Chapter 1 : Kawin lari (Yoonmin | BTS) GS


Kumpulan cerita dari 'Balada Ching-Ching, dan balada lainnya' dari Maggie Tiojakin

Balada ke empat : Kawin Lari, Si pemuda dan si gadis

Dua remaja memutuskan kawin lari. Pergi ke Las Vegas naik bus Greyhound. Separuh jalan, mereka sadar tak ada jalan kembali.


[BGM : You Are My Everything – Gummy]


Menumpang bus antar kota, Greyhound, di pagi hari buta sementara penumpang lain terbuai dalam tidur dikursi mereka masing-masing, pemuda itu meregangkan tubuhnya di samping seorang gadis yang tengah menatap ke luar jendela dan berkata, "Tidurlah."

Si gadis menatap refleksinya sendiri di jendela, lalu melihat bayangan pemuda disampingnya, kepala yang tersandar di pundaknya, berat hidup mereka yang tampat kelewat ringan di tengah gelapnya malam. "Mimpi apa kau barusan?" tanya Jimin.

"Aku tidak bermimpi." Jawab Yoongi, dengan sebelah tangan menutupi mulut, menguap, mengusir kantuk. "Aku hanya setengah tertidur karena suara-suara bising tadi."

"Suara bising apa?" tanya Jimin.

"Entahlah," jawab Yoongi. "Tadi aku mendengar ada suara-suara aneh."

Si gadis menatap lurus ke depan, ke arah lapisan aspal jalan tol bernuansa keabuan bergulung dibawah bus mereka, ke arah garis putus-putus berwarna putih yang memanjang dan mengulur dan hendak meraih batasan langit, serta ke arah bohlam-bohlam kecil berwarna orange yang menitiki setiap garis itu agar semua pengemudi dapat melihat jalur mereka dengan jelas di tengah malam kelam atau hari berkabut.

Pemuda itu kembali memejamkan mata, tak peduli bahwa si gadis masih terjaga.

"Jam berapa kira-kira kita tiba di Las Vegas?" tanya Jimin.

"Sekitar dua sampai tiga jam dari sekarang," jawab Yoongi lemah, "Sudahlah kau harus beristirahat."

"Apa kau sudah menghubungi pendeta disana?" tanya Jimin lagi.

"Aku kan sudah bilang, kita tidak akan pergi ke gereja," hardik Yoongi kesal, membuka matanya sebentar untuk melirik ke arah lawan bicaranya. "Bisa tidak sih kau berhenti merasa cemas?"

Jimin tidak pernah tahu caranya berhenti melakukan apapun. Saat teman-temannya memberi peringatan tentang wanita-wanita lain Yoongi, dia tidak pernah berhenti mengencaninya; saat dia memergoki Yoongi tengah berciuman dengan putri tetangga, dia tidak pernah berhenti menginginkannya; ketika mereka bercinta di jok belakang mobil sewaan, dalam perjalanan ke Maine, ia tidak berhenti mengatakan kepada Yoongi agar lebih mencintainya; ketika ia duduk di ruang praktik dokter dan dikabarkan perihal janin dalam kandungannya, ia tidak mengentikan kehamilannya; dan ketika yoongi melamarnya di atas ranjang, saat tetesan air hujan jatuh menimpa mereka dari atap yang bocor, dia tidak berhenti percaya bahwa semua kejadian dalam hidupnya telah diatur oleh Yang Kuasa.

"Kamu yakin ingin melakukan semua ini?" tanya Jimin.

"Jimin! Kau membuatku kesal sekarang," jawab si pemuda dengan mata terpejam. "Berapa kali harus kuyakinkan dirimu?"

"Kita benar-benar akan memulai hidup baru," gumam jimin.

"Bukankah itu yang kita inginkan?" tanya yoongi.

"Kamu sadar 'kan dalam waktu tujuh bulan aku akan melahirkan anak kita?" ujar jimin. "Bahwa ini nyata, bukan main-main belaka?"

Si pemuda terdiam sesaat, lalu, "Aku bisa jadi ayah yang baik."

"Kau bahkan tidak tahu caranya jadi orang baik."

"Kenapa kau ingin memancing amarahku?" tanya si yoongi.

Jimin menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-paru nya dengan udara kosong, dan melepasnya dengan pelan, hati-hati. Napas pemuda di sampingnya terdengar terburu-buru, seperti banteng, seradak-seruduk—karena kebiasaannya merokok, minum-minuman keras dan bergadang. Si pemuda tidak suka dinasihati tentang kebiasaannya merokok, minum, dan bergadang. Yoongi bilang seorang pria harus diberi kebebasan untuk hidup sebagaimana ia mau, karena kalau tidak ia akan merasa terperangkap, ingin lepas. Jadi Jimin berhenti menasihatinya. Yang dia harapkan hanyalan agar Yoongi menginginkannya.

"Aku takut," kata Jimin, tapi Yoongi tidak lagi mendengarkan. Ia tertidur, mendengkur dengan pelan. "Aku sangat, sangat takut."

Jimin menoleh ke arah Yoongi—kekasihnya, melihat dagu Yoongi yang terjatuh di atas dada, wajahnya yang ditekuk. Ia ingin sekali bersembunyi di dalam lekukan wajah Yoongi untuk selamanya.

Yoongi mengigau, bola matanya bergerak ke kiri dan kanan di bawah kelopak mata, terjebak dalam mimpi. Jimin melarikan jemarinya di antara helaian rambut si pemuda, menyentuh bibirnya dengan ujung jari, dan bertanya-tanya tentang mimpi yang sedang menguasai alam bawah sadar Yoongi, tentang segala hal yang dialami si pemuda tanpa kehadirannya, dan menginginkan, membutuhkan, mendambakan pengalaman yang sama, meski hanya untuk sedetik saja.

Ia mengecup kening Yoongi, ,merasakan hangatnya, lembutnya.

"aku mencintaimu," kata Jimin.


GIMME REVIEW PLEASE ?