Fiore, adalah sebuah Negara dimana didalamnya terdapat banyak sekali perkumpulan-perkumpulan serikat sihir, baik bersifat legal maupun ilegal. Berbagai macam penyihir beserta kemampuan-kemampuannya berkumpul dalam sebuah serikat yang ada didalam Negara ini, dimana masing-masing serikat memiliki sebuah nama.
Nama tersebut menandakan bahwa, setiap serikat memiliki ciri dan kekhususan masing-masing, yang dapat membedakan antara serikat yang satu dengan serikat yang lainnya.
Mari kita intip sedikit aktivitas dari salah satu serikat penyihir yang cukup terkenal di Negara Fiore.
"FAIRY TAIL"
Disclaimmer : Fairy Tail © Hiro Mashima
Story © Trancy Anafeloz
Rate : T
Genre : Romance, Drama, Humor.
Warning : AU , OOC , Typo, alur kecepetan dan sebagainya~
DON'T LIKE? DON'T READ !
.
.
Summary :
Sebuah nama pastilah memiliki kisah tersendiri. Kisah apakah yang ada dibalik nama tersebut? Sedikit kisah-kisah kecil dibalik sebuah nama FAIRY TAIL.
Enjoy Reading ~
Chapter 1
F untuk : Fuyu (Musim Dingin)
Magnolia, salah satu nama kota yang terletak di Negara Fiore. Kota yang indah dimana semua penduduknya hidup dengan damai, tumbuhan hijau nan asri juga tumbuh disetiap sudut kota ini, udara yang sejuk menambah suasana nampak begitu tenang.
Tapi— tunggu dulu!
Jika diperhatikan lagi lebih seksama , kota ini nampak tidak sepenuhnya tenang. Cobalah kalian lihat disalah satu tempat di kota ini, lebih tepatnya coba kalian lihat salah satu serikat sihir yang ada di kota ini.
Mari kita lihat bagian dalam serikat tersebut dengan lebih seksama.
Ramai…
Berisik…
Heboh…
Rusuh…
Itulah yang nampak terlihat didalam sebuah serikat sihir yang ada di kota ini. Tak ada ketenangan didalamnya, hampir seluruh penghuni serikat tersebut saling berkelahi satu sama lain. Bukan, bukan berkelahi dalam artian mereka adalah musuh atau lawan. Mereka berkelahi karena memang itu adalah rutinitas yang memang mereka lakukan hampir setiap hari. Mungkin bisa dibilang itu adalah sebuah— err.. tanda kedekatan dan persahabatan -?-.
Ehm.. baiklah, bagaimana kalau kita mulai saja kisah-kisah kecil yang terjadi didalam serikat ini? Ah! Serikat? Tunggu dulu—
Mungkin akan lebih baik jika kita menyebut serikat itu dengan sebutan namanya saja, agar lebih mudah. Serikat itu bernama Fairy Tail.
»»» oOo «««
Guild Fairy Tail
"Ah— hari ini cuaca dingin sekali," keluh seorang gadis berambut blonde sebahu, Lucy Heartfilia. Yang sedang duduk meringkuk malas disalah satu bangku bar kecil yang terdapat didalam guild. Mirajane, salah satu penyihir Fairy Tail kelas S hanya terkekeh pelan saat mendengar keluhan-keluhan yang terus keluar dari mulut seorang Lucy Heartfilia.
"Kau tidak mengambil misi hari ini, Lucy?" tanya Mirajane pada Lucy sambil mengelap gelas-gelas bening yang ada di rak-rak bar.
"Di cuaca seperti ini, aku malas melakukan apapun," jawab Lucy sekenanya, sambil menatap penghuni-penghuni Guild Fairy Tail yang sedari tadi sibuk dengan kegiatan masing-masing. "Sebenarnya aku ingin mengambil sebuah misi hari ini. Tapi, entah kenapa rasanya malas sekali."
"Hahaha, tidak seharusnya kau bersikap begitu," ucap Mirajane sambil terkekeh pelan, "mungkin kau bisa mengambil sebuah misi kecil-kecilan?" tawar Mira selanjutnya.
"Ah, ya— apa misi kecil-kecilan yang bisa aku ambil hari ini?" tanya Lucy pada Mira yang masih sibuk bergelut dengan gelas-gelasnya -?-.
"Tentu," jawab Mira riang, sambil menyerahkan beberapa selebaran berisi misi-misi atau permintaan-permintaan, kepada Lucy.
Kemudian, Lucy menerima selebaran-selebaran itu. Matanya bergerak kesana-kemari, membaca tulisan yang tertera didalam selebaran tersebut.
Mata Lucy berbinar saat dirasakannya sudah menemukan sebuah misi yang cocok untuk dirinya. "Mira! Aku ambil misi ini!" pekik Lucy semangat.
"Kau yakin, Lucy?" tanya Mirajane.
"Um." Lucy mengangguk antusias dan segera beranjak pergi.
"Baiklah, selamat berjuang Lucy," ucap Mira memberi semangat pada Lucy sambil melambai-lambaikan tangannya.
.
.
.
Lucy melangkahkan kakinya keluar dari Guild Fairy Tail. Walaupun musim ini adalah musim dingin, ia harus tetap semangat menjalankan misi yang sudah ia pilih sendiri. Saat hendak pergi, langkahnya terhenti karena tiba-tiba saja ada orang yang menyapanya didepan pintu masuk Guild.
"Yo.. Lucy," sapa orang itu dengan gaya yang cool, lalu ia mendekati Lucy.
"Gray!" pekik Lucy saat dilihatnya Gray, salah satu rekan setimnya di Fairy Tail sedang berjalan kearahnya dan menyapanya.
"Mau kemana kau?" tanya Gray yang saat ini sudah berdiri dihadapan Lucy.
"Pergi, menjalankan misi," jawab Lucy semangat.
"Misi? Misi apa?"
"Ra-ha-si-a," jawab Lucy mengeja kata-katanya sambil mengedipkan sebelah matanya, "Sudah ya Gray! Jya— "
"Eh, tunggu! Aku ikut!" potong Gray cepat sebelum Lucy menyelesaikan kalimatnya dan berlalu pergi. Alis Lucy saling bertaut, mengernyit heran.
Gray yang melihat raut wajah Lucy yang kebingungan pun akhirnya segera berkata, "Aku nganggur, dari pada bosan lebih baik aku ikut denganmu."
Lucy menghela nafas mendengar penuturan Gray, "Haaah kenapa kau tak ambil misi juga?" tanya Lucy.
"Malas," jawab Gray sekenanya sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Mendengar jawaban Gray, Lucy pun hanya mengangguk pasrah dan berkata, " Baiklah, ayo!"
»»» oOo «««
Saat di perjalanan, Lucy dan Gray jalan beriringan. Gray memperhatikan Lucy dari sudut ekor matanya, dilihatnya Lucy sedang bersenandung kecil.
"Kupikir kau sedang bersama Erza, menjalankan sebuah misi, hmm?" ucap Lucy yang terdengar seperti sebuah pertanyaan di telinga Gray.
"Dia sedang menjalankan sebuah misi tingkat S yang diberikan oleh si kakek tua itu," jawab Gray. Lucy hanya terkekeh pelan saat pendengar jawaban dari salah satu rekan setimnya ini.
"Omong-omong, misi apa sih yang kau ambil hari ini?"
"Hmm? Ra-ha-si-a haha, lagi pula nanti kau juga tahu," jawab Lucy sambil tersenyum, "Hanya sebuah misi kecil-kecilan kok, tidak sesulit misi tingkat S."
Gray hanya bisa mendengus pelan saat mendengar jawaban yang kurang memuaskan dari seorang Lucy Heartfilia.
Kembali mereka melangkahkan kaki secara beriringan, menembus dinginnya udara di musim dingin ini. Mungkin, bagi Gray musim dingin bukanlah hal atau sesuatu yang merepotkan mengingat bahwa dirinya adalah seorang penyihir es. Tapi, bagi Lucy? Ini adalah suatu tantangan bagi hidupnya. Yah, mungkin ini berlebihan tapi memang itulah kenyataannya.
"Oii— "
Langkah Lucy dan Gray seketika terhenti saat dirasakannya ada seseorang yang berteriak ke arah mereka. Lucy dan Gray pun menolehkan kepalanya ke belakang secara bersamaan, lebih tepatnya ke arah sumber suara yang berteriak itu.
"Oii— Luce! Gray!" panggil orang itu sambil berlari ke arah mereka, tak lupa juga ia lambai-lambaikan kedua tangannya.
"Natsu?" gumam Lucy saat dilihatnya seorang pria atau lebih tepatnya salah satu rekan setimnya juga, berlari kearahnya dan Gray.
"Kalian mau kemana? Hah.. hah.." tanya Natsu terengah-engah saat sampai dihadapan Lucy dan Gray.
"Aye! Kalian mau kemana?" tanya mahkluk kecil aneh berwarna biru yang terbang dibelakang Natsu. Happy, nama mahkluk kecil itu. Dia adalah patner Natsu.
"Menjalankan misi," jawab Lucy, "Sedang apa kau disini, Natsu?" lanjut Lucy memberi sebuah pertanyaan.
.
.
.
Hening..
"Ah, apa? misi? BERDUA— ?" pekik Natsu kaget saat mendengar jawaban dari Lucy yang akan melakuakan sebuah misi. Bahkan Natsu tak menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut Lucy saking kagetnya ia mendengar jawaban itu.
"Ayey! Natsu cemburu," goda Happy, "jadi? Kalian melakukan misi berdua?" lanjut Happy memberi pertanyaan pada Lucy dan Gray.
Lucy dan Gray saling berpandangan beberapa saat, sampai akhirnya Lucy yang menjawab pertanyaan Happy. "Ah, sebenarnya hanya aku sendiri yang mengambil misi ini, tapi Gray minta ikut, yasudah."
Alis Natsu berkerut , pandangannya kini tertuju pada sosok Gray yang sedang berdiri disamping Lucy. Gray yang sadar akan tatapan Natsu hanya bisa nyengir kuda.
"Wah, wah ada yang cemburu ayey!" celetuk Happy polos.
"Tidak!" ucap Natsu, "aku juga ikut kalau begitu!" lanjut Natsu dengan nada semangatnya dan agak terdengar sedikit err.. memaksa.
Lucy mengernyitkan sebelah alisnya, heran dengan sikap Natsu. "Kau? Mau ikut juga, Natsu?" tanya Lucy memastikan. Natsu mengangguk pasti, tanda sebagai sebuah jawaban.
Lucy hanya bisa mendengus pelan, "Haaah— kalian ini, baiklah ayo! Tapi kau jangan bersikap yang aneh-aneh ya, Natsu!" perintah Lucy mengingatkan Natsu, sang Dragon Slayer.
"Ayey!" balas Natsu dan Happy berbarengan.
Dan akhirnya mereka bertiga pun— ah! Maksudku mereka berempat dengan Happy tentunya kembali melanjutkan perjalanan.
»»» oOo «««
"APA— ? TEMPAT APA INI— ?" teriak Lucy histeris tak tertahan. Natsu, Gray, dan Happy hanya bisa menutup kedua telinga mereka agar indra pendengaran mereka tidak tuli akibat teriakan super keras dari Lucy.
Saat ini mereka berempat sedang berada di daerah bersalju, tumpukan-tumpukan es putih bersih terpampang jelas didepan mata, satu kata 'dingin'. OMG— bersalju! Disaat musim dingin begini mereka harus pergi ke tempat terkutuk seperti ini? Sungguh ironis bukan?. Tapi, mungkin bagi Natsu dan Gray ini adalah sesuatu yang biasa, mengingat bahwa mereka berdua adalah penyihir tipe es dan tipe api. Bagi Natsu? Mungkin ini tidak ada apa-apanya. Seandainya ia harus terdampar di kutub utara sekalipun, dia masih bisa mengendalikan sihir apinya untuk menghangatkan tubuhnya. Tapi, tidak dengan Lucy, hal ini sungguh membuat dirinya gila mengingat bahwa dia hanyalah seorang penyihir celestial spirit.
"Hei Luce, sebenarnya misi apa sih yang kau ambil?" tanya Natsu heran. Sedangkan Gray hanya mengangguk-angguk setuju dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut Natsu.
"Di dalam misi itu tertulis bahwa aku harus mencari seekor kucing yang hilang, tapi— aku tak menyangka kalau kucing itu hilang di daerah bersalju seperti ini, hueee— " rengek Lucy keras, merutuki kebodohannya karena telah mengambil misi yang tidak jelas seperti ini.
"Ayey! Kalau begitu ayo kita segera cari," ucap Happy semangat.
"Ya, ayo kita cari," ajak Gray.
"Ta-tapi— "
"Tapi kenapa, Luce?" tanya Natsu bingung.
"DINGIN— " teriak Lucy menggema di bukit bersalju itu.
"Kau harus semangat Luce!" pekik Natsu semangat sambil menyeret kedua tangan Lucy. Lucy hanya bisa pasrah menerima perlakuan dari Natsu, sang Dragon Slayer.
"Aye!" pekik Happy tak kalah semangat dari Natsu. Sedangkan Gray? Dia segera mengikuti Natsu dan Lucy dari belakang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, 'Dasar' batin Gray saat melihat tingkah laku tiga rekan setimnya itu.
Pencarian seekor kucing pun dimulai…
.
.
.
4 jam berlalu…
Tak satupun dari mereka yang bisa menemukan keberadaan kucing itu, bahkan Lucy juga sudah meminta bantuan Leo dan Virgo, namun hasilnya tetap nihil.
"Ah— aku menyerah!" pekik Lucy yang langsung ambruk, terduduk dibawah sebuah pohon cemara yang ada disekitar bukit bersalju itu. Uap-uap hangat terus keluar dari lubang hidungnya dan juga mulutnya, menandakan bahwa saat ini ia benar-benar sedang kedinginan.
"Kau yakin?" tanya Gray yang juga ikut ambruk, terduduk di sebelah Lucy sambil menyenderkan punggungnya ke belakang, atau lebih tepatnya ia menyenderkan punggungnya ke batang pohon cemara yang berdiri kokoh itu.
Lucy hanya bisa mendengus pasrah saat mendengar pertanyaan dari Gray. Dilihatnya Gray sedang memejamkan matanya, ah! Mungkin ia kelelahan karena harus berputar-putar mencari si kucing yang menghilang itu. Nafasnya teratur, ia tak nampak seperti orang yang sedang kelelahan ataupun kedinginan. Sama halnya seperti Natsu, pria itu juga terlihat santai-santai saja, seperti tak merasakan betapa dinginnya udara disini.
"Hei Luce, seperti apa ciri-ciri kucing itu?" tanya Natsu, matanya kini teralih pada sesosok binatang yang sedang berdiri tak jauh dari hadapannya. Alisnya berkerut, saat dilihatnya binatang itu seperti sedang memperhatikan dirinya, Lucy, Gray, dan juga Happy.
"Um.." Lucy nampak sedang berfikir, berusaha mengingat-ingat ciri yang dituliskan pada selebaran misi yang sudah ia ambil. Sampai akhirnya ia mengingat semuanya lalu segera ia jawab pertanyaan Natsu, "Bulunya berwarna putih lebat, badannya besar, matanya lebar berbentuk oval, ekornya panjang dan lebar, dahinya melengkung, hidungnya lebar dan melengkung dibagian ujungnya. Sepertinya kucing ini berjenis Maine Coon."
"Luce," panggil Natsu dengan suara yang agak aneh. "Hn?" respon Lucy saat ia mendengar Natsu memanggilnya.
"Sepertinya, ciri-ciri yang kau sebutkan ada didalam diri binatang itu deh," ucap Natsu sambil menunjuk-nunjuk seekor binatang yang sedang berdiri tak jauh dari tempat mereka sekarang. Sontak Lucy, Gray dan Happy langsung menoleh ke arah tempat yang ditunjukan oleh Natsu.
Iris cokelat lucy berbinar-binar saat dilihatnya sesosok binatang kecil yang ditunjukkan oleh Natsu.
"AH— ITU DIA!" pekik Lucy keras sambil melompat berdiri. Lucy segera berlari ke arah sosok binatang atau lebih tepatnya sosok kucing yang sedari tadi ia cari.
Dengan langkah dan gerakan yang cepat ia segera berlari untuk menangkap kucing itu, tak lupa Gray, Natsu, dan Happy pun ikut membantu. Dengan gerakan secepat kilat mereka berusaha menangkap kucing itu agar tidak lari.
Lalu, kucing itu menyeringai.
Tu-tunggu dulu! Menyeringai? What the hell?
Dengan gerakan secepat kilat juga kucing itu berlari, berusaha menghindar dari kejaran Natsu, Lucy, Gray, dan Happy.
"KEMARI KAU KUCING!" teriak Gray yang sudah menghadang kucing itu tepat didepannya, "sekarang kau tidak bisa kemana-kamana lagi," lanjut Gray sambil menyeringai. Natsu yang melihat Gray sedang menghadang si kucing segera berlari ke arah sebaliknya, mencoba menahan si kucing dari belakang.
"Wahahaha, kerja bagus Gray," puji Natsu sambil meremas kedua jari-jari tangannya, "nah sekarang ayo kita tangkap kucing ini."
Gray dan Natsu pun langsung segera menyerbu kucing itu. Lucy juga ikut membantu bersama Happy. Tanpa diduga ternyata kucing itu melompat ke arah Natsu dan lansung mencakar wajah Natsu.
"AAAARRGGHH!" teriak Natsu keras sambil memegangi wajahnya yang terasa panas karena habis dicakar. "KUCING SIALAN!" teriak Natsu sambil berlari mengejar kucing itu.
"Natsu!" panggil Lucy pada Natsu yang sudah berlari jauh untuk mengejar kucing itu.
Mau tak mau Lucy, Gray, dan Happy harus mengikuti Natsu. Mereka berlari secepat kilat agar bisa menangkap si kucing, tapi rupanya si kucing mempunyai otak yang sangat pintar, bahkan lebih pintar dari Natsu. Buktinya dia selalu bisa menghindar dari kejaran Natsu dkk.
"Cih, sial." dengus Natsu sebal.
Natsu yang sebal akan kelakuan si kucing akhirnya mengeluarkan sedikit jurus sihirnya, "Breath of Fire Dragon!"
Seketika terjadi ledakan besar di bukit bersalju itu. Natsu menyeringai puas karena menurutnya, jurusnya barusan tepat mengenai sasaran.
Lucy dan Gray terkejut karena ulah Natsu.
"Bodoh!" bentak Gray sambil menjitak kepala Natsu.
"A-apa-apaan kau?" kata Natsu meringis sambil mengelus-elus kepalanya. "Kau ini bodoh atau apa sih?" tanya Gray ketus.
"Hei— " belum sempat Natsu melanjutkan kalimatnya Gray sudah memotongnya duluan, "Kalau kucingnya mati gimana? sama saja misi Lucy akan sia-sia bodoh!" cerca Gray tidak sabaran, seketika wajah Natsu basah terkena semprotan liur-liur Gray.
Natsu hanya bisa mendengus kesal, dia merutuki kebodohannya.
"Hei— tunggu!" teriak Lucy. Gray dan Natsu serempak menoleh ke arah Lucy. Dilihatnya Lucy sedang sibuk mengejar-ngejar si kucing.
'ternyata kucingnya masih hidup, yeah!' batin Natsu girang. Dengan segera Natsu kembali membantu Lucy mengejar kucing itu.
"Ice Make Poison," ucap Gray.
Dan disaat itu pula kucing itu berhenti berlari, dikarenakan ia terjebak dalam sebuah kurungan kecil yang terbuat dari es, hasil perbuatan Gray. Natsu, Lucy, dan Happy hanya bisa melongo kaget melihat kejadian itu lalu menatap Gray dengan tatapan tidak percaya.
"G-Gray," panggil Lucy dengan tatapan tidak percaya.
Merasa dipanggil, Gray pun segera menolehkan kepalanya ke arah Lucy.
"Ke-kenapa baru sekarang kau keluarkan sihirmu?" tanya Lucy agak sedikit gagap.
"…"
1 detik..
2 detik..
5 detik..
"..?" terlihat Lucy, Natsu, dan Happy memasang wajah menuntut jawaban dari Gray.
"Heh? Baru kepikiran," jawab Gray meringis sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal
GUBRAK..
"Dasar bodoh!" pekik Natsu geram. Segera ia hampiri Gray dengan cepat, "Kau ini! Bodoh sekali sih! Kenapa kau baru lakukan itu sekarang hah? Kalau kau lakukan hal itu dari tadi kita 'kan tidak perlu repot-repot buang tenaga untuk mengejar-ngejar kucing sialan itu!" cerca Natsu habis-habisan tepat di depan wajah Gray.
"Aye!" pekik Happy setuju mendengar penuturan Natsu. Sedangkan Lucy? Ia masih terbengong-bengong dengan kejadian yang baru saja menimpanya.
"Kau yang bodoh! Mana aku tahu! itu saja baru terpikir olehku barusan!" balas Gray tak mau kalah.
"Apa katamu?" tanya Natsu geram sambil mendekatkan wajahnya ke arah wajah Gray.
"Mau apa kau, Hothead?" tantang Gray geram, empat sudut siku-siku kini terpatri jelas di kening Gray. Wajahnya pun iya dekatkan juga ke arah wajah Natsu. Perang tatapan dingin pun dimulai. Tak lupa juga aksi tinju-meninju, tendang-menendang, dll. Ah— hal itu memang sudah sangat biasa bagi mereka berdua.
»»» oOo «««
"Terima kasih banyak ya, kalian sangat membantu," ucap seorang wanita paruh baya yang sedang mengelus-elus bulu seekor kucing.
"Ehehe, sama-sama Baa-san," balas Lucy sambil tersenyum lembut.
"Aku senang kalian bisa membawa Aurora kembali, maaf ya sudah merepotkan," ucap wanita paruh baya itu lagi sambil tersenyum.
"Tidak masalah!" balas Natsu semangat.
"Ayey!"
"Kalau begitu, kami pamit Baa-san, sampai jumpa— " teriak Lucy sambil berjalan dan juga melambai-lambaikan tangannya.
.
.
.
Akhirnya misi Lucy pun selesai, mereka berempat jalan beriringan. Hari sudah semakin sore, udara pun semakin dingin membuat Lucy tak sabar untuk segera kembali ke rumah dan segera berendam air hangat. Angin berhembus cukup kencang sore ini, membuat tubuh Lucy sedikit bergetar.
"Kau tak apa, Luce?" tanya Natsu khawatir, dilihatnya tubuh Lucy sedikit bergetar.
"Eh? tidak apa-apa kok hehe, cuma sedikit kedinginan," jawab Lucy seadanya. Kini kedua telapak tangannya saling bertautan, ia coba menggosok-gosokan kedua telapak tangannya itu, berusaha mencari kehangatan dengan cara melakukan hal tersebut. Uap-uap putih terus keluar dari mulut dan lubang hidungnya. Lucy hanya bisa mendengus pasrah.
Tiba-tiba sebuah syal hangat menggantung dilehernya. Lucy yang tersentak kaget, langsung menoleh ke arah Natsu, menatapnya dengan pandangan heran.
"Pakai ini, supaya lebih hangat," ucap Natsu lembut sambil memakaikan syal putih bergaris-garis yang selalu ia pakai, kepada Lucy.
Semburat merah tipis kini muncul di kedua pipi ranum milik Lucy, jantungnya berdetak cepat seakan mau keluar. Perutnya terasa geli saat dilihatnya Natsu bisa seperhatian ini terhadapnya, "Te-terima kasih, Natsu."
Natsu membalas dengan cengirannya yang lebar. Gray hanya bisa melirik kejadian itu dari ekor matanya.
"Ayo, cepat! Udara sudah semakin dingin," ucap Gray langsung menarik tangan Lucy, menggegamnya erat.
"Eh?" Lucy tersentak kaget saat tiba-tiba Gray menggegam tangannya erat, "Ta-tanganmu," ucap Lucy terbata, semburat merahnya kini nampak semakin jelas terlihat.
"Hn, biar lebih hangat," balas Gray cuek sambil mengalihkan wajahnya ke arah lain.
Empat sudut siku-siku mendarat tepat di kening Natsu, merasa kesal saat ia melihat kejadian itu. Tak mau kalah, Natsu pun segera menyambar tangan Lucy yang satunya lagi.
"Hah?" ucap Lucy kaget. "Seperti kata Gray, biar lebih hangat," ucap Natsu sambil tersenyum lebar.
Seketika mata Natsu dan Gray bertemu, kilatan-kilatan kecil jelas nampak diantara kedua bola mata mereka, tatapa saling menantang. Tapi, Lucy tak terlalu memperhatikannya, ia malah bersenandung-senandung kecil dan nampak tersenyum puas.
"Baiklah, ayo kita pulang!" pekik Natsu semangat sambil meninju udara yang ada diatasnya dengan satu tangannya.
"Ayey!" pekik Happy dan Lucy tak mau kalah.
Mereka berempat pun pulang bersama dengan saling bergandengan tangan, terkecuali Happy. Musim dingin kali ini terasa hangat untuk seorang Lucy Heartfilia.
»»» oOo «««
Di tempat lain..
"Tu-tuan Gray! Juvia shock!"
"Lucy.."
"Juvia tak akan memaafkanmu, karena kamu telah berani merebut Tuan Gray milik Juvia."
"Juvia akan mengutuk Lucy."
"Juvia akan mengutuk Lucy."
"Juvia akan mengutuk Lucy," ucap Juvia mengulang kata-katanya terus menerus tak henti-hentinya mengucapkan sumpah serapah yang ditujukan untuk Lucy. Mata Juvia berkaca-kaca saat melihat kejadian dimana Gray, orang yang sangat ia cintai sedang menggandeng tangan wanita lain.
Lho? Kok ada Juvia tiba-tiba?
Rupanya sedari tadi saat Lucy, Natsu, Gray, dan Happy sedang menjalankan misi Juvia terus membuntuti mereka hingga sekarang. Ckk dasar Juvia..
To Be Continued
Author note: hallo minna-san, salam kenal ya~~ saya author baru di fandom FFTI ini, saya suka banget sama Fairy Tail. Pengen bikin fict-nya dari kapan tau, tapi baru kesampean sekarang haha. Btw o_o FFTI masih sepi ya? ayo ayo kita ramaikan fandom ini supaya bisa ramai XDDD/ *sebar sebar menyan*
Saya tau jalan cerita ini sangat-sangat aneh dan gaje banyak typo pula T_T, bunuh saya, tabok saya , ah— tapi saya harap kalian tetap mau memberikan saran-saran dan concrit buat saya agar di chapter depan saya bisa buat cerita yang lebih baik lagi..
Buat kalian yang baca fict ini saya harap riviewnya ya *plak*
RIVIEW, CONCRIT, SARAN, FLAME, semua diterima dengan senang hati XD~~ apa lagi sekarang lagi marak Flame wkwkwk, lumayan buat nambah kotak review XDD
NO SILENT RIDERS!
Bukannya maksa wakakkak tapi gimana ya? dapet review dari kalian para readers adalah hal sungguh-sungguh membuat author bahagia dan juga membuat author lebih semangat nulis chapter depannya. Jadi bagi kalian yang gak punya akun aku harap riviewnya juga hoho *dilempar wajan*
Kalau jumlah review memuaskan, dengan senang hati saya akan meng-update chapter depannya, tapi kalau responnya dikit T_T yaah angkat tangan deh, berarti fict saya gak diminati *pundung
Aduh maaf ya banyak bacot *dor*
Maafkan daku~~
Sekian ~~
Akhir kata..
REVIEW PLEASE~~
