam waktu yang lama dan tak pernah terpikir olehnya jika laki-laki itu memiliki perasaan yang sama dengannya.

Mata Nimi terbelalak tak percaya, tapi setelahnya ia tersenyum halus memandang laki-laki yang sangat ia cintai itu.

"I..Iya... aku juga mencintaimu... Hinano-kun." Kata Nimi dengan lembut. Wajahnya memerah sempurna dengan senyum yang terkembang manis di bibir cherry-nya.

Mereka pun berpelukan mesra dengan rembulan yang tampak menyorot kedua insan itu. Bintang-bintang pun tampak mengintip di balik awan-awan putih yang menggumpal, menjadi saksi ikatan benang merah yang sekarang berada di jari manis kedua makhluk tuhan itu. Benang merah yang tak akan putus meski termakan masa dan usia.

.

With love,

...Saphire Namikaze...

.

"Kyaaa... Kisahnya benar-benar romantis sekaaliiii..." teriak seorang gadis berambut pink dengan bando yang berada di kepalanya.

"Iya, Saphire Namikaze benar-benar hebaaat!" teriak gadis lain yang memiliki rambut pirang yang panjang.

Mereka tampak senang sekali setelah membaca novel bercover benang berwarna merah itu.

"Kyaa... aku mau minta tanda tangannya kalau ketemu." kata gadis yang lainnya.

"hm, memangnya kau tahu, siapa Saphire Namikaze-sama?" tanya si rambut pirang sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. wajahnya ia angkat dengan angkuh.

Gadis bersurai ungu itu menggeleng lemah.

"Tidak..." lirihnya.

"Tentu saja! Saphire Namikaze-sama tidak pernah menampakkan wajahnya di media manapun. Padahal novel-novel romantisnya benar-benar mengguncang dunia remaja."kata si surai pink.

Tiba-tiba...

"Selamat Pagi..." teriak seorang laki-laki berambut kuning, bermata sebiru laut dengan senyuman semanis madu.

"Ah, Naru-chaan! Selamat pagi.." sapa mereka sambil melambaikan tangannya pada si kuning jabrik.

Laki-laki itu tersenyum kemudian berjalan menuju bangkunya.

"Tumben sekali kalian berkumpul pagi-pagi seperti ini." Tanya si laki-laki blonde berkacamata itu.

"Nah, ini alasannya!" seru mereka sambil menyodorkan sebuah buku tebal dengan cover benang merah dengan semangat ke arah si kuning.

DEG!

Si kuning itu langsung pucat.

.

.

Saphire Namikaze, seorang penulis ternama dengan jumlah penggemar hampir jutaan, karena kebanyakan di antara mereka adalah kaum hawa remaja. Usia sang penulis benar-benar masih belia, 17 tahun. Tapi buku-bukunya siap bersaing dengan penulis professional sekalipun. Tak ada yang tahu siapakah si 'Saphire Namikaze' ini sebenarnya (kecuali tuhan dan keluarganya), yang jelas dia merupakan keturunan dari keluarga Namikaze yang terkenal dengan kekayaannya yang hampir menyamai keluarga Uchiha. Meskipun para Saphirolic (nama kumpulan fans Saphire Namikaze) tahu idola mereka berasal dari keluarga Namikaze, mereka tetap sulit mengetahuinya mengingat orang yang bernama Namikaze bukan hanya 10 atau 20 orang. Ya... para Saphirolic benar-benar penasaran dengan sosok idola mereka, karena si penulis ini tidak pernah memberi tahu identitas dia yang asli dan tak pernah muncul di muka public meskipun peluncuran buku terbarunya.

Ternyata oh ternyata dia adalah nama pena dari seorang Naruto Namikaze! Salah satu murid di Konoha High School berkacamata tebal yang terkenal dengan sifat cerobohnya. Ya... meskipun dia termasuk salah satu Namikaze, para Saphirolic yang ada di sekolahnya mencoret nama Naruto sebagai si Saphire Namikaze. Melihat tingkah konyol dan ceroboh yang sering dilakukan oleh bocah blonde ini, apalagi... Naruto Namikaze sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam masalah cinta atau bisa dibilang dari lahir sampai sekarang ia tidak pernah pacaran! Makanya Saphirolic yakin jika Naruto Namikaze 'si jomblo sejati' bukan Saphire Namikaze dan mereka mencoret namanya dari daftar.

.

.

Naruto berjalan menuju halaman belakang sekolah, di mana dia selalu mendapat inspirasi dari sana. Ya... ia benar-benar betah dengan semilir angin yang meniup surai pirangnya serta daun-daun yang berguguran menambah cantik suasana di sana.

Ia duduk di bawah pohon apel besar yang sangat rindang. Di rebahkannya tubuh tan miliknya di atas rumput yang berwarna hijau muda itu. Perlahan-lahan ia mulai menutup matanya-mencari inspirasi- di dalam otaknya. Bayang-bayang tokoh untuk novel barunya sudah ia pikirkan.

'Hm... aku ingin membuat cerita tentang Yaoi..'gumam Naruto. Ia tampak tersenyum senang, karena sudah mendapatkan pokok ceritanya.

Safir birunya yang berada di belakang kacamata masih terpejam rapat, membayangkan seorang laki-laki bersurai raven yang memiliki mata onyx sehitam malam, berkulit putih porselen membuat tubuhnya kontras dengan warna rambut dan matanya yang berwarna gelap. Naruto kembali tersenyum setelah mendapatkan sosok yang akan menjadi tokoh dalam novel terbarunya.

'Pasti tampan sekali...' Naruto kembali menggumam.

'Nah, bagaimana dengan orang yang akan menjadi kekasih si raven ya...?'Pikir Naruto.

Sejenak ia terdiam, kemudian sebuah senyuman terukir kembali di bibir cherry-nya.

'Apa salahnya jika aku yang menjadi tokohnya...?' Kata Naruto di dalam hati. Senyum manis terpatri di bibirnya.

Naruto semakin jatuh ke dalam alam imajinasinya. Semakin lama semakin terasa sifat tokoh yang sekarang ia bayangkan. Seorang pemuda berambut raven dan seorang pemuda berambut pirang.

Di tengah-tengah asyiknya berimajinasi...

PLUK...

Naruto benar-benar kaget. Ia langsung bangun dan menatap horor benda yang jatuh mengenai kepalanya tadi.

'Buku?!'

"Minggir, Dobe! Minggir!" sebuah suara yang berasal dari atas pohon apel rindang itu membuat ia terdiam sejenak. Mata safirnya menengadah dan...

BRUGH! KREK!

"A...aduuuh..." ringis Naruto sambil mengusap kepalanya. Ia mencoba bangun, tapi ia sadar bahwa ada seseorang yang menimpa tubuhnya.

"Ehm... bisakah anda minggir, senpai?" tanya Naruto dengan sopan. Ia mulai menggeliat gelisah di bawah pemuda yang tak jelas asal usulnya itu.

Tubuh yang lumayan berotot itu mulai terangkat menjauhi tubuh Naruto.

"Hn," Hanya itu yang tergumam dari bibir laki-laki itu.

Setelah sepenuhnya bangkit dari tubuh Naruto, ia mengulurkan tangannya bermaksud membantu orang yang telah ia tindih.

Iris safir Naruto membulat sempurna, setelah ia melihat pemandangan menakjubkan di hadapannya. Seorang laki-laki berambut raven yang berdiri melawan gravitasi dengan iris onyx sehitam malam tampak berdiri dengan angkuh sambil meyodorkan tangannya untuk membantu Naruto. Tapi Naruto hanya diam seribu bahasa karena tokoh yang ada dalam otaknya tadi sudah hadir di depan kedua bola matanya.

Melihat taka ada tanggapan dari Naruto ia menarik tangannya kembali dan menyembunyikannya di saku celananya.

"Anda tidak apa-apa, senpai?"tanya Naruto dengan lembut sambil membenarkan letak kacamatanya, kemudian kedua tangan Naruto memeluk erat buku dengan cover rubah yang menjadi tempat ia menuangkan pokok-pokok ceritanya.

Yang ditanya hanya melirik kemudian berbalik meninggalkan Naruto yang terbengong-bengong.

"Senpai, tunggu senpaiii!" teriak Naruto, Out of Character dia yang sebelumnya. Ia berlari tergopoh-gopoh menyusul pemuda berambut raven di depannya itu.

Si pemuda berseragam yang sama dengan Naruto itu tampak tak menggubris dan terus berjalan.

GREP!

Naruto menahan lengan si raven dengan susah payah di tengah nafasnya yang tersengal-sengal.

"Ada pa lagi, Dobe?" tanyanya dengan nada yang sama ratanya dengan triplek.

Naruto mengerutkan dahinya mencoba mencerna kata-kata si raven yang ada di depannya ini.

"Kau biilang apa tadi?" tanya Naruto penuh selidik.

"Dobe," jawabnya singkat, padat dan menusuk.

"Apa-apaan kau, Teme!" teriak Naruto kesal.

Si raven yang melihat Naruto mengoceh tanpa jeda itu, membuatnya menghela nafas kesal, kemudian berbalik pergi.

"Hoi, aku belum sele..."

GUBRAK!

Naruto tersandung batu yang ada di depannya sehingga mau tak mau ia harus terjatuh dengan tidak elitnya.

Mendengar suara itu, si raven menoleh, kemudian tersenyum geli melihat si blonde berisik tadi sudah tersungkur di atas tanah.

"Memang Dobe" katanya singkat, kemudian ia kembali berjalan meninggalkan Naruto yang bersungut kesal melihat tindakan si raven.

.

.

Naruto kembali ke kelas dengan wajah kusut, kemudian ia duduk di kursinya dan menenggelamkan wajahnya di dalam gelungan tangannya. Ia bernafas sepelan mungkin mencoba membongkar ide-ide yang sedari tadi runyam karena berkali-kali adik kelasnya menjahilinya di belakang sekolah tadi.

PLAK!

"Hei, Naruto! Tumben sekali kau lesu?" tanya laki-laki bertato segitiga di pipinya, a.k.a Kiba.

Naruto masih diam di gelungan tangannya. Pertanyaan Kiba juga seakan diacuhkannya.

"Woi!" seru Kiba kesal,karena tidak dihiraukan Naruto.

Mau bagaimana lagi? Mana mungkin dia mau bilang pada Kiba kalau ia kesulitan menentukan awal cerita novel terbarunya. Habislah dia kalau Kiba merasa curiga padanya.

Sebenarnya Naruto tak bermaksud menyembunyikan wajahnya dibalik topeng, hanya saja ia merasa malu jika pujian menghujani dirinya. Ia hanya berharap para penggemarnya tidak terlalu fanatik dengan dirinya dan Naruto tipe yang tak mau memberi tahu ide ceritanya sebelum sempurna ia karang.

Awalnya Naruto hanya iseng saja menulis novel, karena memang ia benar-benar hobi menulis. Ia kira novel pertamanya yang berjudul 'Too High' tidak bisa menyedot perhatian publik, tapi malah sebaliknya, novelnya menjadi Mega Best Seller dalam waktu sebulan. Bahkan ada perusahaan perfilman yang ingin menjadikan film cerita novel Naruto yang pertama itu. Sayang, Naruto menolaknya karena beralasan kalau novel itu belum layak untuk difilm-kan, 'terlalu banyak kekurangan', katanya tentu saja melalui tangan kanan ayahnya, Iruka, yang juga menjadi juru bicaranya.

.

.

Naruto tampak menulis dengan khusyu' ide yang ada dalam pikirannya di atas buku tulis bercover rubah itu. Sesekali ia tersenyum senang dengan idenya.

"Hm, Sakura... apakah kau fujoshi?" tanya Naruto tiba-tiba saat Sakura mengerumun bersama teman-temannya.

Mendengar itu Sakura tersenyum riang.

"Tentu Saja!" teriaknya girang.

"Mereka juga fujoshi, malah lebih akut dibanding aku." Kata Sakura sambil menunjuk teman-temannya. Ia tampak tersenyum bangga.

"Hm... begitu." Kata Naruto. Ia mengangkat bahunya sebentar, kemudian kembali sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Memangnya kenapa?" tanya Sakura heran.

Naruto diam sebentar,

"Hm... Aku heran, kenapa kau menyetujui percintaan sesama lelaki." Kata Naruto polos sambil menggigit penanya, mencoba mencari ide baru.

Dahi lebar milik Sakura mengerut meminta penjelasan pada si blonde yang ada di depannya itu. Tapi si blonde yang sedari tadi ia tatap dengan mata tajam membunuh tetap asyik dengan dirinya sendiri.

.

Saat Istirahat..

Naruto tampak asyik dengan imajinasinya saat ini. Mencoba membayangkan setiap adegan yang diperankan oleh kedua tokoh imajinernya yang ternyata memang berada di dunia nyata. Ya.. dia sendiri tidak menyangka jika di dunia ini dia bisa melihat tokoh yang beberapa menit setelah tokoh itu tergambar di otaknya. Sipa sangka? Tuhanlah yang mengatur semuanya.

Hm, kau senang sekali berada di sini." Kata sebuah suara baritone yang tidak asing di telinga Naruto. Ia langsung membuka matanya, kemudian mencari orang yang terdengar menyapanya tadi.

"HAYATOOO?!" pekik Naruto tanpa sadar setelah melihat sosok pemuda bersura raven dan bermata sehitam malam itu.

Pemuda yang berada di depan Naruto tampak mengangkat alisnya sebelah.

"Hayato?" tanya Sasuke sambil menyipitkan matanya.

Iris safir milik Naruto melotot kaget karena baru saja ia hampir membongkar identitasnya secara tidak langsung. Ya.. ia menamai tokoh laki-laki raven yang akan ada dalam novelnya dengan nama 'Hayato'. Makanya tanpa sadar ia menyebut nama Hayato karena tiba-tiba melihat si raven yang duduk di sampingnya itu.

"Hn, Dobe." Kata Sasuke dengan polos. Ia tampak menyandarkan tubuhnya di bawah pohon apel yang sama dengan Naruto.

Ia tidak sadar jika dahi orang yang berada di sampingnya itu berkedut marah mendengar hinaan dari si pemilik surai raven itu.

"Berhenti mengejekku, Teme-senpai." Teriak Naruto kesal. Wajahnya memerah melihat ke-dataran orang yang ada di depannya ini.

"Sasuke, aku sasuke." Kata pemilik surai raven itu.

Naruto menautkan alisnya mendengar jawaban dari hal yang tidak ditanyakan oleh dirinya itu.

"Huh, memangnya aku tanya, HEH? Sa-Su-Ke? Tanya Naruto sarkatis. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Tak lama kemudian Naruto menoleh bermaksud untuk bertanya dengan laki-laki raven di sampingnya itu.

"Hum, senpai kelas berapa, ya? Kok aku baru sekarang bertemu senpai? Apakah senpai murid pindahan?"

Pertanyaan menghujani si raven berwajah triplek itu.

"Hn, aku kelas 1A Akselerasi." Kata Si raven sambil menyeringai. Seringaian yang sulit untuk ditafsirkan oleh siapapun, termasuk Naruto.

"Oh, kelas 1, ya... Hm... (?) NA..NANII? kelas 1?" pekik Naruto tak percaya bahwa si raven bertubuh maskulin yang memiliki tinggi 5 senti di atasnya adalah murid kelas 1!

"Kau serius?"

Naruto mengerutkan dahinya sambil memiringkan kepalanya sedikit.

Sasuke menghela nafas kemudian seringaian kembali bertengger di bibirnya.

"Salahkan dirimu yang lebih pendek dan kurus dari aku, Saphire Namikaze..." Kata Sasuke dengan nada datar dan ada sedikit penekanan saat ia menyebutkan 'Saphire Namikaze'.

JGERR!

Naruto merasa tubuhnya tersambar petir setelah mendengar nama penanya di sebut oleh Sasuke.

.

.

TBC

To

Be

Continued...

Read n Review, pliiiissss

.

.

Huweee... lega juga akhirnya, kalau US n paraktek dah lewaaat...

Padahal janjinya 3 bulan gak mau buka fic, tapi...

Huweee... tangan Miyu udah gatel minta ampun karena gak tahan mau nulis cerita...

Tapi, Miyu akan tetap berusaha bwt tetap fokuuus...

Oh iya,

Ini fic hadiah bwt reader, soalnya Miyu bisa masuk 5 besar di Try Out Akbar minggu lalu...

Cihuuuy..

#Tebar Bunga... n coklat...

Jangan lupa di read ya...

#Your reviews so meant for me...