Semester ajaran baru telah di mulai kembali. Suasana kompleks perumahan mulai ramai oleh mahasiswa yang kembali menghuni indikos tambahan dengan mahasiswa baru pula. Bagi pemilik indikos itu merupakan pundi-pundi uang dalam rekening tapi bagiku ini merupakan saatnya bereaksi memergoki si mesum Jongin menyelinap ke kamar para mahasiswa baru dan melaporkannya kepada Ibu.
Aku telah bersiap dengan teropong di tangan. Sebungkus keripik kentang juga es serut terlihat menggiurkan pada kusen jendela kamar yang tengah ku duduki. Dua menit yang lalu, Jongin keluar dari rumah dan aku telah bisa menebak jika tujuannya adalah rumah indikos samping untuk menggoda setiap penghuni yang ada disana.
Sosoknya tertangkap jelas dari teropong milikku. Dia masuk menjelajah pada setiap lorong menaiki tangga menuju lantai dua.
Aku tau tentang seorang mahasiswa bernama Do Kyungsoo yang telah menjadi incaran Jongin sejak awal kepindahannya ke indikos itu. Jongin selalu menemuinya, menggoda bahkan memeluknya dengan kurang ajar.
Aku tidak cemburu demi Tuhan. Hanya saja aku tidak menyangka adikku yang masih SMA sudah sebejat itu menggoda mahasiswa judes seperti Kyungsoo. Aku telah melaporkan kepada Ibu namun Jongin bilang aku memfitnahnya dan inilah mengapa aku berada di jendela kamar kini dengan sebuah teropong yang tak lepas menyatu dengan mata.
Jongin berdiri di depan kamar Kyungsoo dan mahasiswa bermata bulat itu keluar dengan sebuah keranjang pakaian cuciannya di tangan. Jongin lekas mengambil alih keranjang itu, bertingkah sok jantan yang nyatanya meletakkan sepatu pada rak saja tak bisa di lakukan ketika di rumah.
Aku bersiap mengambil ponsel lantas memotret pemandangan itu dengan sepasang tanduk terpasang di kepala.
'Habis riwayatmu hari ini bocah!'
Setelah mendapatkan gambar itu aku lekas mengikuti sosok keduanya naik ke atap dengan gelak tawa aneh di sela perjalanan itu. Sosok keduanya lalu menghilang pada persimpangan dan aku berganti menanti menatap lekat pada atap menunggu kedatangan mereka disana.
Tapi kemana kedua orang itu?
Aku menghitung jam dan menyadari telah bermenit-menit berlalu namun sosok Jongin dan Kyungsoo tak lagi tertangkap teropong milikku.
"Sial! Jangan-jangan mereka mesum di lorong!"
Aku memicingkan mata pada seluruh sudut atap itu dan menemukan dua orang yang lain berada disana. Itu Chanyeol dan Baekhyun. Aku mengenal keduanya walaupun tak cukup akrab sebagai tetangga.
"Eh?"
Aku menyipitkan mata mengikuti Chanyeol yang mendekati Baekhyun. Keranjang pakaian di tangan dia letakkan pada lantai lalu merunduk meraih sesuatu dari keranjang pakaian milik Baekhyun.
"EH!"
Aku terkejut luar biasa.
"APA-APAAN!" Lalu tak sadar memaki dengan retina menangkap Chanyeol mengambil celana dalam milik Baekhyun. Benar, celana dalam alias kolor.
Baekhyun tak terlihat marah bahkan ikut mengambil kolor milik Chanyeol di dalam keranjang milik mahasiswa tinggi itu. Dua kain berbahan kecil itu keduanya goyang-goyangkan di udara sebelum tertawa bersama seolah benda itu merupakan stand up comedy.
"Apa yang keduanya lakukan?"
Chanyeol membentangkan kolor milik Baekhyun lalu memerasnya kuat hingga air yang menyatu pada kain itu terkuras habis. Dia mengibaskannya kemudian lalu memasukkan lingkaran pinggul itu pada kepalanya. Satu celah paha di miringkan guna mampu melihat leluasa dengan satu mata.
"DEHEK!" aku tak bisa untuk tidak terlonjak.
Dan kemudian terjungkal ketika Baekhyun memakai kolor Chanyeol pada kepalanya pula. Keduanya tertawa lagi, lebih keras sembari bergoyang pinggul.
"ASTAGA NAGA!" Aku tak tahan untuk tidak berteriak. Aku melepaskan teropong itu dari mataku dan berdiri pada kusen jendela.
"OY PARK CHANYEOL! BYUN BAEKHYUN!" Aku berteriak sekeras mungkin memanggil keduanya.
Namun tampaknya mereka tak mendengar.
"CHANYEOOOOLLLL BAEKHYYUUUUUNNN!" Aku berteriak lagi.
Tawa keduanya terhenti, kepala celingukan kesana kemari mencari asal suara dan aku kembali berteriak.
"DISINI! OY DISINI!"
Pandangan Chanyeol dan Baekhyun terhenti serempak padaku. Keduanya menatap lama lalu kemudian berjalan mendekati pembatas beton atap agar lebih dekat pada posisiku.
"ADA APA JONGDAE!?" Suara Chanyeol menggelegar terdengar.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN!?" Aku menunjuk kepalaku sendiri lalu menunjuk kepala keduanya.
Chanyeol reflek memegang kepalanyaㅡtepatnya pada kolor milik Baekhyun yang membalut puncak tubuhnya itu. Baekhyun turut melakukan hal yang sama lalu keduanya berpandangan dengan bingung.
"APA YANG KAMI LAKUKAN!?" Itu Baekhyun berteriak.
Aku nyaris terjungkal dengan respon yang kudapat.
"KO-KOLOR!" aku berusaha keras tak membuat suaraku menggelegar terdengar. Terlebih dengan satu kata keramat kolor yang bisa saja seluruh kompleks mendengarnya.
"KOLOR!?" keduanya mengulang serempak. "YA KAMI MEMANG PAKAI KOLOR DI KEPALA, ADA APA MEMANGNYA? KAU MAU PAKAI JUGA?!"
Dan aku benar-benar terjatuh ke dalam kamarku. "DEHEK!" Aku cepat-cepat berdiri lagi pada jendela dan menunjuk murka keduanya.
"APA KALIAN TENGAH SINTING!?" Aku bertanya tak habis pikir. Aku tak pernah tau jika penghuni indikos di samping rumahku ada pasien rumah sakit jiwa yang kabur lantas menyamar menjadi mahasiswa.
"KAMI TIDAK SINTING JONGDAE, KAMI IMUT!"
"HUWAT!"
"SUDAH YA, KAMI SEDANG SIBUK! KAPAN-KAPAN SAJA KITA MENGOBROLNYA!"
"..."
tamat
Ini garing tapi udah diketik jadi kupikir sia2 jempolku keram kalo ga di post wkwk
Makasih udah baca dan selamat berweekend ria semua~
