a/n: Assalamu'alaykum sahabat, huwa... Ini pertama kalinya vea masukkin fic ke fandom Vocaloid. Sebenarnya vea udah agak lama jadi readers di fandom ini, tapi, baru kali ini ada sedikit ide untuk membuat fic di sini. Oleh karena itu, vea minta kritik dan sarannya dari para senpai-senpai sini.
Vea harap, readers akan menyukai fic vea. Mungkin chapter ini akan sangat pendek, yah bisa dibilang ini masih prolog nya, insya allah ke depannya akan vea perpanjang. Selamat membaca ya!^^
Mélodie de L'amour
Vocaloid © Yamaha Corp dkk
Mélodie de L'amour © Invea
Warning : GaJe! OOC! Aneh! Ngga Rame! Typo! Miss-typo! Kurang Pendeskripsian! Kependekan! De eL eL
.
.
Ketika bulan purnama tiba, dan bebintang menghias dengan sinar-sinarnya yang terang benderang, kau dapat mendengar melodi indah dibalik kerasnya ombak yang menerjang batu karang. Sebuah melodi cinta yang dinyanyikan putri duyung untuk pangerannya. Nada cinta pelampiasan dari beban perasaan mengganjal yang dibatasi oleh takdir.
.
.
Len menutup buku dongeng di hadapanku. The Little Mermaid. Mungkin itu merupakan dongeng yang sudah tidak asing lagi. Tentang sebuah kisah cinta yang berakhir ironis, sama ironisnya dengan Romeo dan Juliet.
Pemuda blonde hair itu kemudian menghembuskan nafas─pelan. Ia renggangkan otot-otot badannya. Rasanya sedikit kaku. Diliriknya jam dinding bermotifkan pisang yang tertempel di dinding kamarnya. Jarum pendek jam itu menunjuk pada angka 10, sementara jarum panjangnya menunjuk pada angka 3. Berarti sudah 2 jam lebih ia terduduk diam membaca sekumpulan buku-buku lama yang ada di rakku.
Awalnya pemuda itu ingin memilah-milih buku yang terdapat di rak buku. Yang sudah tidak ku pakai inginnya ku sumbangkan ke sebuah panti asuhan. Eh, ternyata dia malah keasyikan membaca buku-buku itu.
Dia kemudian menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur. Tahun ini usianya 15 tahun. Bisa dibilang ini adalah awal-awal masa remajanya. Mata biru safirnya menatap lekat langit-langit kamarnya. Sepi, hanya terdapat sebuah lampu di sana. Ia arahkan pandangannya kini menuju jendela.
Splash─! Terlihat ada sebuah sirip berwarna orange kekuningan yang menghempas deburan ombak di pantai. Setelah itu, tak ada lagi yang nampak.
'Apa itu ikan? Tapi jenis ikan apa? Sirip ekornya terlihat cukup besar,' gumamnya dalam hati.
Kilauan sinar mentari dipantulkan oleh air laut. Pantulannya begitu menyilaukan matanya. Diurungkannya niat untuk tidur. Dia pun berpikir untuk berjalan-jalan ke kota. Ia rasa itu bukanlah hal yang buruk. Mungkin dia dapat menemukan buku-buku terbaru di sana.
.
.
Waktu menunjukkan pukul 17.00 ketika Len keluar dari sebuah toko buku.
"Fuh, tak ada buku yang bagus," gumamnya. Ia kemudian berjalan kembali menuju rumahnya yang terletak di dekat sebuah pantai. Pandangannya terhenti saat melihat sebuah toko CD yang berada tak jauh dari pantai. Ditatapnya arloji hitam yang menempel di pergelangan tangan kirinya.
'Mendengarkan musik mungkin asyik juga,' pikirnya. Ia pun lalu memasuki toko itu. Didengarkannya beberapa musik-musik terbaru. Mulai dari pop, rock, jazz, hip hop, rap, country, dan beberapa jenis musik lainnya. Len hanya menggeleng pelan mendengar semua lagu-lagu itu.
'Tak ada yang bagus,' ujarnya dalam hati. Ia kemudian melepaskan headset yang terdapat di sana.
"~Daijoubu, daijoubu... ii kikaseru..Madowasete tomadotta sono yubisaki de furete..." Telinga Len berdiri tegak. Samar-samar dia mendengar suara seorang gadis. Ia pertajam telinganya.
"Aa... Koe wa kikoeru? Lalala..."
Pemuda blonde hair itu kemudian keluar toko, mencari ke arah sumber suara. Ia berlari mengikuti nada-nada yang mengalun diiringi deburan ombak. Suara itu rupanya berasal dari pantai.
Di balik sinar cahaya sunset, seorang gadis berambut blonde hair tengah bernyanyi di atas sebuah batu karang yang cukup besar. Rupanya itulah asal suaranya. Len terpaku menatapnya. Ia mendengarkan senandung yang dinyanyikan oleh gadis itu.
"Siapa kamu?" tanya pemuda itu. Gadis itu berbalik, menatap Len. Kini pandangan mereka saling beradu. Blue sapphire bertemu dengan blue sapphire. Gadis itu kemudian menutupi dada dan sebagian wajahnya dengan ekornya. Len terpaku.
'Putri duyung?' tanyanya dalam hati. Gadis itu kemudian melompat turun, masuk ke dalam permukaan lain. Len hendak menyusulnya, namun, bulan dan bintang yang mulai bersinar membuatnya mengurungkan niatnya. Ia pun lalu melangkahkan kakinya menuju kediamannya.
.
.
Len terpaku menatap pantai yang kini terbentang jelas di sebalik kaca jendela kamarnya. Sinar bulan purnama membuat kilauan ombak yang menderu begitu indah. Desirannya terdengar jelas ketika menghantam batu karam.
Tidak─! Bukan itu yang saat ini ada dalam pikirannya. Sebenarnya ia tengah memikirkan putri duyung yang baru saja ia temui tadi sore. Rambut pirangnya. Tatapan matanya. Lembut suaranya. Bahkan kibasan ekor gadis itu masih terlintas dalam benaknya.
"Siapa dia sebenarnya?" tanyanya pada bayangan dirinya di kaca jendela. Ia ingin sekali mengenal gadis itu. Ia ingin bertemu kembali dengannya. Jika takdir mengizinkan, ia ingin berteman dengannya. Bukankah menarik jika berteman dengan sesuatu yang unik?
Di tatapnya jam dindingnya, kini menunjukkan pukul 11 malam. Ia kemudian menjatuhkan dirinya ke kasur. Dipeluknya sebuah guling berbentuk pisang yang seukuran dengan tubuhnya. Lambat laun, ia pun hanyut ke dalam mimpinya.
.
.
To Be Continued
.
.
Keep or Delete?
.
.
Review Please?
