Piece of Mine

Lee Taeyong - Ten Chittaphon Leechaiyapornkul


1

Yang Ten tau, ini sudah hampir sebulan sejak pertama kali ia melihat laki laki itu. Seseorang yang dengan semangatnya yang menggebu-gebu, terlihat dari setiap gerakan yang ia lakukan bersamaan dengan tempo musik yang belum berubah sejak hari itu.

Gerakannya sangat baik dengan aura kuat disekelilingnya. Bahkan Ten mengagumi semua gerakan laki laki itu yang pernah tertangkap oleh matanya.

Seingatnya juga, mereka baru saling melihat satu sama lain sebanyak dua kali, itupun hanya sebuah tatapan singkat yang tidak disengaja. Meskipun letak ruangannya bersebelahan dengan ruangan laki laki itu.

Mungkin dia terlalu sibuk untuk memperhatikan sekitar dan terlalu sibuk untuk menatap balik seseorang dibalik tembok kaca ini.

Terkadang ia menerawang. Memaksakan sel sel di otaknya membuat sebuah hayalan sederhana yang terdengar begitu picisan. Pernahkah laki laki itu memikirkan hal yang sama dengannya? Mengagumi setiap gerakan yang pernah ia lakukan di akademi ini dan juga keinginan untuk berkenalan.

Mungkin besok, dia masih tetap memiliki kesempatan.

Ten berlalu, seperti hari hari sebelumnya dimana pada akhirnya ia menyerah untuk menunggu sesuatu yang tidak jelas. Padahal yang ia inginkan hanya berkenalan, sedikit percakapan dan juga ingin memuji laki laki itu.

Tiba tiba langkahnya berhenti, mendengus.

Mungkin untuk bulan ini dia harus merelakan predikat monthly best dancer yang sudah ia pegang selama berbulan bulan lamanya. Ah, toh gerakan laki laki itu tidak lebih buruk darinya, jadi Ten bisa merelakan itu.

Terlalu banyak mungkin di otaknya. Tidak ada yang pasti, semua hal terasa menggantung.

Dan ketika angin berhembus makin kencang, Ten kembali berjalan, lebih cepat dari sebelumnya.


"Jadi, apa yang mau kau lakukan? Mengetuk pintu kaca itu lalu langsung memperkenalkan diri?" ucap seseorang di kursi sebrang dengan sebuah sendok di tangan kanannya.

"Tidak tidak. Tidak akan seburuk itu. Aku harus bisa menjaga kesan pertama"

"Lalu? Menunggu pengumuman dancer terbaik bulanan?"

"memangnya apa lagi yang bisa aku lakukan?"

"Bahkan di kertas pengumuman tidak ada kelas, umur, apalagi foto. Bagaimana kau bisa tau kalau itu memang dia?"

Ten tidak bergeming sampai akhirnya ia kembali membuka mulutnya, "Siapa lagi di akademi yang memiliki kemampuan sebaik dirinya selain aku? Ya, mungkin Seo Youngho, jikalau ia masih aktif di akademi"

"Dan Ji Hansol, kalau saja dia tidak memutuskan kembali ke Busan, ya, kan?" laki laki di sebrang Ten –Jaehyun kembali mengarahkan sendok itu ke mulutnya, mengunyah mac and cheese yang masih hangat sebelum melanjutkan, "Tapi apa dia benar benar tidak pernah melihat kearahmu? Memangnya dia tidak pernah membalikan badan?"

"Jung Yoonoh, apakah kau memang tidak bisa percaya?"

Jaehyun mengerutkan dahi, "Jangan gunakan Yoonoh. Memang tidak, dia manusia macam apa yang tidak peka ketika sebulan ini terus diperhatikan oleh laki laki aneh dari luar ruangannya?"

"Tapi faktanya memang seperti itu dan aku maupun kau harus menerimanya, yakan?"

"Aku benar benar menyesal sudah memutuskan keluar dari akademi itu sekarang"

"Ya, selamat berenang dengan semua penyesalanmu itu, Jung Yoonoh"

Jaehyun berdecih, "Kalau begitu selamat menunggu, Chittaphon Leechaiyapornkul"


Ketika waktu yang ia tunggu tunggu akhirnya tiba, Ten langsung merapikan barang barangnya.

Rutinitas sorenya selama hampir sebulan ini tetap ia lakukan. Mengamati laki laki yang sore ini menggunakan kaos broken white dengan celana panjang hitam di kakinya.

Masih dengan lagu cinema yang samar samar terdengar dari dalam ruangan kedap itu, dia kembali mengulang gerakan yang sama seperti saat pertama kali Ten melihatnya. Namun, kali ini ia sudah hampir menyelesaikan lagu itu.

Ten merasa semuanya baik baik saja sampai laki laki itu berhenti. Tetapi bukan hal itu yang membuat Ten memberanikan dirinya untuk menerobos masuk kedalam ruangan berdinding kaca yang selama ini hanya bisa ia amati dari luar.

Tetapi disana, laki laki itu memegang pinggangnya hingga berlutut. Menunduk menatap lantai licin berwarna coklat muda itu dengan peluh yang menetes dari ujung rambut hazelnya.

"Apa kau baik baik saja?" Pertanyaan bodoh bagi Ten. Laki laki itu sudah meringis di lantai dan ia masih menanyakan kabar.

Laki laki itu mengangkat kepalanya lalu mengubah posisinya menjadi terlentang di lantai.

Mata tajam laki laki itu kembali bertemu dengan matanya. Sepertinya baru kali ini Ten dapat melihat wajah laki laki itu dengan jelas.

Matanya yang mengintimidasi, hidungnya yang bangir, bibirnya yang tipis dan rahang yang begitu tajam. Ten merasa bahwa apa yang di hadapannya ini sudah seperti tokoh animasi seperti yang ia lihat di televisi, versi hidup dari mereka semua.

"Apa aku begitu lancang masuk kedalam ruanganmu tanpa permisi? Aku minta maaf, tadi aku cukup panik ketika melihatmu yang tiba tiba jatuh seperti itu"

Laki laki itu mengalihkan pandangannya, menatap lurus kedepan, langit langit kosong.

"Terima kasih, tapi aku baik baik saja"

Baik baik saja ketika kamu sudah hampir collapse di lantai seperti itu? Jangan bercanda.

"Serius? Uhm.. Kalau begitu aku permisi"

Ten berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju pintu.

"Namaku Lee Taeyong. Jika dilihat dari blazer yang selalu kau bawa itu, jarak sekolah kita tidak jauh. Dan kau adalah Chittaphon Leechaiyapornkul, dancer terbaik disini selama 7 bulan berturut turut."

Ia melebarkan matanya, apa yang ia pikirkan benar benar nyata. The boy next door yang ternyata bernama Lee Taeyong ini tidak benar benar mengabaikannya, atau setidaknya mengetahui keberadaannya.

Baru saja ia ingin mendorong pintu itu, suaranya terdengar lagi.

"Kita sudah saling mengenal, jadi kau tidak perlu lagi berdiri di luar sana setiap hari"

Menghancurkan hatinya.

.

.

.

TBC