'' Arishima Byun Present ''

oO~Oo

...

...

Title: Peony De Amor

Chapter 1

Main cast: Park Chanyeol, Byun Baekhyun

Support Cast : Sehun, Luhan, Jongdae, Yixing(cast bertambah sesuai alur)

Length: Chaptered

Genre: school-life, drama, & angst (?)

Rate: T-M

Summary:

"Hujan mempertemukan keduanya. Tak pernah sekalipun ia bertemu dengan orang semenyebalkan preman kecil tukang pukul itu. Berisik, sombong dan galak. Sampai pemandangan dimana bocah itu terisak sendirian menggumankan "aku takut" mengubah pandangannya. Dinding kokoh dan gelap perlahan menampakkan diri. Dan chanyeol berniat untuk menghancurkannya"

.

.

.

.

.

Terkadang ia marah pada siapa saja yang mengajaknya bicara

Ia marah pada teman temannya

Ia marah pada dirinya sendiri

Ia marah pada Tuhan...

Merasa dunia diputar-putar-Nya tanpa poros seperti kelereng yang terjatuh dijalanan curam.

Apa Tuhan benar-benar ada untuk mendengar do'anya?

Kenapa rasanya hidupnya ini akan segera jatuh kejurang paling dasar jika Tuhan tidak memberikannya kesempatan.

Memberi mereka kesempatan.

Memberi dia kesempatan.

Cih

Sejak kecil ia jarang menangis meskipun ia terjatuh sampai lututnya berdarah-darah. Tidak, bahkan saat ibunya memukul punggung kecil itu sangat keras begitu ia merengek ingin memelihara seekor tikus liar yang terjebak dalam mouse trap. Tapi kali ini...

Tangisnya akan muncul tanpa sebab...

Ia sering merasa marah kalau ada yang menyinggung tentangnya.

Ia marah karena tak bisa berbuat apa-apa.

Dan rasanya seperti ingin mati saja.

Hidupnya benar-benar begitu buruk setelah bertemu dengan sosok itu. Ia nyaris gila setelah bertemu dengannya. Ia gila karenanya.

Ia selalu membuatnya seperti itu.

Bahkan disaat ketika mereka saling melemparkan peluru lewat tatapan tajam.

Karena dulu ia menganggapnya sebuah...

"kau ini pecundang paling menyedihkan Park Chanyeol"

Malapeka.

Ia lagi-lagi mendesah. Sesak didadanya seakan terus menerus membuat lubang di benda berdetak itu. Kalian mungkin tidak tahu bagaimana rasanya. Rasanya itu seakan...

Ingin mati saja.

Sekarang langit sudah menangis untuk bumi. Mungkin juga menangis untuknya. Dan pria tinggi itu hanya bisa menatap air yang terus-terusan mengguyur Seoul. Mau menangis pun ia sudah lelah dan airmata sepertinya sudah kering.

Tanpa sengaja iris bulat miliknya menatap dua orang anak sekolahan dari atas balkon tengah berhujan-hujanan—entahlah. Mereka saling merapatkan diri untuk mendapat perlindungan dari sebuah payung kecil yang bahkan hanya bisa melindungi yang lebih mungil.

Hah~

Pemandangan itu mengingatkannya pada kejadian saat itu...

.

.

.

.

Dua tahun yang lalu...

Adalah dimana ia pertama kali bertemu dengannya. Hari itu adalah hari pertama dimana ia pindah sekolah karena ayahnya berpindah kantor. Perjalanan pulang sekolah pertamanya itu tidak begitu baik. Tidak saat kondisi perutnya benar-benar lapar. Sejak pagi pemuda jangkung itu hanya makan segigitan sandwich salmon karena tiba-tiba ia bertemu dengan kucing malang yang kurus. Dengan ikhlas sepenuh hati ia berikan seluruh isi kotak makannya untuk sang kucing seperti seorang dermawan. Tentu saja karena ia pikir uang disakunya bisa ia belikan makanan saat makan siang nanti. Nyatanya. Beberapa lembar won berharga itu tertinggal diatas kasurnya—ia baru ingat dan ber-shit ria.

Disaat waktu pulang –dengan kondisinya yang mengenaskan—ia pun berakhir mampir kesebuah mini market untuk membeli ramyeon dengan uang pas-pasan—yang ia pinjam dari teman barunya dengan penuh rasa malu. Namun hujan tiba-tiba mengguyur dan ia segera tersadar bahwa ia tak punya uang lagi untuk membeli payung karena uangnya sudah ludes bersamaan dengan bungkus mie cup yang baru saja ia buang. Lalu...

Ia melihatnya.

Membeli sebuah payung dan berjalan dengan sangat jutek begitu saja tanpa menoleh kearah Chanyeol—yang seperti orang dungu ingin ditawari. Karena demi apapun. Mereka satu sekolah (karena hell seragam mereka sama) kalau orang normal mungkin saja menawari payung untuk sekedar berjalan sampai ke halteu. Bukannya malah membuka payung barunya dan menembus hujan begitu saja (itu seolah mengejek chanyeol).

Ia mengumpat habis-habisan pada sosok menyebalkan itu. belum pernah seumur hidupnya ia bertemu dengan orang tak tahu peduli pada orang lain. Saat itu ia bersumpah semoga istrinya dan anaknya kelak tak akan memiliki sifat menjengkelkan seperti i—

"pegang payungnya!"

Chanyeol meolotot kaget dengan raut bingung tercetak HD diwajahnya. Sosok yang ia umpati berdiri dihadapannya dengan tiba-tiba.

a-aku?

"ya kau"

Oh wow dia bisa telepathy! Tapi bukan itu intinya.

Apa dia baru saja menawariku payung?

"cepatlah bodoh aku tak mau kedinginan karena kau terlalu lama berfikir" mata sipit itu menatapnya. Suaranya sedikit bergetar karena menggigil.

Dengan gerakan bodoh ia mengambil alih payung kecil itu—karena otaknya masih memproses apa yang terjadi, kenapa orang itu kembali lagi untuk menawarinya payung? Oh apa jangan-jangan orang itu benar-benar bisa membaca pikirannya? Ah! Atau-jangan-jangan dia seorang alien dari saturnus?

"Payungi aku dengan benar bung, kau tidak lihat kemejaku basah huh? Bodoh!"

Oke. Bahasa koreanya lancar. Berarti ia bukan alien. Alien tidak mengumpat dalam bahasa korea. Well~ kalaupun itu bukan Do Minjoon—

Shit kalian benar aku terlalu mengada-ada.

Chanyeol menggelengkan kepalanya pelan—berharap pipkiran konyolnya musnah dari otak saat pria mungil dengan kemeja kebesaran melindungi seragamnya itu berhenti didepan sebuah mobil keren berwarna merah. Chanyeol tak tau jenis mobil apa itu karena meskipun ia pria ia tak terlalu suka otomotif. Kolot memang. Tapi kesimpulannya mobil si pria pendek itu terlihat mahal.

JBLAG

Pikirannya buyar seketika saat suara pintu mobil ditutup terdengar bagai alarm sang ibu saat pagi hari. Ingin ia mengutuk bocah menyebalkan itu tapi yang ada chanyeol membulatkan matanya saat melihat sang pria mungil membuka jendela mobilnya.

"payung itu-"

"hi-hidungmu!"

"hah?"

"hidungmu berdarah"

Pria mungil itu menoleh kekaca spion dan mendesis kesal saat mengusap darah yang keluar dari hidungnya. Sedangkan chanyeol hanya diam menatap gerakan yang lain mencari-cari tisu. Ia hanya tak tahu harus berbuat apa. Samar-samar ia mendengar kata-kata umpatan dari mulut si mungil itu.

"kau baik-baik saja?" chanyeol sedikit mengeraskan suaranya karna guntur terus bersahutan. Ada bumbu khawatir disuaranya. Dan chanyeol segera menyesali pertanyaannya yang terkesan...apa itu? peduli?

Pria itu menoleh "ck aku kena pukul seseorang. Sudahlah, kau! aku tak membutuhkan payung itu lagi. Aku membuangnya padamu. Aku pergi"

Dan mobil keren itu pun berlalu. Meninggalkan si pria jangkung yang berdiri melongo longo.

Fuck! Aku dikatai tempat sampah.

Dan...

Setelah hari itu...

Chanyeol semakin mengenalnya.

Secara...

Menyebalkan tentu saja.

Karena...kalian tau apa yang paling menyebalkan dimuka bumi ini?

Chanyeol sudah mendaftarkan sebuah nama pada the list of the most annoying person in the planets. Siapa lagi kalau bukan makhluk kerdil tukang tinju itu. Dia adalah preman dari kelas sebelah—yang ternyata awalnya ia kira pemuda itu sedikit baik hati. Ia itu suka membully siapapun yang menurutnya pantas dibully. Ia juga pernah jadi sasarannya dan ia mendapatkan luka dipipi karena memelototinya. Yang benar saja! waktu itu Chanyeol hanya menatapnya sekilas karena ia berjalan didepan pemuda pendek itu. Tapi ia tiba-tiba memarahinya lalu memukulnya.

Fuck sekali.

Sudahlah. Pokoknya waktu itu salah matanya yang memang dasarnya bulat dan besar begini. Ia jadi dituduh memelototinya.

Bahkan preman itu suka mencontek (ia pernah melihatnya memalak tugas temannya). Awalnya ia ragu saat semua orang menyebutnya preman. Karena demi tubuh pendek dan kulit wajahnya yang seperti bayi itu menurut Chanyeol, ia malahan seperti bitch sok jagoan. Ia mungkin terlalu kasar menyebutnya seperti itu tapi kalian harus mengerti karena ia benar-benar kesal dibuatnya.

Ia bertaruh dengan seluruh koleksi jepretan kamera keren milik chanyeol bahwa orang itu adalah makhluk paling so fucking annoying di seluruh jagat raya. Bahkan lebih menyebalkan dari aliennya planet Saturnus.

Bagaimana tidak?

Sebulan setelah kejadian di minimarket itu.

Dia...

Tak lain dan tak bukan adalah orang yang sedang berdiri dihadapan Chanyeol—memasang wajah jutek dikulit pucatnya—ini mulai berlaga.

"Kau. Menyingkir dari jalanku." Ck. Bocah ini.

Dia pikir jalan ini milik nenek moyangnya atau apa?

Chanyeol sengaja diam ditempat saat itu dan malah menatapnya kesal. Cukup sudah rasa sakit yang bertahan seminggu saat si Byun itu membullinya. Kesabarannya sudah meledak seperti gunung merapi.

"kau punya gangguan mata ya? Kau bisa berjalan lewat sini," Chanyeol mengendikkan kepala kesamping. Tepatnya pada. Area. Kosong. Dijalanan koridor.

Tapi mata sipit yang seperti puppy itu (jujur saja pertama kali melihatnya berdekatan dibawah payung ia merasa gemas) tetap menatap chanyeol sambil mengunyah permen karet yang ekspresinya benar-benar membuat tinjunya gatal sekali.

Semua orang tau (semua orang itu Luhan si teman baru manisnya—yang ia pinjami uang saat pertama masuk sekolah—dan Jongdae si teman baru yang cerewet yang menganggap bebek karet bewarna ungu adalah sahabat terbaik setelah aku dan Luhan) bahwa si Byun fucking annoying Baekhyun hanya preman sok jago yang ingin cari masalah dengannya bukan karena ia benar-benar menghalangi jalannya KARENA demi apapun jalanan koridor ini begitu luas seluas jagat raya untuk ditempatinya sendirian. Dan ini masih pagi. Tak banyak orang yang berlalu lalang OKE!

Sudahlah. Kubilang dia itu hanya ingin cari gara-gara denganku.

"tapi tubuh menaramu berdiri dijalanku"

Menar-

Entah kenapa ubun ubunnya rasanya gatal sekali.

Paru-parunya mengambil nafas banyak. "dengarkan aku sialan yang terhormat" ia bahkan tak sadar mengatakannya sialan.

"aku sudah membayar 100 persen uang sekolah untuk satu tahun belajar disekolah ini. Termasuk menginjak lantai di jalanmu untuk berjalan lurus kearah kelasku. Jadi tidak seharusnya kau menyuruhku angkat kaki dari jalanmu ini karena aku juga berhak mendapat tempat untuk tubuh menaraku. Disini." Katakan chanyeol keras kepala. Karena ia benar-benar bosan mengalah pada preman pendek ini.

"waw kalimatmu lumayan berima Chanyeol" itu Jongdae. Terkadang ia memang tidak tahu situasi sama sekali. Chanyeol heran ia masih betah berteman dengannya.

"Mfffth—" si preman kecil itu tertawa mengejek. "kau dan temanmu lucu sekali"

Jongdae tanpa diduga ikut tertawa "ahaha terimakasih-"

Beruntung masih ada satu temannya yang waras "sudahlah Chan jalanan masih luas kenapa kau tidak mengalah"

Oh diamlah Luhan.

Keparat itu tidak bisa dibiarkan seenaknya seperti itu. (trans: Ia juga ingin menang darinya sesekali.)

Si preman mungil itu tertawa mengejek "dengarkan istrimu yang bijak itu sesekali. Apa kau tidak takut dikutuk Tuhan?"

Kau yang seharusnya dikutuk sialan!

Ia mengeratkan rahang "dengar Byun Baekhyun. aku tak tau apa masalahmu sampai kau bertindak seenaknya seperti ini. Tapi aku tak segan akan melaporkanmu. Segera!"

Dan dia malah tertawa. Luhan juga semakin menundukkan kepalanya takut. Sedang Jongdae hanya menonton seperti figuran ("aku hanya tim netral" itu yang selalu Jongdae katakan. Ha. Bijak sekali)

"cih anak baru ini benar-benar! Sepertinya kau tak tahu apa-apa disini" ia terkekeh dengan sangat menyebalkan lalu mendorong Chanyeol untuk menyingkir.

"laporkan saja. mungkin setelahnya kau bisa kehilangan namamu disekolah ini" dan tubuh mungilnya pun berjalan melewati chanyeol dengan angkuhnya.

Ia baru saja mengancamku? Dia pikir sekolahnya ini milik buyutnya atau apa-

"Chanyeol kau benar-benar cari mati huh? Dia anak pemilik sekolah bodoh!" suara luhan adalah bell kematian untuk telinga lebarnya...

oh cra-

"oi Park, aku juga akan menghitung 'sialan' mu yang tadi. Semoga beruntung ya. Bye semuanya~"

"Bye~" si Jongdae—sialan—malah ikut melambai. Apa ia dengar bahwa si preman itu barusaja mengancam temannya?

Fuck my life...

"kau akan tamat chanyeol"

Ia mengangguk tak berdaya mengiyakan ucapan mengasihani luhan.

Tapi nyatanya.

Hidupnya yang divonis tamat oleh Luhan tidak berakhir sampai disana. Bahkan ia masih hidup disini dan menunggu akhir sesungguhnya dari cerita ini.

Ia mendesah lagi dan mungkin seterusnya setiap detiknya ia akan selalu begini. Menunggunya seperti seorang yang dungu yang terus berharap musuh mungilnya itu memakinya dengan suara indah.

Intinya ia sangat merindukannya preman pendeknya.

...

Kedua murid SMA itu sudah berlalu dari pandangan chanyeol saat ia tersadar dari lamunan. Dan kini ia hanya menatap kosong jalanan yang basah dan mulai memburam saat air menggenang dipelupuk matanya.

Tuhan...

Kumohon...

...

...

...

...

Mungkin musim hujan adalah dimana takdir selalu mempertemukan mereka. Ia, sang kameramen amatir dan si preman pendek. Chanyeol bahkan tidak menyukai hujan namun tetap rela berlarian dibawah guyuran langit untuk sampai dikamarnya dengan kamera yang ia lindungi segenap jiwanya dibawah seragam tipis itu. Sampai langkahnya terhenti mendengar suara meringis dibalik semak. Chanyeol benar-benar tak tahu apa yang menghentikannya tapi ia melangkahkan kakinya mendekati asal suara yang benar-benar tersamarkan suara guntur.

"shh... tahanlah sebentar sayang. Aku hampir dapat" suara desisan itu terdengar begitu mencurigakan. Dan Chanyeol terlalu penasaran untuk segera berlari ke kamarnya dan mengabaikan suara itu. Bisa jadi ia bisa memotretnya dan menunjukkannya pada tim jurnal untuk dimuat dalam berita mingguan.

Well, what a nice plan.

Dan disinilah ia berada. Mengendap dan mengintip darimana kira-kira asal suara itu. Chanyeol menghentikan langkahnya saat ia melihat didekat semak berduri seseorang tengah berjonggok dengan sebelah tangan yang masuk kedalam rerumputan lebat yang mungkin saja terdapat ulat atau parahnya seekor ular berbisa. Chanyeol bertanya-tanya dalam hati dan anehnya ia hampir melupakan kameranya. Sosok berkemeja itu bahkan terlihat kotor karena tanah basah yang terciprat air hujan. Disaat chanyeol hendak menanyakan apa yang sedang dilakukannya (ia sedikit khawatir kalau-kalau didalam semak itu ada ular) saat sang pria mungil itu berseru keras.

"DAPAT! ASSA!" tangan mungil itu teracung keatas. Menggenggam sebuah bulu lepek yang terlihat rapuh.

Itu...

Anak kucing?

"kau baik-baik saja?" chanyeol nyaris menjatuhkan rahangnya begitu menyadari sosok asing itu berwujud preman kelas sebelah yang tengah mengelus kepala sang kucing lalu memeluknya penuh perlindungan. Mengelus bulu lepek makhluk kecil ditangannya dan mengecupi puncak si kucing dengan penuh kelembutan. Ia bahkan dapat melihat ruam kemerahan dan darah yang perlahan keluar dari luka yang ia yakin karena duri semak itu. Si preman sekolah baru saja tergores duri demi menyelamatkan seekor anak kucing.

Dug dug dug.

Wow wow wow jantung! Apa-apan detakan keras itu?

Chanyeol memegang dadanya yang terasa aneh. Ia pikir ia terkena sambaran petir atau apa karena demi Tuhan ia terlalu (sok) bodoh untuk mengatakan pada kalian semua mengapa ia merasa seperti itu. Ia hanya berpikir... kalau ini salah.

"Baekhyun! Kau pikir apa yang kau lakukan? Cepat berteduh!"

Secara tiba-tiba bagaikan pacar yang posesif seseorang datang dengan wajah sangarnya mendapati sang preman bermain hujan-hujanan dengan seekor kucing liar dipelukannya. Dan chanyeol mengenal sosok itu.

"Sehun-ah" benar. Namanya Oh Sehun dan kabarnya mereka berdua memiliki hubungan special. Dan kini si preman sekolah bertransformasi menjadi anak anjing paling menggemaskan dihadapan Sehun yang kini tengah berjalan dengan payung ditangannya sampai keduanya berteduh dibawah koridor.

"lihat dirimu baek! Kau pikir berapa umurmu hah?" pertanyaan sehun merujuk pada tingkah laku Baekhyun. Mengingatkannya pada perlakuan sang ibu saat chanyeol masih kecil. Bagaimana lengan sehun melepaskan blazernya sendiri dan menyampirkan kain itu pada pundak sempit yang lebih mungil. Lalu melepaskan seragamnya hanya untuk mengeringkan rambut si mungil hingga dirinya sendiri hanya mengenakan kaos hitam berlengan pendek.

Dan perbuatan Sehun itu sedikit membuatnya tidak senang.

Entahlah mungkin ia pikir seorang preman seperti baekhyun tak pantas mendapatkan perlakuan se-special itu.

Ya, ia yakin begitu.

"aku 18 dan aku sangat sadar apa yang aku lakukan hun-ah. Berhenti over protektif padaku geez!" si preman itu cemberut. Chanyeol tertegun.

Apa-apaan ekspresi itu? Kau pikir kau menggemaskan hah, tukang pukul?!

Meskipun kenyataannya he lowkey wanna scream cause that punk looks like puppy!

ITU KARENA AKU SUKA PUPPY!

Whatever.

" aku melakukannya karena aku-"

Cup

FUCK FUCK FUCK! APA ITU TADI?! KENAPAMEREKAMENEMPELKANBIBIRSATUSAMALAIN?!

Si baekhyun mencium si Sehun tepat dibibir.

He lowkey (chapter 2) feels something poignant in his heart.

"aku tahu. Maafkan aku. Aku janji tak akan melakukannya lagi" dan senyuman itu menjadi pengantar keduanya kembali melanjutkan kegiatan yang tertunda. Sepertinya Park Chanyeol hanyalah seseorang yang patut diusir saat ini juga.

Maka tanpa perlu perintah lelaki jangkung itu meninggalkan tempatnya bahkan tanpa memperdulikan kameranya yangni menggantung tanpa perlindungan ditempatnya.

...

...

...

...

...

...

Chanyeol tak mengerti apa yang terjadi dengan hatinya saat itu. Setelah melihat adegan dimana kedua orang itu saling menautkan bibir dengan mesra, ia justru sibuk termenung dibawah guyuran air dikamar mandi. Persis seperti orang patah hati.

Ini lucu.

Seharusnya dadanya tidak berdenyut begitu menyakitkan. Terlebih karena preman kecil itu, setelah dipikir-pikir ulang tak ada satu hal baik yang dilakukannya—kecuali membagi payung dengannya (Dan ini yang tak chanyeol mengerti. Perubahan si mungil itu sejak berbagi payung). Tapi setelahnya anak itu bersikap layaknya musuh bebuyutan sedari janin. Jadi ia tidak mungkin kan memiliki perasaan...eung... bagaimana harus menyebutnya? C-cemburu? Untuknya?

TIDAK

Chanyeol mengerang. Kepalanya tidak terasa gatal tapi ia bawa jarinya menggaruk kulit kepala itu dengan kasar. Bayang-bayang kungkungan itu kembali berputar horror diotaknya. Lagi-lagi jantungnya terasa ngilu.

"aku pasti sudah gila" ia bergumam pelan.

Iya. Chanyeol memang sudah gila.

Mungkin kegilaannya itu berawal saat pentas seni yang diadakan sekolahnya tahun lalu.

...

...

...

...

Waktu itu semua kelas harus menampilkan sebuah penampilan demi meriahkan ulang tahun sekolah. Awalnya Chanyeol malas. Karena demi apapun sekolahnya yang berulang tahun kenapa dirinya harus ikut repot? Sekolah bahkan tak repot-repot untuk memeriahkan ulang tahunnya.

Ck.

Terlebih saat teman sekelas Chanyeol memutuskan untuk menampilkan sebuah drama romantis. Romeo dan Juliet. Pemerannya tergantung dari kertas yang mereka ambil saat pemilihan.

Begitu Chanyeol membaca sederet kata disepotong kertas yang digulung itu ia semakin malas saja.

Pria jangkung itu terpilih jadi sang Romeo. Dan tebak.

Ini mungkin terdengar terlalu kebetulan.

Karena yah... si Baekhyun itu yang jadi Julietnya.

Apa?! Bagaimana bisa?!

Baekhyun itu bukan berasal dari kelasnya ngomong-ngomong. Lalu kenapa bocah itu kini ada didalam kelasnya (berdiri dengan tak minat) dan mengambil peran?

Mata bulatnya lalu baru menyadari bahwa ada sebagian teman Baekhyun dikelasnya. Jadi... drama ini adalah drama kelasku dan Baekhyun?

Iya. Begitulah.

Chanyeol ingin terbahak didepan kelas saat ketua kelas kami menuliskan nama Baekhyun disamping namanya. Si jangkung protes tentu saja. Kenapa mereka bahkan memilih seorang pria untuk jadi lawan mainnya. Menjadi seorang Juliet lemah lembut pulak. Terlebih dia seorang lelaki for God sake.

Tapi protesannya berlangsung sia-sia karena si Byun Byun itu menantang Chanyeol dengan wajah sinisnya. Katanya Chanyeol protes karena ia takut dengannya dan Chanyeol yang tidak profesional. Seriously. Untuk apa takut pada tubuh mungil, muka halus tanpa noda, jemari lentik, dan suara yang sama-sekali tidak menakutkan? Meskipun preman mungil itu pernah menghajarnya habis-habisan tapi ia tetap tak menaruh segan.

Hell. Seperti ia akan sudi saja.

Jadi intinya Chanyeol tak lagi membantah. Pura-pura bersikap profesional.

Padahal jelas-jelas ia tidak tahu profesinya apa.

Tapi intinya, ia terima jadi pemeran utama dengan si Byun itu.

Mereka mulai latihan begitu naskah selesai. Tapi Chanyeol tidak pernah tau kalau dramanya akan jadi drama musikal. Jadi begitu pertama kalinya Chanyeol mendengar si Byun itu bernyanyi, ia tidak benar-benar tahu bahwa waktu bisa berhenti tiba-tiba. Yang ia rasakan hanya...apa ya...entahlah. Pokoknya saat itu ia hanya terdiam kaku seolah disihir jadi batu. Memperhatikan sosok yang terlihat berbeda.

Baju yang dikenakan Baekhyun memang hanya sebuah kemeja kebesaran seperti biasa. Namun entah bagaimana caranya Chanyeol justru melihat pria mungil itu mengenakan sebuah tuxedo serba putih dengan senyum menawan. Persis seperti malaikat. Bahkan Chanyeol melihat lampu neon mendadak berpendar dibelakang Baekhyun. Preman itu kelihatan bercahaya.

Chanyeol nyaris tak berkedip saat menyaksikan pria itu bernyanyi. Ia bahkan tak yakin suara yang terdengar menyebalkan ketika mengejeknya adalah suara terindah yang pernah ia dengar ketika sosok itu bernyanyi. Ia seperti mendengar malaikat bernyanyi dengan bidadari yang memainkan harpa yang indah disekelilingnya.

Lalu jantungnya mulai berdetak cepat tak tahu malu.

Dugdugdugdugdugdugdugdugdugdugdug...

Begitulah kira kira irama jantungnya yang entah kenapa mengadakan konser bedugan mendadak.

Ia bawa telapak tangannya menyentuh dada. Benar ia berdebar. Dan itu karena si preman kasar Baekhyun.

Dan debaran itu berlanjut begitu director (read: Jongdae) kelas kami menyuruhnya melakukan adegan yang sialan. Berciuman maksudnya. Chanyeol bahkan tak menyangka akan ada adegan itu dalam naskah. Maksudnya ia tak menyangka Jongdae akan memperlakukannya sehina ini.

"well, bukan aku yang menulis ceritanya. Kau bisa protes pada Miss Cho jika kau mau bung"

Bicara berdua dengan gurunya yang ganjen itu?

No thanks.

Sejarahnya, Miss Cho itu terpesona oleh Chanyeol karena murid lain merasa begitu. Ia akan dianak emaskan padahal Chanyeol tak pernah meminta. Well, ia jadi curiga bagaimana ia mendapat peran Romeo. Padahal ia sama sekali tidak pandai bernyanyi.

Jongdae menepuk bahunya dengan gaya (sok) bijak "Ini hanya sebuah drama. Kau tahu kan jika kelas kita menang maka kita sekelas akan diberi paket liburan untuk musim panas ke Jeju. Kau tau ada yang harus dikorbankan untuk meraih sesuatu. Apa salahnya kau melakukan adegan ini?" tidak itu tidak salah. Terlebih untuk paket liburan ke Jeju dengan semua biaya hidup ditanggung disana. Yang salah adalah kenapa harus ia yang berkorban?

Chanyeol memutar matanya jengkel dan tanpa sengaja netranya bersinggungan dengan seseorang yang kini tertangkap basah tengah menatapnya juga.

Pipinya memanas tanpa diaba-aba. Keduanya bertatapan beberapa saat hingga baekhyun yang memutuskan kontak mereka pertama kali dengan delikan. Dan sedikit...apa itu? Seringaian? Chanyeol mengernyit. Apa anak itu tak terganggu dengan adegan ciuman yang akan dilakoninya? Kenapa preman itu bertindak seolah tak peduli?

Pada akhirnya Chanyeol pun berjuang sendirian dan melakukan bujukan dan hasutan untuk tak melakukan adegan itu pada Miss Cho (yang pada akhirnya menyetujuinya dengan sebuah syarat. Kalian tak akan mau tau apa syaratnya. Jadi tak akan chanyeol beritahu) Bagaimanapun juga mereka sesama lelaki bagaimana bisa menampilkan adegan seperti itu. Sedikit lebih wajar jika Julietnya memang perempuan.

Tapi syukurlah Miss Cho masih sedikit waras. Walaupun hanya waras dalam hal ini.

Jadinya berciuman dibibir dalam naskah dicoret lalu diganti dengan ciuman di dahi.

Ck. Meskipun itu sama-sama sialannya tapi Chanyeol harus bersyukur setidaknya ia tidak harus melakukan adegan intim didepan semua orang dengan seseorang yang baru saja membuat dadanya berdebar seperti drum ditabuh.

Dan hari pentas pun datang. Kini lampu tersorot kearah mereka berdua. Drama telah sampai pada segmen akhir dimana Baekhyun tengah menangis dihadapan Chanyeol yang terbaring tanpa nyawa.

Maksudnya ia tengah beracting mati. Tapi meski matanya terpejam erat ia masih bisa melihat ekspresi wajah baekhyun samar samar melalui celah matanya yang tak tertutup sempurna. Atau mungkin sedikit mengintip istilahnya.

Airmata itu luruh dengan deras. Isak tangisnya terdengar menyakitkan bahkan ekspresinya benar-benar meyakinkan. Mata sipit itu menyiratkan rasa sakit yang dalam dan pelukannya ditubuh Chanyeol juga terasa memilukan.

Benar-benar terlihat seperti orang yang kehilangan cintanya.

Chanyeol mungkin terlarut begitu dalam dengan pemandangan dari bawah sana dengan baekhyun yang memangkunya dipaha maka dari itu ia tak yakin jika ia salah dengar tapi ia mendengar suara tersedu-sedu dari arah penonton. Apalagi saat baekhyun mengucapkan kalimatnya yang akan menyusul Chanyeol untuk mati.

"Peony tak akan tumbuh tanpa embun menguning di penghujung fajar. Sya-syair tak akan indah tanpa irama dan a-aku takkan bisa menapaki dunia kejam ini tanpamu Romeo. A-aku tidak bisa hidup jika tanpamu. Akankah jika aku menyusulmu kesana kita akan bahagia dengan damai? Kau mau berbahagia denganku kan Romeo?"

Sangat Cheesy. Kalimat yang ditulis Miss. Cho bukan tipenya sama sekali.

Tapi chanyeol merasa sesuatu tak kasat mata meremas ulu hatinya.

Chanyeol juga menahan sesak didadanya. Suara baekhyun yang bergetar membuatnya ingin ikut menangis. Padahal itu hanya acting nya yang diluar dugaan. Padahal saat latihan bocah itu terlihat kaku. Namun kali ini ia terlihat sangat mendalami perannya.

"a-aku mencintaimu kekasihku. Aku tak akan membiarkanmu kesepian disana. Tunggulah aku untuk menyusulmu"

Dan anak itu pun meminum racun yang aslinya hanya air dalam botol kaca kecil. Lalu ia meremas dadanya dan matanya membeliak tiba-tiba. Chanyeol pun bersiap-siap dengan mengingat kalimatnya. Menghentikannya dari kegiatan memperhatikan Baekhyun.

Begitu baekhyun terbaring chanyeol tahu inilah saatnya ia bangun, mengucapkan kalimatnya yang tersisa dan...dan melakukan adegan...a-adegan...ciuman itu. Astaga ia benar-benar berdebar melihat wajah halus yang terpejam itu. Astaga bagaimana in-

BRAKK!

"chanyeol-ah kau melihat dombaku?!"

"AAAHH! Yak! Kenapa kau masuk tiba-tiba!?"

Yixing –pemuda dari China itu masuk kedalam kamar mandi tiba-tiba dan Chanyeol menjerit kaget karena seingatnya ia mengunci pintu kamar mandi lalu kenapa anak itu bisa masuk? Jadinya kan ia kehilangan bayangan itu.

Wait- tidak seharusnya ia kecewa sebenarnya.

Hahaha apa yang kupikirkan?!

"karena aku ingin bertanya padamu. Apa kau melihat sheepie? Tadi dia sedang terbaring ditempat tidurku tapi sekarang aku tidak melihatnya chanyeol"

Pria yang sekarang tangah membalut tubuh telanjangnya dengan handuk berjalan kasar kearah Yixing didepan pintu kamar mandi dan menatapnya malas.

"kau yakin seseorang tidak sedang menyembelihnya sekarang?"

Ia pikir Yixing akan mengerti kalimat sarkas itu. tapi yang ada...

"chanyeol, mana ada orang yang mau menyembelih boneka. dombaku tidak enak dikonsumsi"

Chanyeol semakin frustasi.

Sudahlah Yixing memang selalu benar.

...

...

...

...

...

Sampai beberapa tahun kemudianpun pemuda China itu memang selalu benar.

"chanyeol-ah, berhentilah bersedih. Mungkin baekhyun akan membencimu yang begini"

Baekhyun memang sering mengatakan kalau ia benci seseorang yang bersedih karenanya. Tapi chanyeol tak bisa berpura-pura untuk tegar. Ia tak sekuat baekhyun yang dapat menyembunyikan semuanya.

Chanyeol menoleh kearah pintu kamarnya yang terbuka lebar. "bagaimana kau bisa masuk?" seingatnya ia selalu mengunci pintu. Apa anak itu punya semacam ilmu teleportasi?

"aku membuka pintunya"

Oh tentu tidak.

Chanyeol mengusak wajahnya yang terasa sembab dan itu tak luput dari perhatian sahabatnya ini. "kata Bibi Park kau belum makan dari pagi. Kenapa?"

Mata bulat chanyeol beralih melihat waktu. Sudah pukul empat sore. Sudah waktunya pergi.

"aku akan pergi ke rumah sakit sekarang. Mungkin aku akan makan disana saja."

"aku baru saja datang kau sudah mau pergi lagi?"

"memangnya ada perlu apa kemari?"

"ini" yixing menyodorkan sebuah kertas yang tebal dan dihias sebagus mungkin. Ini memang indah. Yixing selalu melakukan pekerjaannya dengan benar. Tapi Chanyeol tak tahan untuk berdecih pahit. "undangan pernikahanmu"

Pernikahanku...

Memikirkannya saja membuat Chanyeol merasa semakin sakit. Ia dulu memang bermimpi yang seperti ini, namun bukan pernikahan yang begini yang ia inginkan. Bukan dengan kesedihan yang mendasarinya.

Tanpa sadar airmatanya menetes.

Sebuah pelukan dari Yixing tidak juga menghilangkan panah tak kasat mata yang mengiris perasaannya. Kalau begini akhirnya mungkin sedari awal ia tak akan melakukan itu.

Mencintainya.

Kalau begini akhirnya ia lebih memilih untuk jadi musuhnya ketimbang pujaan hati.

...

...

...

...

Sipit itu mengerjap beberapa saat merasakan bahwa kantuknya sudah perlahan menghilang. Ia menoleh. Mendapati seseorang tersenyum manis dengan tangan yang mengusap jemarinya yang lentik.

"hei" orang itu menyapa dengan suara rendahnya. Memberinya senyuman tampan.

Ia balas tersenyum. "hei" balasnya dengan suara serak.

Hening beberapa saat sampai netra sipit itu menangkap sesuatu yang berbeda di hazel menawan yang tengah menatapnya.

"apa terjadi sesuatu?" tanyanya.

"ya."

Dahinya mengkerut khawatir. "ada apa?"

Pria itu masih tidak membalasnya membuatnya sangat gusar hingga tanpa sadar merengek "chanyeol~"

"sesuatu terjadi pada wajahmu. kau semakin cantik baek"

Pipinya memanas tanpa peringatan. Ia yakin pria tinggi itu bisa melihat rona merahnya sekarang. Lihat bagaimana si tiang itu terkekeh.

"sudah kubilang aku ini laki-laki. Catat itu diotakmu. Kurang ajar sekali heish!" meski begitu ia tak bisa menahan senyuman atas pujian itu.

"baiklah. Otaaak, tolong catat 'Byun Baekhyun adalah lelaki cantik yang sangat dan paling Park Chanyeol cintai didunia ini' selsai boss. Bagaimana?" ucapnya main-main dan baekhyun terkekeh dibuatnya. Tangannya sibuk membenarkan selang infus dan topi rajut hitam dikepala si mungil. Menutupi telinganya dari udara dingin. Diakhiri dengan kecupan didahi kemudian. Membuat jantungnya tanpa berhenti berdetak dengan sangat cepat.

"apa kau sudah makan sayang?" tanya Chanyeol kembali duduk dikursi yang disediakan dipinggir ranjangnya. Sedikit menggesernya semakin dekat agar bisa mengelus pipi halus itu.

"ish jangan memanggilku begitu park!" entahlah ia hanya merasa sedikit malu menerima perlakuan manis dari tunangannya itu.

"waee? Kau kan memang kesayanganku. Atau mau kupanggil nyonya park saja?"

Chanyeol mengaduh pura-pura begitu baekhyunnya itu memukulinya dengan kesal atas gombalan yang sialnya mempan itu. Namun lima detik kemudian ekspresi manis itu berubah kelam. Kepala berbalut topi rajut itu menunduk. Jemarinya saling terkait dan memainkan satu sama lain.

Dan chanyeol baru menyadari sesuatu.

Ah sial.

"a-apa...aku benar-benar bisa menjadi Park?" pertanyaan itu mengalun sangat pelan dari bibir pucatnya.

Chanyeol merutuki mulutnya yang tanpa sengaja mengangkat topik itu kepermukaan hangat. Hatinya terasa sakit melihat bagaimana ekspresi kekhawatiran itu tercetak diwajahnya yang manis.

Chanyeol mengangkat dagunya perlahan. Mempertemukan kedua pasang netra itu kembali. The most beautiful crescents in the world. Julukan itu masih sama. Bahkan kini chanyeol merasa semakin mengagumi bagaimana sabit itu berkilauan begitu indah dengan kelam dan lembutnya warna coklat kristal yang kini balas menatapnya.

"tentu saja. Kau satu-satunya orang yang akan aku jadikan Park. Park Baekhyun" hiburnya. Memberikan senyuman terbaik dan usapan kedua jempolnya di pipi sehalus kapas itu. Namun bibir itu masih membentangkan sudut melengkung kebawah. Perlahan kristal bening mengenang dipelupuk matanya.

Dan chanyeol tak bisa untuk tahan melihat bagaimana tatapan itu terlihat bersedih. Ia pun mengalihkan tatapannya pada bening itu dan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya.

"hei lihat. Yixing memberikannya padaku tadi pagi. Bagus bukan? Ini sangat sesuai dengan keinginanmu."

Sebuah kertas undangan agak tebal berwarna vintage yang diikat dengan tali rami dengan seal wax stamp bertuliskan C&B tercetak ditengahnya.

Baekhyun tersenyum dan menerima undangan pernikahan mereka ditangannya. "sangat cantik" ujarnya.

Jemarinya mengelus ukiran huruf yang tercetak di stample lilin. "C&B. Chanyeol and Bear" ia terkekeh mendengar guyonannya sendiri. Tersenyum menatap Chanyeol.

"ini undangan terindah yang pernah aku lihat chanyeol. Aku menyukainya" ujarnya. Chanyeol balas tersenyum dan mendudukan diri diatas tempat tidur tepat disamping pria mungilnya. Tangannya yang panjang merengkuh pundak si mungil. Memaksanya untuk bersandar pada bahunya yang lebar.

Salah satu kegiatan yang sangat amat mereka nikmati sedari dulu. Berbaring diatas tempat tidur dengan kepala si mungil yang bersandar pada dada atau bahunya yang bidang. Bagaimana si kecil merasakan detak jantung chanyeol dan bagaimana chanyeol mencium aroma menenangkan si mungil.

Seperti saat ini. Kegiatan ini adalah salah satu moment kebersamaan mereka yang akan selalu mereka ingat.

"jantungmu berdebar sangat cepat" kekeh baekhyun menyamankan diri dipelukan tunangannya.

"itu semua karna ulahmu" balas Chanyeol yang kini tengah membenarkan selimut agar menutupi tubuh si mungil sampai dada.

Si mungil terkekeh "aku tahu" ia pun memeluk chanyeol semakin erat. Menyurukkan wajahnya pada dada bidang yang lebih tinggi.

"i love you, yoda" lirihnya.

Chanyeol terdiam sejenak. Tahu benar bahwa baekhyun tengah menangis diam-diam. Dan bagaimana hatinya teremas karena itu.

"Love you more, smurf"

Jika saja didunia ini uang bisa membeli segalanya termasuk takdir. Chanyeol akan menukarkan semua kekayaannya untuk merubah suratan yang tertulis permanent di kehidupannya. Ia bahkan akan menukar dirinya untuk kebahagian Baekhyun. Hidupnya. Langitnya.

My sky.

Isakan itu semakin terdengar. Dan dadanya merasakan bahwa airmata telah membasahi kemejanya. Bahwa dadanya ikut menangis merasakan beratnya beban yang ditanggung pria kecintaannya itu.

Chanyeol tak tahu apa yang bisa membuat si mungil tenang selain kecupan yang ia berikan dikepala dan tengkuk si mungil. Sekuat tenaga ia menghapus airmata yang ikut menetes dari mata besarnya. Menahan sekuat tenaga bahwa ia ingin meraung dan menangis seperti bayi. Menahan sekuat tenaga sifat cengengnya hanya untuk jadi sosok kuat dan tegar untuk baekhyunnya.

"chanyeol aku takut..."

.

.

.

.

Dan chanyeol tahu betul apa yang baekhyun takuti.

.

.

TBC

.

.

.

Next?

Who Are You kena WB :'( and idk what to do TT