Rate : T

Genre : Romance/Friendship/Family

Warning : maybe OOC. AU(?). Ugh, aneh.

Disclaimer:

Naruto©Masashi Kishimoto

Song: Falling in Love J-Rocks (edit lho yah)

Summary : Di hari itu, sang putri bertemu pertama kali dengan ksatrianya. My debut Song Fic. My debut Chapter Fic. RnR please?


THE PRINCESS AND HER KNIGHT

-

First

by Ai Coshikayo


Tidak banyak orang yang tahu bahwa di ujung barat Konohagakure terdapat sebuah padang rumput luas berbunga yang begitu teduh dan indah. Langit selalu bersahabat di tempat itu, seperti dua orang putri yang bersahabat yang selalu mencuri kesempatan bermain di padang tak bernama itu. Sakura dan Ino, putri bangsawan dari dua klan berbeda di Konoha.

Seperti sore ini, sementara Ino berkuda mengelilingi padang luas itu, Sakura bermain riang diantara bunga-bunga liar yang bermekaran. Lengan kimono merahnya menjuntai lembut menyentuh setiap kelopak bunga yang ia lewati, seakan mengucap salam dan penyambutan, keceriaan dan kebahagiaan. Senyum manis merekah di wajah polos gadis itu. Sesekali ia tertawa senang saat satu dua ekor kupu-kupu melintas, dan tersenyum kecil pada kumbang yang hinggap. Ah, apakah yang lebih menawan dari senyum polos itu?

"Sakura!" panggil Ino dari seberang padang, membuat gadis berambut merah muda itu menoleh. "Main bunga melulu! Ayo kau coba pacu kudamu!" Ino mengarahkan kuda putih kebanggaannya ke dekat Sakura, lalu melompat turun.

Sakura menggeleng, "Tidak ah. Kau saja, Ino."

Berbeda dengan Ino yang walaupun sama-sama seorang putri tapi memiliki jiwa ksatria garis depan, Sakura adalah cerminan putri manis yang—diprediksikan—akan menjadi dambaan tiap calon mertuanya kelak.

Ino, berambut pirang yang selalu diikat tinggi di atas kepala, cukup energik dan lincah, pemberani sekaligus anggun saat bersamaan, dengan Sakura yang manis dan polos, berhati lembut dan sopan serta pandai, mana yang lebih istimewa?

Jika Ino adalah bunga kecil yang mencolok dengan warnanya yang cerah meriah, maka Sakura adalah kuncup mungil yang tersembunyi diantara warna-warna megah tetapi memiliki keindahan tersendiri .

Jika Ino adalah macan kecil yang sangat cerdik dan tangkas maka sakura adalah kelinci putih yang lugu plus super polos.

Setidaknya sampai saat ini, begitulah mereka.

Keduanya sama-sama putri yang cantik, kaya, terpelajar, dari keluarga Haruno dan Yamanaka, yang keluarganya relasi dari dua klan besar Uzumaki dan Uchiha.

Dalam hal ini, Sakura menang satu langkah dari Ino karena dirinya akan ditunangkan dengan putra bungsu keluarga Uchiha kelak saat keduanya berusia lima belas tahun.

Tapi Yamanaka Ino tidak bisa diremehkan sama sekali karena klannya satu kubu dengan klan Nara dan klan Akimiji. Salah dua dari tiga klan penasehat langsung di bawah Hokage, minus klan Hyuuga. Menjadi suaminya sama saja membuka peluang besar menuju pemerintahan Konoha.

Sakura atau Ino, Ino atau Sakura. Yang jelas keduanya bersahabat selalu.

"Makanya jangan sibuk belajar tata krama saja, sesekali kau harus tahu bagaimana caranya menggunakan pedang!" Ino memungut ranting kecil yang tergolek dekat kakinya dan memainkan ranting itu ditangannya. Gerak jarinya lincah menguasai gerakan ranting itu seperti sedang bermain pedang.

"Pedang?" Sakura menatap Ino takjub, "Kau bisa?"

"Tentu saja!" sahut Ino bangga. "Salah satu anggota pasukan berkuda bernama Asuma yang mengajariku. Sekarang sudah bukan zamannya seorang putri main rumah-rumahan melulu, Sakura-chan," Tangan gadis itu menjawil hiasan bunga pada tatanan rambut Sakura yang masih rapi, menggoda.

Sakura memberengut. Ia memang tidak sehebat ataupun seberani Ino. Ino, yang selalu menanyakan terlebih dahulu setiap perintah keluargannya sebelum melaksanakan dengan sempurna. Ino yang selalu bisa menguasai suasana dengan keahlian seorang Lady sejati di setiap pesta-pesta minum teh. Ino yang tidak terikat peraturan dan hukum tata karma seorang putri.

Diam-diam Sakura iri pada sahabatnya itu. Pasti menyenangkan bisa merasa bebas. Pasti menyenangkan bisa melakukan apa saja sesuai keinginan hati tanpa takut merusak nama baik keluarga. Pasti menyenangkan bisa menjadi diri sendiri.

Biarpun mereka sama-sama dibebani nama klan bangsawan, berbeda dengan Ino, Sakura sama sekali tidak bisa berkutik di bawah tekanan orang tuanya.

"Oi! Sakura!" Ino melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Sakura yang langsung mengerjap terkejut. "Hayo, melamunkan Sasuke ya?"

Wajah Sakura langsung merona, "Tidak!"

Ino tertawa, "Ya sudah, ayo kita pulang. Para pelayan pasti sudah kalang kabut mencari kita sampai ke kolong meja." gerutu gadis Yamanaka itu.

Sakura ikut tertawa. Ah, satu lagi. Kalau bukan karena Ino, ia pasti tidak akan bisa minggat barang sedetik pun dari kediaman Haruno.

"Ya sudah, ayo."

- - * - -

Sore yang sama, karnaval besar sedang diadakan untuk menyambut kepulangan para prajurit yang baru saja memenangkan Konoha atas Kirigakure.

Iring-iringan panjang berkuda itu baru saja memasuki desa ketika Sakura dan Ino melintasi jalur mereka untuk pulang.

"Itu pasukan Konoha! Hebat sekali! Ayo kita lihat!" ajak Ino bersemangat.

"Jangan Ino, kau sendiri tadi yang bilang kalau para dayang bakal cemas." tolak Sakura khawatir.

"Ah, sebentar saja kok." Tanpa menunggu respon Sakura, Ino dan kudanya sudah berderap ke arah keramaian itu.

Sakura hanya bisa pasrah. Apalagi yang bisa ia lakukan untuk melawan sahabatnya yang keras kepala itu? Dengan gontai Sakura mengarahkan kudanya untuk mengikuti Ino.

Mengikuti Ino? Sakura melihat ke depannya. Tunggu dulu! Mana Ino?

Perasaan panik menyerang Sakura. Astaga, cepat sekali anak itu menghilang! Ia menoleh ke kanan dan kiri. Nihil.

Bimbang antara menunggu dan bergerak, akhirnya Sakura memutuskan untuk mencari Ino. Tidak mungkin ia bisa tenang pulang sendiri sementara sahabatnya menghilang entah kemana. Memang sih Ino tidak mungkin tersesat ataupun ketakutan dan tidak bisa pulang—well, itu dirinya—tapi bukan Sakura namanya kalau tidak peduli pada sahabatnya sendiri.

Maka putri klan Haruno itu melompat turun dari kudanya dan mengikat tali kekang kuda itu pada sebuah pohon. Ia tidak tahu bagaimana bisa menyeruak kerumunan itu dengan berkuda tanpa melukai para penduduk, walaupun Ino jelas telah menemukan caranya.

Takut-takut Sakura mulai menyusup ke dalam barisan penonton. Sedikit ragu dengan apa yang ia cari. Kerumunan itu terdiri dari berbagai usia, penduduk sipil biasa yang tidak menyadari keberadaan Sakura karena jubah bertudung yang dipakai gadis itu.

Sakura, dengan tinggi hanya sedikit lebih tinggi dari pinggang orang dewasa, berusaha mencari sahabatnya diantara orang-orang yang menurutnya seperti mendadak menjulang itu. Jelaas bukan pekerjaan mudah.

"Ah!"

Tak sengaja seorang ibu yang berdiri di belakang Sakura mendorong gadis itu hingga terjerembab, jatuh tepat di tengah jalur yang akan dilewati pasukan berkuda. Pandangan mata semua orang langsung tertuju padanya.

Sakura merasa malu luar biasa. Dirinya kini menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitarnya yang kebanyakan tidak menolong tapi malah menertawakan dirinya. Untung saja tudung mantel masih tetap menutupi kepala, kalau tidak ia bisa lebih malu lagi. Putri keluarga Haruno, mengacaukan festival dengan jatuh dalam jalur pasukan berkuda. Ia bisa diceramahi penanggung jawabnya, Shizune selama berjam-jam.

Sakura berusaha bangkit untuk cepat-cepat pergi dari tempat itu, namun lututnya yang lecet menyebabkan gadis itu meringis kesakitan dan tidak mampu berdiri.

Bingung, malu dan kesakitan. Sakura merasa tidak kuat lagi. Air mata yang menggenang di pelupuk matanya perlahan-lahan jatuh. Ia memang lemah, tidak setegar Ino. Benar-benar putri yang cengeng. Sakura membenci dirinya yang seperti ini.

Saat itulah ia merasakan sebuah lengan menariknya, setengah menggendongnya untuk berdiri. Sakura menatap lengan itu, lalu mendongak untuk mengetahui siapa pemiliknya.

Berambut perak, berbadan tegap, berwajah kuat. Wajah itu tersenyum padanya.

I think I'm in love for the first time.

Laki-laki ini pastilah salah satu dari pasukan berkuda itu. Sakura yakin karena ia memakai pelindung kepala Konoha yang menutupi mata kirinya. Wajahnyapun ditutup penutup wajah dari area hidung sampai leher ke bawah. Dipinggangnya sebuah pedang bergagang serigala tersarung.

And it's making my heart confused.

Entah bagaimana Sakura bisa merasakan wajahnya menghangat. Jangtungnya berdegub sedikit lebih kencang, bertalu-talu di dekat telingannya sampai ia merasa melayang. Ia tidak tahu kenapa.

Tell me what exactly happened.

"Kau baik-baik saja?"

Suaranya, suara laki-laki ini, rendah dan ramah. Suara paling indah yang pernah Sakura dengar, yang pernah Sakura tahu. Sakura tidak tahu apa-apa soal pria, tapi pastilah laki-laki ini sudah menyihir begitu banyak wanita hanya dengan suaranya itu.

Tidak mampu menjawab, Sakura hanya mengangguk. Tubuhnya serasa membeku dan tidak mau digerakkan.

How I wonder it will be.

"Hati-hati ya," sekali lagi pria itu melempar senyum padanya, senyum yang terlihat dari matanya. Senyum yang membuat Sakura menahan nafas.

You're touching my heart and my soul.

Di sekelilingnya Sakura mendengar sorak-sorai dan tepuk tangan. Otaknya memberitahu bahwa dirinya dan laki-laki inilah yang membuat orang-orang ini begitu ribut. Seorang ksatria turun dari kudanya untuk menolong seorang gadis kecil. Itu berita besar! Tapi ia tidak peduli.

While your hands in my hands indeed.

Tangan itu masih menggenggam tangannya. Terasa hangat dan menenangkan. Terasa menyenangkan.

Tell me what exactly happened.

Sakura tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Matanya tidak mau berhenti menatap pria itu. Otaknya tidak bisa berhenti merekam semua yang bisa ia tangkap dari ksatria ini. Aura pria ini begitu kuat. Hangat sekaligus menusuk. Begitu… misterius. Membuat ia tidak mengerti. Membuat ia terperosok dan tidak mau keluar lagi.

Makes me feel I'm drowning too deep.

Kalau bisa Sakura ingin selamanya seperti ini. Selamanya bersama orang yang bahkan baru ia temui hari ini, orang yang bahkan belum ia ketahui namanya. Tapi orang ini, entah bagaimana, Sakura tahu akan menjadi orang yang terpenting dalam hidupnya.

Seems weird for me.

Tapi waktu tidak selalu menjadi teman, saat ini detik harus tetap berlanjut dan ksatrianya harus pergi.

I will never let this feeling cold.

Tangan itu melepaskan diri dari tangannya, lalu menepuk lembut kepalanya. Dengan gerak cekatan sang ksatria berambut perak menaiki kudanya kembali. Kuda hitam yang tinggi dan gagah. Segagah penunggangnya.

Sebelum Sakura sempat mengucapkan terima kasih, ksatria itu telah menghilang, membaur kembali diantara pasukannya. Meninggalkan Sakura yang hanya bisa tertegun menatap kepergiannya.

Sakura tidak merasakan perubahan di dalam dadanya, degub jantungnya masih terasa begitu cepat. Baru kali ini ia merasa berdebar luar biasa.. Sakura meletakkan tangannya di rambut, nyaris berharap ia tidak perlu mencuci rambut selamanya.

Saat Sakura masih terbengong mengagumi ksatrianya yang sudah pergi sejak tadi, tiba-tiba sebuah tangan kecil menarik lengannya. Mengajaknya mundur menjauhi kerumunan. Sakura nyaris tidak sadar dengan dirinya sendiri yang diseret paksa.

Ino mengguncang tubuh sahabatnya, meminta perhatian. "Sakura!"

"Ino?" Sakura berusaha memusatkan perhatian. Tidak mudah, sosok ksatria itu masih memenuhi otaknya. Tidak mau hilang, tidak mau pergi, tidak bisa dihapus.

"Dasar bodoh! Apa yang kau lakukan di sana hah?" bentak Ino tidak sabar.

Cause I'm falling in love

"Mencarimu," jawab Sakura polos.

Ino memutar bola mata kesal. "Nah karena aku sudah ada di sini ayo kita segera pulang!"

"Eh, Ino…!" selama sedetik itu Sakura berpikir untuk menceritakan pengalamannya barusan pada gadis berambut pirang itu. Tampaknya Ino belum mengetahui insiden barusan.

I'm falling in love

"Apa lagi?"

"Eh," Tapi Sakura ragu apakah Ino mengenal ksatria itu. Lagipula kejadian itu sedikit banyak membuatnya malu sekali. Bimbang. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak jadi mengatakannya. "Tidak, tidak apa-apa." Lagipula ia tidak ingin membuat Ino khawatir. Dan lagi, ada sisi egois dalam dirinya yang tidak ingin siapapun tahu tentang ksatria itu. Sakura ingin itu semua hanya menjadi miliknya. Mungkin saja aku…

Yes, I'm falling in love

Ino menghentakkan kakinya, pertanda kesal luar biasa. "Sakura aneh!" Ia melompat ke pelana kudanya sendiri. Dengan tidak sabar menunggu Sakura yang sedang berusaha menaiki kudanya seperti orang linglung. Kenapa sih anak ini?

I'm falling in love with you

Sakura nyaris tidak merasakan kekesalan Ino pada dirinya. Dengan gerakan riang ia memacu kudanya kembali ke Kediaman Haruno. Yakin dirinya akan tidur nyenyak malam ini, memimpikan ksatrianya.

Ksatria berambut perak, Sakura tersenyum dalam hati, semoga kita bisa bertemu lagi.

Yes, I'm falling in love with you

-

-

~ First is The End ~

~ The Princess and Her Knight to be Continued ~


Special for:

Temen-temenku di skula yang udah aku tularin virus FFN ampe aku iklan-iklan nin.,wkwk

Temen-temen baruku di FFN, terutama Awan-senpai yang bakal tetep aku panggil 'senpai' walaupun yang punya nama suruh Kk aja *jitak* thanks so much senpai buat dukungannya, mungkin pilihan pair KakaSaku ini special untuk senpai?^

And minna semua yang udah nyempetin baca and review! Arigataou All!

Mungkin untuk proyek THE PRINCESS AND HER KNIGHT ini Sakura-nya nyaris dipastikan bakal OOC. Maaf ya, soalnya kalau dipikir-pikir Sakura tu selalu mengalami evolusi di Naruto; dulunya cengeng banget ampek di tolong sama Ino, trus mulai galak sejak jadi genin, and di Naruto Shipundden jadi salah satu kunoichi hebat yang nggak bisa diremehkan. Pinginnya fic ini pun mengikuti perubahan evolusi Sakura, tapi tauk deh bisa ataw e ga ^Ah, tapi cuma ada satu yang nggak berubah dari Sakura dan satu itu paling saya sebelin dari dulu, yaitu perasaan dia ke Sasuke! Ih, sebel! *digampar fans SasuSaku* Yah, tapi itu bukan berarti saya lebih suka KakaSaku*peace* pokonya apapun yang penting tetep KAKASHI!*dikubur idup-idup*

Moga-moga akan terus jadi song fic! Amien!^ Tapi lagunya beda-beda kokga tanya!

Terus baca ya!

Tx!

Ai Coshikayo