"Aku tidak bisa, jadi berhentilah memaksaku melakukannya!"

Baekhyun tidak pernah tau jika ada manusia sebodoh Park Chanyeol di dunia ini. Atau malas lebih tepatnya—laki-laki itu bahkan tak berusaha mencarinya di internet jika memang benar ia memiliki sedikit niatan untuk mendapatkan nilainya.

Bahasa Inggris takkan sesulit itu jika memang Chanyeol berkeinginan mempelajarinya. Chanyeol hanya perlu menghafal beberapa kata yang kemudian ia gabungan menjadi satu kalimat dan Baekhyun akan bersenang hati untuk memeriksa—betul atau tidaknya kalimat itu. Tapi lihat apa yang ia lakukan… besok merupakan ujian bulanan mata pelajaran Bahasa Inggris dan Chanyeol malah menghabiskan waktunya dengan tidur tak peduli di atap.

Baekhyun menghela nafasnya menahan luapan amarah dalam dirinya. pena ia genggam dengan erat sedang tangannya yang lain terkepal di atas meja.

"Setidaknya berusahalah!" Baekhyun menatapnya tak senang. Chanyeol di sampingnya terlihat tak peduli. Alih-alih memejamkan matanya kembali dengan sebuah cibiran pada bibirnya.

Baekhyun menggertakkan rahang, tak sadar ketika kepalan tangannya melayang pada belakang kepala Chanyeol.

"Akh!" Chanyeol merintih kesakitan. Matanya terbuka sedang kedua tangan memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. "Baekhyun apa yang kau lakukan!?" Chanyeol berteriak kalap. Sakitnya tidak main-main.

"Yach! Sopan sedikit padaku!" Baekhyun balas berteriak. Tangannya melayang pada udara kembali, siap memberikan tempelengan yang kedua. "Aku itu gurumu!"

"Apa hebatnya dari itu! Kau bahkan hanya sedadaku, pendek!"

"Apa?!" Baekhyun sontak bangkit dari duduknya dan berkacak pinggang di depan Chanyeol. "Katakan sekali lagi!"

"Pendek! Kau pen-OCH! Kenapa kau menendangku!?"

"Mati saja kau!" maki Baekhyun. Ia segera beranjak dari duduknya dan menghentakkan kakinya kesal menuju pintu atap tanpa peduli pada Chanyeol yang berguling memegangi kakinya kini.

"Pokoknya!" Baekhyun menghentikan langkah dan berbalik badan pada Chanyeol di belakangnya—masih meraung kesakitan pada tulang keringnya. "Hapalkan setidaknya satu kalimat sebelum pulang nanti, kau dengar?!"

...

Sebenarnya Chanyeol tidak sebodoh itu dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Dia hanya tak benar menyukainya. Jika Bahasa Inggris didefinikan sebagai objek bernamakan manusia, maka Chanyeol hanya akan mengagumi parasnya saja tapi tak memiliki niatan untuk mengencaninya. Chanyeol tak bernafsu.

Tak suka maka tak sayang.

Begitupun pelajaran Bahasa Inggris. Chanyeol tak menyukainya maka ia tak memiliki keinginan untuk mempelajarinya. Sesederhana itu... jika saja Baekhyun dapat memahami dirinya.

Tapi sebagai guru, Baekhyun jelas peduli akan nilai siswa-siswanya. Termasuk Chanyeol yang selalu saja berada di urutan terakhir pada mata pelajaran bimbingannya itu. Baekhyun berkeinginan kuat setidaknya dapat membantu nilai Chanyeol dengan tambahan + pada huruf C di buku nilainya.

Tapi sepertinya akan sulit.

Chanyeol menguap lebar dan merenggangkan ototnya yang serasa kaku ke udara. Matanya terbuka di detik selanjutnya dan cukup terkejut ketika mendapati langit jingga di atasnya. Berapa lama ia tidur disana?

Chanyeol buru-buru bangkit dari duduknya dan berjalan tergesa menuju pintu. Koridor kelas terlihat sepi, hanya ada beberapa siswa saja yang terlihat sedang kelas di samping kiri kanan terlihat membosankan. Jam terakhir memang selalu seperti itu.

Chanyeol menguap sekali lagi. Kaki panjangnya ia bawa menuju toilet, berpikir untuk membasuh wajahnya terlebih dahulu lalu kembali melanjutkan tidur di ruang kesehatan. Chanyeol sudah akan berbelok pada koridor yang lain, ketika matanya menangkap dua orang pada ujung lorong.

Matanya memicing dan ia tau betul siapa disana.

Satu yang pendek—Baekhyun bersama dengan satu yang menjulang tinggi, guru Wu. Guru Bahasa Inggris lainnya yang menjadi idola di kalangan murid perempuan.

"Sial!" Chanyeol merutuk dalam hati. "Apa yang mereka lakukan di lorong sepi seperti itu? Sedang berduaan, eh?!"

Chanyeol tak sadar ketika kakinya melangkah menuju dua orang yang berprofesi sebagai guru itu. Langkahnya terdengar aneh, tergesa dengan kepalan pada masing-masing sisi tubuhnya. Guru Wu, Kris—menjadi orang pernah yang menyadari hal itu.

"Haksaeng apa yang kau lakukan disini, mengapa kau tidak berada di kelasmu?" Pria bersurai pirang itu menatapnya selidik. Baekhyun ikut berbalik badan—menghadap Chanyeol kini dan menyimpan pertanyaan yang sama dalam dirinya.

Chanyeol mengabaikan pertanyaan itu, alih-alih berhenti dan berdiri tepat di depan Kris—seolah menantang sedang matanya mengarah pada Baekhyun.

"Guru Byun." Panggilnya.

Baekhyun tersentak kecil mendengar panggilan itu, ia bertukar pandang dengan Kris yang melempar tatapan tak percaya akan tingkah kurang ajar Chanyeol padanya.

"Ya-ya?" Baekhyun menyahut. Satu alisnya terangkat pada keningnya dan ia menatap Chanyeol dengan tak mengerti.

"Aku sudah menghapal satu kalimat yang kau minta." Chanyeol berkata. Matanya masih sejurus menatap Baekhyun, ekspresi wajahnya datar—tak peduli pada Kris yang berkacak pinggang di depannya kini.

"Oh benarkah? Kau bisa mengatakannya nanti—"

"Tidak, aku akan mengatakannya sekarang." Chanyeol memotong. Baekhyun dan Kris terkejut dan Chanyeol tak peduli. Satu tangannya terangkat dan ia menunjuk Kris dengan berani.

"Stay away from this fucking guy!"

"…"

"…"

Sunyi menenami. Tak ada respon berarti kecuali bola mata Baekhyun yang melebar dan rahang Kris yang jatuh.

Chanyeol mengetukkan ujung sepatunya dengan bosan pada lantai lobi sekolahnya. Hari telah beranjak malam dan keadaan sekolah benar-benar telah sepi. Sekolah telah berakhir setengah jam yang lalu dan Chanyeol masih berada disana alih-alih mengambil langkah pulang.

Ia berdecak sekali seorang diri. Lama sekali. Ia merutuk dalam hati. Tapi masih saja tak beranjak pergi dari sana. Kepalanya ia bawa kebosanan pada lorong sekolah dan sontak menegakkan tubuhnya ketika ia dapati sosok yang sedari tadi ia tunggui berada disana.

Chanyeol melebarkan senyum, berbanding balik dengan raut wajah masam dari sosok yang ditungguinya itu.

"Ayo pulang!" ajaknya sembari menarik jemari itu untuk ia genggam. Chanyeol melangkahkan kakinya kemudian, hanya satu langkah dan terhenti kembali. Ia menatap sosok mungil di belakangnya itu dengan kebingungan.

"Ada apa?"

"Jangan seperti itu lagi!" suara si mungil terdengar, nyaris bersamaan dengan kalimat miliknya. "Jangan lakukan hal bodoh seperti itu lagi, bagaimana jika Guru Wu melaporkanmu ke Komite Sekolah, kau akan mendapat masalah."

Chanyeol berdecak. Ia pikir ada apa.

"Berjanjilah kau takkan mengulanginya lagi."

"Kau juga harus berjanji padaku kalau begitu."

"Huh?"

"Jangan dekat-dekat dengan si Blasteran itu lagi atau siapapun selain aku."

"Hah? Mana bisa seperti itu? Guru Wu merupakan seniorku disini, ada banyak hal yang harus kupelajari—"

"Aku cemburu." Chanyeol kembali memotong. Si mungil di depannya sontak terdiam. "Aku cemburu melihat kekasihku berdekatan dengan orang lain… karena itu jangan lakukan lagi, Baekhyun."

Mulut terbukanya mengatup. Jemarinya Chanyeol raih kembali dan menautkan jemari mereka disana. Si guru bertubuh mungil itu taunya merona, kepalanya tertunduk dan ia tak mengujarkan apapun lagi—mengikuti langkah murid tingginya itu keluar dari perataran sekolah.

Kekasihnya.

Park Chanyeol.

Catatan: Fic baru fic baru fic baruuu~ masih dengan peng-request yang sama Pupuputri… Ini drable sih, jadi wajar pendek hehe…jadi tiap chapternya memiliki jalan cerita yang berbeda (sesuai dengan sub judul) dan tidak memiliki kesinambungan antara sub judul satu dengan sub judul yang lain. Jadi yah semacam kumpulan drable gitu.

Dan berhubung ini ficnya ringan dan pendek, mungkin aku akan fast apdate (mungkin lalalala) kalo nemu ide sih wkwkwkw

Btw ini apdetnya bareng Pupuputri (ft. Sayaka Dini), RedApplee dan Lolipopsehun yok serbu kesana~~~

Btw lagi, Review –in juseyooo