Disclaimer : Naruto dan seluruh cast nya milik Masashi Kishimoto. Tulisan ini dibuat hanya untuk menghibur dan merupakan ungkapan seorang fans saja. Kesamaan dalam bentuk apapun yang ada dalam cerita ini hanya kebetulan semata.

Story oleh melodynath.

Dor

Suara dentuman keras senjata api mengisi seluruh rumah yang lumayan besar, membangunkan seorang anak laki-laki yang baru saja terlelap di dunianya.

Bocah berambut itu segera turun dari ranjangnya, membawa kaki kecilnya menuju pintu kamar dan mengintip dari celah kecil lubang kunci. Saat tidak menemukan siapapun di depan kamarnya, iapun membuka pintu kamarnya secara perlahan, ia melihat ke kanan dan kiri dan merasa heran karena tidak ada orang yang lewat. Basanya walaupun hari sudah malam, pasti ada satu atau dua orang yang melewati depan kamarnya untuk mengecek ia sudah tertidur atau belum.

Karena rasa penasaran yang sangat tinggi Iapun berjalan menuruni tangga dan menuju ruangan tamu, ia langsung bersembunyi di balik tembok saat melihat beberapa orang berpakaian serba hitam mengerubungi ayahnya yang adalah seorang kurir.

Kurir... yang punya rumah besar. Tentu saja bukan kurir barang biasa.

"Ampun" Hanya itu yang disuarakan ayahnya. Wajah pria itu mengiba untuk minta dikasihani. Anak itu kembali mengintip, matanya mengedar mencari keberadaan sang ibu. Iapun terkesikap ketika melihat ibunya tergeletak dengan banyak cairan yang berwarna merah di sekitar ibuny. Sebuah luka menganga di dadanya.

"Terlambat." Balas seorang pria berambut kuning mencolok yang menggunakan pakaian kantor lengkap dengan jas dan dasi.

Duar.

Suara tembakan lagi.

Anak itu menutup matanya dengan takut saat sekilas ia melihat ayahnya jatuh terbaring sama seperti ibunya. Beberapa orang yang mengerubungi ayahnya hanya melirik tanpa merasa berdosa, dan yang paling parah adalah pria berambut kuning itu, dia tertawa. Dia tertawa melihat orang tua si bocah mati.

Sreeet...

Shock yang bocah itu rasakan berubah menjadi rasa takut, ketika merasa tubuhnya ditarik paksa oleh seseorang, dan lagi mulutnya juga dibekap oleh tangan orang tersebut. Iapun panik dan berusaha melepaskan diri dari orang tesebut. "Sst... tenanglah kalau kau masih hidup." Perkataan orang itu langsung saja membuat bocah tersebut terdiam dan tidak melakukan perlawanan lagi. Ketika merasa dekapan pria itu mengendur Iapun mambalik badannya dan mendapati sesosok pria berambut merah kejinggaan yang masih muda. Bocah itu bergidik ngeri.

"Ayo." Si rambut merah jingga membawa bocah itu masuk kedalam sebuah lemari sepatu dibawah tangga.

"Ssssttt..." Si pria berambut merah menyuruh si bocah untuk diam.

"Jangan keluar dari sini, tunggulah sampai ada bunyi klakson tiga kali, baru keluar dan ingat... jangan bersuara. Kau harus hidup jika ingin membalaskan dendam pada ayahku" Ujar Si pria berambut merah itu lagi.

Brak.

Ketika pintu lemari ditutup si bocah langsung meringkuk takut, dia sangat ingin menangis tapi ia urungkan karena mengingat perkataan si merah agar tidak bersuara sama sekali. Dia harus bertahan dia jika ingin selamat. Dia harus selamat jika ingin menuntut keadilan.

Tinn... Tinn... Tinn... Bunyi klakson tiga kali berturut-turut terdengar. 'Itu kode nya' batin Si bocah rambut hitam itu, iapun membuka pintu lemari sepatu dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara.

Sepi.

Sudah tidak ada orang disana. Si bocah berlari menuju tempat dimana orang tuanya berada.

Lutut anak itu lemas. Dia melihat dua tubuh orang tuanya sudah kaku, ayahnya yang terbaring dengan lubang di kepala, dan disampingnya sang ibu dengan luka yang menganga di perut . Disaat itu hatinya membeku, sedingin es.

...

"Nii-chan" Seorang bocah dengan mata birunya berlarian menghampiri sang kakak yang baru saja pulang menemani ayahnya.

"Hei, bagaimana harimu? Menyenangkan?" Tanya si kakak.

Si adik mengangguk semangat. Ia begitu menyayangi sang kakak. Ibunya sudah lama meninggal dan ayahnya sibuk bekerja. Yang dimiliki bocah itu hanya kakaknya.

"Tadi aku bertemu dengan anak seusiamu. Dia tampan sekali loh" Ujar kakaknya yang memiliki rambut merah -jingga.

"Oh ya...? tapi aku lebih tampan" Kata si adik yang tidak mau kalah. Suara imut nya membuat sang kakak terkikik.

Kakaknya menggeleng tak setuju. "Tidak. Dia tampan, kalau kau manis"

Adiknya merajuk. Dan kakanya hanya tersenyum.

"Kyuu-nii menyebalkan" Kesal adiknya, dia tidak suka dibilang 'manis'.

"Hahahaha... Naru-chan ngambek" Ujar sang kakak sambil mencubit gemas pipi sang adik yang masih berumur enam tahun itu.

.

.

Naruto tersenyum bodoh pada kakaknya saat meminta 'uang jajan'. Naruto bukan anak yang boros, tapi kebetulan saja uang bulanannya habis karena membeli hadiah untuk Shikamaru.

"Tidak biasanya uangmu habis" Ujar Kyuubi Namikaze, sang anak sulung Namikaze. Ia awalnya bingung saat melihat Naruto masuk ke dalam ruang kerjanya untuk meminta uang. Seingat nya, Naruto anak yang sangat sederhana dan terkesan irit bahkan kadang pelit.

"Aku baru saja membeli hadiah untuk Shika" Ujar Naruto sambil memasang senyum imut nya.

Kyuubi hanya mengangguk, dia kenal Shikamaru sejak Naruto masih SMA. Shikamaru adalah anak yang pintar, tak salah kalau ia lulus kuliah dua tahun lebih cepat dari Naruto. Padahal Naruto sendiri sudah pintar, terbukti dengan di terimanya ia di fakultas kedokteran.

"Dimana ia bekerja?" Tanya Kyuubi.

Naruto tampak berpikir.

"Dia ehm... di cafe" Jawab Naruto.

"Apa? ia hanya bekerja di Cafe?" Tanya Kyuubi heran. Padahal ia mengharapkan suatu pekerjaan yang lebih baik bagi Shikamaru yang pintar. Kyuubi juga tau kalau Shikamaru sudah yatim piatu sejak lahir, dan bekerja di cafe terlalu sederhana untuk menjadi cita-cita pekerja keras seperti Shika.

"Ya... biarkan saja... yang penting dia dapat pekerjaan. Jaman sekarang mencari pekerjaan itu sulit" Sanggah Naruto.

"Baiklah, terserah apa katamu"

Kyuubi mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan memberikannya pada sang adik.

"Ini terlalu banyak Kyuu-nii" Kata Naruto.

"Bawa saja, untuk jaga-jaga. Jangan lupa untuk pergi dengan Iruka-san. Aku tidak ingin kau pergi sendirian, ingat itu!" Kyuubi mengingatkan tegas.

Naruto mengangguk. Dia nurut saja pada kakaknya.

Naruto keluar dari kamar kerja sang kakak. Dulu ruangan itu dipakai sang ayah, namun saat ayahnya sakit karena stroke, jadilah kakaknya harus menggantikan posisi sang ayah.

Naruto yang teringat ayahnya langsung berlari ke kamar sang ayah, sebelum pergi dia harus pamit.

Namikaze Minato, sang kepala keluarga Namikaze tengah berbaring diatas ranjang nya sambil tetap membaca dokumen—yang entah apa itu—dengan tenang.

"Ayah" Panggil Naruto.

"Aku pergi dulu" Kata Naruto sambil mendekat pada ayahnya.

Minato tersenyum, ia mengangguk. "I... iya, hati-ha... ti" Ujar Minato tergagap, semenjak sakit, saraf-sarafnya agak terganggu, termasuk kesulitan bicara. Namun yang paling membuat Naruto bangga adalah ayahnya selalu menjadi pekerja keras. Banyak juga yang bilang kalau Naruto sangat mirip dengan ayahnya, apalagi rambut kuningnya itu.

...

Mata bertemu mata.

Naruto melihat seseorang yang ada di ruang tamu rumahnya. Orang itu memiliki mata hitam kelam yang sewarna dengan rambutnya. Naruto tidak menyukai orang itu, tatapan nya menyeramkan, dingin dan 'sadis', walaupun harus diakui dia agak ehm... tampan.

Si pemilik mata menatap Naruto penuh arti lalu menyunggingkan senyum samar-samar sambil berlalu masuk ke dalam ruang kerja kakaknya. Naruto sebenarnya sudah tidak kaget, toh tamu kakaknya memang sering aneh-aneh.

Naruto masuk kedalam mobilnya, disana Iruka sudah bersiap untuk mengantarkan majikannya ke tempat tujuan.

"Paman Iruka" Panggil Naruto.

"Ya tuan muda"

"Apa paman mengenal tamu kakak yang tadi? Aku baru melihatnya dan dia agak sedikit aneh" Ujar Naruto.

"Yang saya tau dia adalah pengusaha pemilik sebuah club di tengah kota. Hanya itu" Jawab Iruka.

Naruto hanya mengangguk. 'Tamu Kyuu-nii memang selalu aneh', batin Naruto.

.

"Ini berlebihan Naruto. Kau tau... aku tidak bisa menerima ini" Ujar Shikamaru saat menemui Naruto yang mampir ke rumah kecilnya dan membawa—tepatnya mendorong— sebuah motor sport.

"Kenapa kau berlebihan sekali sih? Ini kan hanya hadiah untuk orang hebat seperti mu"

Shikamaru menggeleng.

"Aku ini hanya pegawai cafe" Kata Shikamaru.

"Bukan... kau adalah anggota intelegen yang menyamar sebagai pegawai cafe" Kata Naruto dengan suara yang cukup besar.

Grep.

Shikamaru segera membekap mulut Naruto dengan tangan kanannya. Naruto benar-benar tidak bisa diajak menyimpan rahasia, jika ada yang sampai mendengar ucapan Naruto, habis sudah karir yang baru Shikamaru rintis.

"Ssssst" Shikamaru menyuruh Naruto diam.

Naruto melepaskan tangan Shikamaru yang membekap mulutnya. "Makanya... terima saja hadiah dariku, jangan ditolak. Aku tidak tega melihatmu bepergian dengan bus sampai larut malam. Lagi pula motor ini bisa membantu pekerjaanmu untuk mengungkap penjahat" Kata Naruto lagi.

"Tapi motor ini terlalu mahal" Shikamaru melirik motor berwarna hitam metalik yang Naruto beli.

"Kalau begitu, kau bisa membayarkan nya padaku dengan gajimu nanti. Yang penting diterima saja dulu!

Senyuman mengembang di wajah datar Shikamaru. Ia selalu tidak habis pikir bagaimana Naruto selalu bisa membuat harinya menjadi berwarna.

"Baiklah" Ujar Shikamaru.

"Nah bagus. Sekarang aku pulang dulu ya" Kata Naruto.

"Mau aku antar?" Tanya Shikamaru.

"Tidak perlu. Aku pergi dengan paman Iruka. Dia parkir di depan pertokoan tua di jalan besar. Salahkan jalanan komplek rumahmu yang tidak bisa dimasuki oleh mobil" Kata Naruto sambil menggerutu lucu.

"Maklum saja... aku hanya punya uang untuk menyewa rumah disini" Shikamaru tertunduk.

"Tidak apa-apa kok, aku hanya bercanda" Jawab Naruto. "Sudah aku pulang dulu!"

"Aku temani ke mobilmu" Tawar Shikamaru.

"Ishh... aku bukan anak-anak... aku juga bukan perempuan. Aku bisa jalan sendiri!"

"Baiklah... baiklah"

...

Brak. Naruto menutup pintu mobilnya.

"Paman Iruka, ayo jalan" Kata Naruto.

Seseorang di kursi pengemudi
menoleh ke belakang.

"Loh siapa? Kau siapa?"

Orang itu hanya tersenyum mengerikan.

Dia adalah pria paruh baya dengan wajah yang seram dan Naruto yakin sekali tidak mengenalnya. Belum sempat Naruto protes lagi tapi seseorang telah masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelahnya lalu membekap mulut Naruto dengan sapu tangan.

Naruto tak sempat berontak dan tubuhnya melemas sampai kesadarannya hilang.

Naruto pingsan dan mobil itupun melaju pergi.

To be continued...

Huft.… Luar biasa melelahkan…. Selamat membaca guys

Jangan lupa tinggalkan jejak dan terimakasih sudah mau mampir ke cerita saya…