YAOI / RATED AMAN / TIDAK SESUAI EYD

MAKASIH BANGET YANG MAU BACA TULISAN GAJELAS INI…

JANGAN BACA KALAU MENURUTMU GA SERU...

HAPPY READING^^

.

.

.

.


"Wonu-hyung… Chan ingin ketoilet… Chan tidak ingin mengompol" sebuh tangan mungil menggerak-gerakan tubuh besar Wonwoo yang terlelap.

"Hm? Baiklah Chan…" Wonwoo beranjak dari tempat tidur ya bersama anak kecil tadi. Menggenggam tangan mungilnya. Lalu berjalan keluar kamar mereka. Menyusuri lorong gelap dan masuk kedalam sebuah ruangan lain. Toilet.

"Chan kau bisa sendiri kan? Hyung akan menunggu di sini." Anak kecil tadi mengangguk dan langsung masuk ke salah satu bilik kamar mandi.

Jeon Wonwoo. Seorang pemuda berusia 23 tahun yang tinggal disebuah panti asuhan semenjak kedua orang tuanya meninggalkannya sendiri didepan pagar panti saat ia berusia 5 tahun. Dibesarkan dengan kasih sayang oleh ibu panti tanpa mendapat rasa sayang dari kedua orang tuanya.

Wonwoo sendiri adalah orang yang cuek. Saat kedua orang tuanya meninggalkannya, ia tidak menangis. Tidak juga marah. Ia tau kalau ekonomi keluarganya saat itu sangat buruk. Dan ibunya berharap bahwa jika Wonwoo tinggal di panti asuhan Wonwoo akan mendaptkan hidup yang lebih baik.

Dan pemikiran ibunya memang benar. Wonwoo bisa bersekolah hingga jenjang HS. Namun, dirinya tidak berniat melanjutkan dan malah berpikir untuk bekerja di panti asuhan membantu ibu panti yang sudah tua.

"Hyung, Chan sudah selesai." Anak itu menggelayuti tangan Wonwoo. Menyadarkan Wonwoo dari lamunannya. Wonwoo mengangguk dan berjalan kembali menuju kamar mereka.

Wonwoo menidurkan Chan dengan menepuk-nepuk sayang pucuk kepalanya. Dan tak berapa lama Chan sudah tertidur kembali.

Wonwoo melamun. Memperhatikan wajah Chan dengan intens. Kedua mata itu terpejam damai. Membuat Wonwoo juga ikut merasa tenang.

Entah bagaimana, dari sekian banyak anak yang ada di panti, Wonwoo paling dekat dengan Chan. Bocah bermarga Lee itu sekarang usianya sudah 14 tahun tapi masih saja terlihat manja. Chan ditemukan di sebuah gang oleh Wonwoo saat ia pulang mengerjakan tugas di rumah Jihoon, salah satu temannya sewaktu ia JHS. Chan terlihat ketakutan saat itu. Wonwoo berinisiatif menghampiri dan mengajaknya berbincang sebentar. Tapi yang terjadi justru Chan pingsan ditempat. Chan yang waktu itu masih berusia sekitar 6 tahun digendong oleh Wonwoo ke panti. Dan untungnya ibu panti menerima Chan dengan senang hati.

Setelah Chan pulih, Wonwoo bertanya, dimana orang tua mu. Dan jawaban yang Wonwoo pikirkan benar. Chan ditinggal pergi keluarganya. Sama seperti Wonwoo, keluarga mereka tidak mempunyai ekonomi yang baik, jadi ia ditinggalkan di panti asuhan. Namun panti asuhan yang mengasuhnya dulu tidak memperlakukannya dengan baik, sehingga ia kabur dari panti seorang diri.

Lamunan Wonwoo berhenti saat Chan menggeliyat tak nyaman. Wonwoo langsung bangkit dari tempat tidur Chan dan beralih ke tempat tidurnya yang tepat berada di sebelah tempat tidur Chan.

Wonwoo memasukan tubuhnya kedalam selimut. Memandang Chan sekilas. Lalu menatap langit-langit. Berdoa sebelum ia pergi ke alam mimpinya.

"Akhirnya lulus!" teriak seorang namja tampan di tengah lapangan. Ia berlari-larian bersama teman-temannya.

"Hm… aku tau kau lulus dengan nilai terbaik." Ucap salah satu teman namja itu.

"Malam ini. Club biasa. Aku traktir kalian semua." Ucap namja tampan itu lagi.

"Call!"

Mereka semua tertawa bersama. Melepaskan keluh kesal selama ini hingga hari kelulusan.

Setelah puas bersama. Mereka memilih berpisah. Ada yang menemui keluarganya, ada yang langsung pulang. Dan ada juga yang berdiam diri dipinggir lapangan. Seperti halnya seorang namja.

Namja itu malah terlamun. Dan bergumam

Seandainya kau disini. Kita pasti sangat bahagia sekarang.

Dan namja itu tersenyum lirih. Berdiri. Menatap sendu gedung universitasnya untuk terakhir kalinya. Lalu ia pergi berjalan menuju mobilnya. Dan pergi jauh menuju suatu tempat.

"Seokmin-ah! Bagaimana acara kelulusan mu?" tanya Wonwoo pada seseorang yang baru saja memasuki pintu utama panti.

Itu Seokmin. Anak pemilik rumah panti ini. Dia tidak sombong sama sekali. Bahkan ia adalah sahabat Wonwoo. Sejak Wonwoo disini, walaupun terpaut satu tahun dibawah Wonwoo, Seokmin sering mengajaknya bermain. Mereka tidak bisa dipisahkan.

"Sangat menyenangkan Wonu-hyung. Aku sedih kau tidak ikut melihat ku tadi." Kata Seokmin saat ia memeluk Wonwoo. Wonwoo tersenyum senang.

"Selamat atas kelulusan mu Seokmin-ah! Aku bangga padamu!" ucap Wonwoo sambil menepuk lengan Seokmin pelan.

Seokmin tersenyum. Betapa bahagia nya ia disambut oleh namja manis di depannya ini. Sangat sangat cantik menurut Seokmin. Walaupun ia namja.

"Ah iya… Wonu-hyung. Malam ini ada temanku yang akan mengadakan pesta di salah satu club. Kau ikutlah denganku. Sekalian kau keluar. Kau jarang sekali bermain keluar kau tau?" Seokmin menarik tangan Wonwoo. Mengajaknya duduk di salah satu sofa dekat sana. Wonwoo terlihat bingung. Tidak biasanya Seokmin mengajaknya keluar seperti ini. Apalagi ke club. Seokmin bahkan khawatir kalau Wonwoo berteman dengan orang yang tidak benar.

"Tidak aku tidak mau. Lagi pula kenapa aku harus ikut? Itukan teman-temanmu." Wonwoo berdiri dari tempatnya. Mau melangkah pergi dari sana. Tapi tangan Seokmin mencegahnya.

"Ayolah… kau belum pernah ke club kan? Kita tidak akan Hang Over. Kau juga tau aku tak bisa minum." Paksa Seokmin sambil menggelayutkan tangan Wonwoo.

"Tidak. Aku tidak mau. Bagaimana kalau aku hilang. Lalu aku salah minum. Lalu aku mabuk. Lalu aku diculik seseorang." Wonwoo merentetkan kekhawatirannya. Dan Seokmin yang melihat itu malah tertawa. Raut wajah Wonwoo saat khawatir itu sangat lucu menurut Seokmin.

Wonwoo mempoutkan bibirnya. "Tak ada yang lucu." Ucapnya dengan suara lirih

"Nanti malam. Bersiaplah. Aku akan menjemputmu jam 8. Gunakan saja baju santai. Bye!" Seokmin beranjak dari sofa itu setelah mengacak rambut Hyung-nya. Pergi.

Huh dasar tidak tau diri. Dia lebih muda dariku tapi dia yang malah bertingkah dewasa.

Puas dengan menggerutu sendiri. Wonwoo masuk ke kamarnya. Duduk di tempt tidurnya. Termenung sebentar.

Seharusnya ini bulan-bulan kelulusan mu juga ya?

Wonwoo tersenyum. Memikirkan seseorang yang sebenarnya ingin dilupakannya.

"WONU-HYUNG! Kenapa kau belum bersiap?!" teriak Seokmin dari depan kamar Wonwoo.

"SEBENTAR LAGI SELESAI!" balas orang yang ada di dalam. Dan tak berapa lama Wonwoo keluar dengan balutan Jeans hitam yang robek dibagian lutut, hoodie berwarna biru laut, dan sebuah sepatu canvas berwarna putih. Benar-benar pas. Belum lagi rambutnya yang ditata naik keatas. Membuatnya makin terlihat tampan. Tentu saja membuat Seokmin terdiam.

"Seokmin-ah. Kau kenapa?" tanya Wonwoo sambil memiringkan sedikit kepalanya.

Seokmin tersadar. Menggelengkan kepalanya beberapa kali. Lalu tersenyum cerah.

"Tidak Hyung. Hanya saja kau tampak berbeda. Yasudah kalau kau sudah siap. Ayo!" Seokmin berjalan lebih dulu dari pada Wonwoo. Sedangkan Wonwoo masih bingung dengan sikap Seokmin tadi.

Kenapa Wonu-hyung sangat manis aduh!

"HEY SEOKMIN-AH TUNGGU AKU!" teriak Wonwoo sambil berlari menyusul Seokmin.

"Cepatlah Hyung. Ini bahkan sudah lebih dari jam 8."

Mereka berduapun langsung berangkat dengan mobil Seokmin. Setelah sebelumnya berpamitan dengan Ibu panti. t

"Mingyu ya… Dimana Seokmin? Apalah dia tidak datang?" tanya seseorang di belakang namja tampan bernama Kim Mingyu.

"Aku sudah menghubunginya. Ia bilang sebentar lagi." Jawabnya. Orang yang bertanya pada Mingyu, Kwon Soonyoung, hanya mengangguk lalu meninggalkan Mingyu.

Tak berapa lama namja tadi, Kim Mingyu, merasa ada yang menepuk pundaknya.

"Hai Kim!" sapa orang itu.

"Akhirnya kau datang Lee Seokmin" Seokmin mengangguk.

"Omong-omong, aku membawa teman ku. Dan ya, jangan ajak aku untuk minum. Kau tau sendiri aku tidak suka." Seokmin menatap datar Mingyu. Yang ditatap malah menunjukan senyuman.

"Baiklah anak manja. Dimana teman mu?"

"Toilet. Sebentar lagi juga kemari." Mingyu mengangguk.

"Aku meu bertemu Seungcheol-hyung sebentar." Yang dibalas senyuman oleh Seokmin. Mingyu pun berbalik menuju temannya.

"SEOKMIN-AH! Kenapa kau pergi. Sudah kubilang jangan meninggalkanku."

DEG.

Mingyu berhenti. Walaupun sudah agak jauh dari Seokmin, ia masih bisa mendengar percakapan mereka.

"Maafkan aku Wonu-hyung. Aku melihat temanku tadi." Ucap Seokmin.

Wonu?Wonwoo?

Mingyu berbalik. Terdiam. Melihat sesosok namja berkulit putih pucat dengan surai hitam sedang mengobrol dengan temannya.

"Hey Seokmin-ah, mana teman mu yang mengadakan pesta?" tanya Wonwoo sembari merapikan gulungan tangan hoodienya. Seokmin mengedarkan pandangannya. Menemukan Mingyu yang sedang menatap balik padanya.

"Ayo, kukenalkan." Seokmin menarik tangan Wonwoo yang masih sibuk merapikan penampilannya.

Itu benar-benar Wonwoo?

"Hai lagi tuan Kim. Ini dia temanku." Seokmin memperkenalkan Wonwoo. Padahal Wonwoo masih sibuk dengan gulungan tangannya dan belum melihat teman Seokmin satu itu.

"Ya! Hyung. Dia sudah didepanmu." Wonwoo tersadar. Lalu langsung menegakkan badannya.

Kedua pasang mata itu bertemu. Sama-sama memancarkan keterkejutan. Tanpa sadar mereka menyebutkan nama didepannya. Tak ada yang bicara.

"Hey kenapa kalian diam saja?" Seokmin berusaha memecahkan tembok kecanggungan. Tapi yang terjadi adalah Mingyu yang menarik tangan Wonwoo keluar dari club menuju sebuah minimarket seberang jalan. Tak mempedulikan teriakan Seokmin ataupun teman Mingyu yang lain.

"Lama tak bertemu Hyung." Mingyu membuka percakapan setelah beberapa menit mereka terdiam.

"Lama juga tak bertemu Gyu." Wonwoo membalas dengan agak tergagap. Tapi tak menatap Mingyu seperti Mingyu yang menatap Wonwoo. Mingyu hanya tersenyum.

"Aku merindukan mu Hyung."

Satu kalimat Mingyu. Menghancurkan pertahanan Wonwoo selama ini.

"Apa kau tak merindukan ku Hyung?" pertanyaan Mingyu kali ini berhasil membuat Wonwoo mengangkat kepala. Menatap Mingyu penuh pertanyaan. Mingyu bisa melihat itu.

"Tak apa kalau kau tak mau bicara Hyung. Tapi sungguh. Aku sangat merindukan mu. Dan entah keberuntungan apa, aku bertemu denganmu." Mingyu menatap lekat mata Wonwoo. Benar-benar menunjukan kerinduan yang mendalam.

Wonwoo berdiri dari tempatnya.

"Maafkan aku Mingyu-ssi. Aku harus pulang sekarang." Membungkukkan sedikit badannya. Lalu mulai berjalan pergi.

Tapi Mingyu melakukan hal yang tidak di duga Wonwoo. Mingyu menarik lengan Wonwoo lalu membawanya kedalam pelukan.

"Mingyu-ssi apa yang aku lakukan?" tanya Wonwoo sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Mingyu. Tapi pelukan Mingyu semakin kencang.

"Hyung. Maafkan aku. Sebentar saja. Hanya sebentar. Kumohon. Seperti ini."

Wonwoo diam. Seseorang yang 3 tahun belakangan ini ia coba lupakan memeluknya kembali. Pelukannya hangat. Sama seperti pelukan terakhirnya 3 tahun lalu. Suaranya menenangkan. Sama seperti suara 3 tahun lalu. Wangi tubuhnya maskulin. Sama seperti wangi 3 tahun lalu. Semua hal yang ia kenang 3 tahun lalu masih ada di diri Mingyu. Tanpa sada Wonwoo meneteskan air matanya. Tubuhnya yang menegang dirasakan Mingyu. Dan Mingyu langsung melepaskan pelukannya. Melihat wajah Wonwoo.

"Maafkan aku Hyung. Tidak seharusnya aku seperti ini." Mingyu menjauhkan dirinya dari Wonwoo. Mundur selangkah sehingga ia bisa melihat wajah Wonwoo lebih jelas.

Wonwoo menangis. Tepat didepan matanya. Membuat hatinya sakit.

"Aku benar-benar minta maaf Hyung. Maafkan kebodohan ku." Mingyu menangkup pipi tirus Wonwoo. Mengusap air mata nya. Bahkan tangkupan tangan Mingyu masih sangat terasa sama seperti 3 tahun lalu bagi Wonwoo.

Wonwoo menurukan tangan Mingyu perlahan. Mundur selangkah.

"Maafkan aku Kim Mingyu-ssi. Aku harus pergi." Wonwoo berbalik. Berlari entah kemana. Yang terpenting sekarang ia harus jauh dari Mingyu. Hanya itu.

Mingyu pun tak mengejar Wonwoo. Menatap punggung rapuh Wonwoo dalam diam sampai objek itu menghilang dibelokan ujung jalan.

Dua minggu setelah kejadian itu. Mingyu masih terus memikirkannya. Segala usahanya melupakan Wonwoo gagal sudah dalam sekali tatap. Hatinya masih sama seperti dulu.

Mingyu dan Wonwoo pernah berpacaran selama 2 tahun. Tak banyak yang tau tentang itu. Bahkan Seokmin yang merupakan sahabat kecil Wonwoo tidak tau. Yang mengetahuinya hanyalah teman sebangku Wonwoo dulu di HS. Lee Jihoon.

Dulu, Mingyu dan Wonwoo dipertemukan disebuah taman. Mingyu tak sengaja menabrak Wonwoo saat lari pagi karena memainkan smartphone-nya. Wonwoo yang sedang memberikan makan pada angsa di pinggir kolam, terpeleset dan berakhir berenang bersama angsa.

Mingyu membantu Wonwoo naik. Meminta maaf berkali-kali. Walaupun Wonwoo sudah memaafkan Mingyu, tapi Mingyu bersikukuh untuk membawa Wonwoo ke apartemennya yang dekat dari taman. Ia berniat memberi baju ganti pada Wonwoo. Walaupun Wonwoo menolak, Mingyu tetap menariknya.

Selesai mandi dan mengganti pakaiannya dengan milik Mingyu, Wonwoo langsung berniat pulang. Tapi malah dicegah oleh Mingyu. Katanya setidaknya Wonwoo harus makan dulu.

Masakan Mingyu tak mengecewakan. Benar-benar lezat menurut Wonwoo. Mereka mengobrol tentang satu sama lain. Dan makin larut dalam obrolan. Semenjak itu mereka berteman.

Mingyu ternyata lebih muda dari pada Wonwoo. Sekolah mereka agak berdekatan dan sejalur dengan rumah Mingyu. Jadi setiap pulang Mingyu biasanya menyempatkan diri menemui Wonwoo.

Semenjak itu mereka makin dekat. Dan kedekatan mereka resmi memiliki status saat hari ulang tahun Wonwoo yang ke 16.

Malam hari ulang tahun Wonwoo. Mingyu mengajak Wonwoo menonton film karena Wonwoo menghubungi Mingyu dan bilang kalau Wonwoo bosan.

Saat mereka bertemu, Mingyu terlihat lebih rapi dari biasanya menurut Wonwoo. Selesai menonton, Mingyu mengajak Wonwoo kesebuah kafe yang berada tak jauh dari bioskop. Kafenya sangat manis, dengan dinding coklat kayu, dekorasi-dekorasi antik, tapi masih memiliki bunga-bunga disudut ruangan dan diatas meja.

Wonwoo tak menyadari apapun sampai Mingyu mengucapkan selamat ulang tahun. Dan tiba-tiba lagu favorit Wonwoo dimainkan oleh band yang ada disana. Wonwoo terkejut, karena Mingyu mengambil serangkai bunga dari bawah meja. Yang sudah dipersiapkan Mingyu.

Pernyataan cinta Mingyu diterima Wonwoo. Semenjak itu Wonwoo merasa hidupnya lebih bahagia.

Mingyu membuat Wonwoo sangat spesial. Hubungan mereka bahkan jarang sekali ada cobaan karena keduanya berpikir, jika salah satu dari mereka kekurangan, yang satu lagi harus menutupinya. Prinsip itu bekerja selama 2 tahun.

Tapi Wonwoo merasa bersalah. Wonwoo tidak pernah membiarkan Mingyu mengantarnya sampai rumah. Wonwoo takut, kenyataan bahwa dia anak yatim piatu, membuat Mingyu meninggalkannya.

Mingyu adalah anak tunggal dari keluarga kaya raya. Wonwoo sempat khawatir tentang hubungan dengan Mingyu yang mungkin hanya main-main. Tapi tidak, Mingyu sangat serius. Bahkan sudah berniat memperkenalkan dengan keluarganya. Hanya saja Wonwoo yang selalu menolak ajakan tersebut.

Pernah sekali Wonwoo bertemu Ibu Mingyu saat Wonwoo berada di apartemen Mingyu. Dan Ibu Mingyu bertanya Wonwoo tinggal dimana. Wonwoo hanya menjawab di apartemen.

Bahkan keluarga Mingyu tidak sombong. Pemikiran jelek Wonwoo tentang keluarga Mingyu hilang. Tidak ada sedikitpun pemikiran tentang kesombongan terlintas lagi. Dan itu membuat Wonwoo semakin merasa bersalah karena menutupi latar belakang dirinya yang sebenarnya.

Tepat saat hari ulang tahun Wonwoo ke 18, yang berarti ini anniversary kedua tahun mereka. Wonwoo memutuskan Mingyu. Wonwoo tidak menceritakan bahwa ia adalah yatim piatu. Tapi Wonwoo bilang bahwa ia tidak mencintainya lagi dan sudah memiliki orang lain.

Dan Mingyu merasa marah dibohongi oleh kekasihnya yang sangat ia cintai selama ini. Mingyu diam. Tak berniat membalas perkataan Wonwoo.

Wonwoo tau akan seperti ini. Tapi ia berusaha tak menangis didepan Mingyu. Berusaha terlihat tegar seakan ini keputusan bulatnya sejak awal.

Ya. Mingyu menyesal ia marah pada Wonwoo. Ia menyesal membiarkan Wonwoo pergi begitu saja. Setidaknya tidak seharusnya ia membentak dan memarahi Wonwoo. Mingyu pun berusaha mencari keberadaan Wonwoo.

Tapi sebuah kenyataan membuatnya lebih menyesal.

Wonwoo adalah anak yatim piatu. Ia dibesarkan disana sejak umurnya 5 tahun. Mingyu membenci dirinya sendiri. Kenapa Mingyu tidak bisa membuat Wonwoo mempercayai dirinya. Kenapa Wonwoo tidak bisa berbagi tentang hidupnya kepada Mingyu.

Selama 3 tahun ia sudah tau tempat tinggal Wonwoo. Tapi tidak pernah sekalipun berani menemui namja bermarga Jeon itu.

Sampai 2 minggu lalu mereka bertemu secara tak sengaja. Mingyu menyesal tak pernah menemuinya. Bahkan saat mereka bertemu setelah 3 tahun, hati Mingyu masih berdegup sama seperti dulu.

Wonwoo-nya tampak sehat. Terlihat lebih manis. Dan surai coklatnya yang dulu berubah menjadi hitam legam. Menambahkan kesan sosok yang Mingyu rindui tampak lebih indah.

Mingyu tau hati yang telah pecah walau disatukan tak akan kembali seperti semula. Tapi ia akan mencobanya.

Mencoba mengembalikan hati yang pernah dipecahkannya.

"Semua ini karena mu Jeon. Aku bahkan tak bisa memikirkan apapun selain wajahmu."

Kim Mingyu. Malam ini ia sedang berdiri diatas jembatan Sungai Han. Menatap aliran air dibawahnya dengan mata sendu. Tersenyum pilu.

Aku ingin kita kembali. Tapi ku ingin kau bahagia Jeon. Walau tak bersama ku.

.

.

.

.


Wowow... terimakasih sekali kalo ada yang mau baca

Lebih terimakasih kalo yang readers-nim pada review

Sangat lebih terimakasih lagi kalo follow & favorite cerita ini...

Semoga cerita tak berfaedah, gajelas, dan gaada feel nya ini bisa menghibur readers-nim^^

Dan ehm... gayakin sih bakal post sequelnya. Kalo review nya bagus aku post kok. Janji! ^^

dan ceritaku satu ini ku dedikasikan untuk chairmate tersayang yang biasnya wonwoo. Karena mu cerita ini ku post.

TERIMAKASIH!

ps. cerita own feeling mau sequel ga? ga ya? yaudah gausah... ehe