Fuyu no Yukishiro mempersembahkan sebuah drable

.

Fuyu no Ai

.

Disclaimer:

Naruto (c) Masashi Kishimoto

.

Inspirasi:

Manga "The star in My Heart" karya Hiro-sensei

.

Warning:

Setting Heian, OOC, Typo, GJ, Singkat

.

Happy Reading :D

.

Aku jatuh cinta.

Dari dalam balik tirai kesopanan, aku melihatnya. Wajahnya yang tampan, suaranya yang berat dan caranya bersikap serta permainan serulingnya.

Aku selalu menanti.

Di balik tirai ini, selalu menanti dirinya datang bertamu. Menanti dayang mengantarkan surat darinya dan aku akan tersipu sendiri membacanya.

Aku merindukannya.

Rindu saat jarak kami hanya dibatasi oleh sebuah tirai tipis. Rindu saat mata hitamnya menatapku yang bersembunyi dalam tirai yang mengukungku. Rindu pada sentuh telapak tangannya di punggung tanganku dan meremasnya kuat.

Dan kini aku berdebar.

Saat salju turun, menanti dirinya dari balik tak mempedulikan para lelaki bangsaan yang berlomba-lomba menarik perhatianku di luar tirai sana. Aku hanya menunggunya.

Tapi dia tak datang hingga acara melihat bulan purnama di kediamanku berakhir. Hingga salnju turun sedikit demi sedikit, dia tak muncul.

"Sudah saatnya acara ini berakhir, Sasuke-san tidak akan datang menjemputmu," ucapan Ayah adalah perintah. Meski ingin menolak, bukan kuasaku untuk berbicara. Terkadang aku membenci saat di mana perempuan tak diperbolehkan membantah ucapan pria. Aku mengangguk dengan air mata mengenang, lalu dayang Tsunade dan beberapa dayang lainnya meletakkan sebuah sitar di depanku. Aku menatap sitar itu lekat-lekat sebelum jemari ini memetik satu senar.

Terdengar dentingan suara lalu jemariku yang lain memetik beberapa sinar secara beraturan, menciptakan sebuah alunan melodi yang indah namun sedih, sesedih hatiku saat ini.

Aku nyaris menangis ketika alunan sebuah seruling ikut berpartisipasi, menemani alunan sitar, merubah sendu-sendu kesedihan menjadi sebuah alunan haru dan romantisme yang dalam.

Dia datang.

Menemaniku memainkan sitar. Meski kepalaku tertunduk karena harus konsentrasi pada sitarku, aku bisa merasakan dia mendekat.

Mendekat, mendekat trus mendekat hingga alunan serulingnya berhenti. Aku pun berhenti memainkan sitarku dan mendongak ke arahnya.

Dari sela-sela bambu yang ada pada tirai yang ada di depanku, aku melihat dia menatapku.

Mataku memanas saat dia tersenyum simpul.

"Aku datang menjemputmu, Hinata."

Rasa sesak ini tidak bisa kutahan, mengabaikan semua norma kesopanan yang diajarkan kepadaku, aku berlari keluar tirai, berlari ke arahnya lalu menjatuhkan tubuhku ke dalam pelukannya yangterbuka.

Aku menyesakkan wajahku di i-kan-nya yang terbuat dari sutera hitam. Aku mencengkeram dadanya erat, menangis.

"Saya menunggu anda... Saya menunggu anda, Sasuke-san... Kenapa anda begitu terlambat? Mengapa?"

Hanya ada sebuah pelukan dan aroma maskulinnya yang terhirup sebagai balasan dari jaabanku,serta sebuah bisikan kecil.

"Aku mencintaimu."

.

.

Di bawah salju-salju yang turun perlahan, disaksikan tamu dan keluarga, janji itu terucap.

Malam ini akan menjadi malam yang indah.