Holla~ aku author yang baru didunia per-fanfic-an. Ini fanfic pertama yang ku publis di ffn. Maaf kalau jelek ya. Aku sebenernya silent reader yang berkembang menjadi author. Nggak tahan pingin ikutan bikin fic juga XD. Dan aku cinta pairing NaruSasu.
Silahkan baca ^o^9
Naruto © Masashi Kishimoto
Ai wa Keizoku © Kiwok
Warning : BL content! Crack Pair (maybe :3), AU, OOC akut, Typo menyebar luas!
.
Jika sedikit menjauh dari kawasan pusat kota Konoha yang terkenal ramai tiap waktu, cobalah menerobos salah satu perumahan elit di pinggir kota yang agaknya sepi. Kita patok sebuah rumah minimalis yang cukup luas dengan dinding rumah dominan biru muda, dan-oh jangan lupakan di tembok pagarnya yang tertera ukiran 'Uchiha'.
Pagi ini tepatnya, keluarga Uchiha yang terdiri dari 4 anggota anak tampan memulai aktifitasnya-tanpa kedua orang tua mereka yang telah tiada-.
"Kapan kau bangun, Sai-nii? Mau berlagak seperti badak pagi hari ini, heh?!"
Pagi yang heboh. Dengan seruan sarkastik.
"Bangun atau ku buang semua alat melukismu!" masih dengan suara cempreng yang sok galak dari Uchiha Sasuke, si bungsu di keluarga ini. "Sai-nii!" ia menarikpaksa selimut yang menutupi wajah sang kakak.
"ng… Berisik Sasuke." Sai menggeliat. Ia mengumpulkan roh yang asih tercecer sebelum bangun seutuhnya. "Kenapa tak membangunkanku dengan lembut serta kecupan manis, hmm?"
"Dalam mimpimu!" Sasuke menimpuk kakaknya dengan bantal terdekat, kemudian beranjak keluar kamar.
"Ohayou Sasuke." Diruang makan, Shisui Uchiha sang kakak sulung sedang menyesap kopinya serta sepiring roti tawar dengan misis seres disampingnya. "Kau yakin akan sekolah hari ini?"
Sasuke segera duduk dimeja makan dan cepat mengambil roti tawar serta tomat yang disediakan disana. "Tak usah berlebihan. Aku sudah sehat." Ujarnya kalem.
"Kadang ucapan tidak sesuai dengan apa di rasakan, Sasuke-chan." Sebuah suara menimpali di belakangnya. Sasuke cepat menoleh dan mendapati Itachi Uchiha membawa kotak bento, dan langsung diserahkan pada adiknya.
"Aku hanya demam. Dan jangan panggil aku –chan." Sungut pemuda dengan model rambut—ah, sepertinya mainstream sekali mencirikannya—pemuda yang memakai seragam tersohor Konoha Junior High School itu.
"Aha? dengan nafas tersenggal-senggal?" timpal Itachi.
"nggak sengaja kena asma."
"dengan wajah pucat pasi?"
"ketularan anemia tetangga." Jawab Sasuke asal.
"dengan—"
"Berisik, Itachi-nii! Aku bilang, aku baik baik saja!" Geram Sasuke emosi sambil menggigit roti isi irisan tomatnya dengan sadis. Gelak tawa oleh Shisui selaku pria yang menyaksikannya adik bungsu serta adik dibawahnya itu berdebat. Ia menepuk kepala Sasuke, "Kau menanggapi Itachi debat, hanya akan membuat kau berakhir dengan bibir doer. Sudahlah, habiskan makananmu lalu berangkat sekolah."
Sasuke tersenyum simpul pada Shisui, kemudian mendengus kesal untuk Itachi.
"Aaah! Maaf telat! Sarapanku masih ada, kan?!"
"Sai, kalau kau bangun telat dari kami, jatah makanmu akan kubuang." Sindir Shisui yang menyodorkan sepiring sarapan untuk adik keduanya.
"Iya-iya. Eh, Ita-nii membuatkanku bekal kan? Kau belum pilih kasih terhadapku kan?" Ujar Sai penuh harap pada Itachi. Pemuda bergaris di sekitar mata itu mendengus, "Tak ada. Bahan untuk bento hanya cukup satu porsi dan itu untuk Sasuke. Kalau besok mau kubuatkan, nanti siang belanjalah."
"Geez… menyebalkan." Sai menggigit roti sarapannya tanpa selera. Untungnya uang sakunya cukup banyak untuk jajan dikantin. Tapi tetap saja mengantri dan berdesak-desakkan dikantin itu menjengkelkan dan keburu lapar.
"Aku pergi." Sasuke beranjak dari bangkunya. Dengan langkah kalem mengambil ransel yang ia taruh di ruang keluarga.
"Eh.. tunggu dulu, baka! Aku baru saja makan 2 roti! Dasar!" Sai terburu buru menghabiskan makanannya.
"Siapa suruh bangun telat." Ejek Sasuke yang sudah berjalan teras rumah untuk memakai sepatu.
"Sasuke," panggil Itachi.
"Hn?"
"Ah.. nggak apa-apa. Jangan pulang terlalu sore."
"Hn? memang kau akan pulang siang hari ini?" Sasuke mengernyit.
"Entah, di kampus sedang banyak acara."
"Hn, lalu Shisui-nii?"
"Jam kantor selalu pulang diatas jam 6 sore, adik pintar." Kalimat sindiran dari Sai. Sasuke mendelik kesal. "Cerewet."
wokwokwok
Jarak sekolah Sasuke dengan rumahnya sebenarnya tak terlalu jauh. Ya, memang tak jauh. Tapi tetap saja membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai kelasnya, apalagi Sasuke adalah tipikal orang yang kalem dan kurang suka berlari—catat.
Menaiki bus? Ah tunggu, pertanyaannya kurang lengkap. Menaiki bus yang sesak akan manusia manusia sok sibuk? Maaf, Sasuke masih suka udara sehat. Apalagi sudah banyak kejahatan kendaraan umum.
Naik motor dan ngebut hingga hanya butuh kurang dari 5 menit sampai sekolah? Oh plis. Itu banyak debu untuk terhirup pemuda berambut spiky night blue itu, asma nya bisa kambuh dan Sai akan kena rajam oleh kedua kakaknya. Salahkan Sai juga yang nggak modal helm dua.
Naik mobil bersama Itachi dan Shisui? Itu ide yang sangat bagus. Tapi, arah tujuan kedua kakak tertuanya jauh bertolak belakang. Jadi Sasuke memilih jalan kaki dan Sai yang tak tega membiarkan adiknya jalan sendirian—hei, meski Uchiha itu terkenal garang tapi untuk Sasuke, meraka akan berpikir ia adalah gadis yandere.
"Sampai disini," Sasuke bergumam.
"Kenapa, otouto?" Sai tersenyum penuh makna.
"Gerbang SMA-mu belok kesini, kan? Sana! Aku duluan." Sasuke hendak meneruskan langkah kakinya yang tinggal 20 langkah lagi sampai di SMP Konoha.
"Aaa…" Sai meraih lengan Sasuke, mengajaknya untuk masih berkomunikasi langsung. Sasuke mendengus, "apa lagi? Ini udah hampir bel masuk."
"Baiklah. Baiklah. Mendekat kemari." Sai member kode. Sasuke kontan mendekatkan telinganya—naluri adik penurut.
CHU~P
"BA—BAKA! SAI-NII BAKAAA!" Sasuke berteriak tertahan. Wajahnya putihnya kontas memerah. Murid murid SMA Konoha disekitar memekik terkejut—termasuk para Fujoshi yang kesenengan. Sedangkan Sai sudah lari kencang memasuki area sekolahnya. Sasuke yang dilihat banyak orang segera melangkahkan kakinya menuju SMP Konoha.
wokwokwok
"Gaara brengsek! Membiarkanku nyasar dihari pertamaku sekolah disini. Lihat saja kalau ketemu!" pemuda berambut pirang jabrik menggerutu berkali-kali. Iris biru cemerlangnya menyapu pemandangan gedung sekolah barunya-SMP Konoha. "ruang kepala sekolah dimana sih!?" misuhnya kembali dengan mata meliar melihat papan penunjuk ruangan di sekolah itu. Tanpa sadar tubuhnya menabrak seseorang yang berjalan santai didepannya.
"Aduh!" Pemuda pirang itu memekik, segera memasang matanya dengan benar. "Gomenasai! Hontouni gomenasai! Aku nggak sengaja. Ma-af—"
Seseorang yang ditabrak membalikkan badannya, matanya langsung memandang pemuda pirang yang masih memohon maaf. "Berisik." Ucapnya datar. "Lain kali pasang matamu yang benar kalau berjalan, dobe."
Pemuda pirang itu kontan berjengit, persimpangan siku muncul didahinya. "Apa kau bilang? Kau sendiri bersifat angkuh. Lagipula, aku punya nama! Naruto! Ingat itu, dasar teme!"
"Sasuke," sanggah pemuda yang ditabrak, wajah putih susuhnya menatap langsung wajah Naruto yang memandangnya sebal. "Aku juga punya nama." ia lalu berbalik badan menuju kelasnya.
"Eh, tunggu!" Naruto meraih lengan Sasuke, hingga dihadapi wajah yang mengernyit kesal. Pikiran Naruto kemudian melayang. Siapa orang ini? Dia gadis yang menyamar menjadi laki laki kah? Atau..
"Berhenti memandangku seperti itu. Menggelikan. Dan cepat lepaskan tanganmu." Ujar Sasuke dingin.
"Ah, maaf." Sadar perlakuan bodohnya, Naruto melepas tangannya dilengan Sasuke. "kau kelas berapa?"
"Untuk apa kau tahu?"
"Sombong banget! Aku hanya bertanya!"
Sasuke menghela nafas, kemudian menjawab dengan dingin. "kelas 3-1."
"Hah? Uso!" Naruto menyanggah cepat, pupilnya melebar. "Kau? Kelas 3?!"
"Kau mau bilang tinggiku tak pantas untuk ukuran SMP kelas tiga, huh?"
"Hahaha.. aku nggak bilang begitu. Kau yang bilang loh~" Naruto tertawa.
"Usuratonkachi! Dobe! Baka! Aho!" Sasuke memandang kesal, matanya berkilat. Dengan sekali hentakan, ia meninggalkan Naruto menuju kelasnya dengan langkah cepat. Naruto masih terkekeh ditempat, disaat bersamaan pemuda dengan rambut merah bata menghampirinya.
"Apa yang kau lakukan disini, bodoh?"
Naruto menoleh, "Gaaraaa!" ia langsung merangkul pemuda yang menyamparinya. Pemuda pirang itu meringis, "Tadi aku kesal padamu," sungutnya dengan gaya bocah.
"Apasih? Aku bilang tunggu didepan gerbang! Jangan keluyuran. Maaf kalau telat, kau tahu kalau aku mandi harus gantian. Apalagi Temari-nee yang perlu luluran sejam."
Naruto tertawa, kemudian mencubit pipi kiri Gaara, "waktu aku datang ke kota ini kan sudah kutawari agar serumah denganku. Kaunya nggak mau." Mereka berjalan beriringan.
"Aku takut mengganggu. Lagipula, bibi Kushina pasti repot dan keberisikan kalau ada tamu sepertiku." Timpal Gaara yang mengantar Naruto hingga ke kantor kepala sekolah. Naruto memutar bohlam sapphirenya, "biang berisik itu si Kyuubi, bukan kau Gaara. Lagipula, kapan aku dengar kau berisik? Ah, kecuali kalau kau sedang ceramah tentang pentingnya makan makanan bergizi dan bukan ramen. Hahaha…" pemuda pirang itu langsung membuka pintu ruang kepala sekolah seenak jidat.
"Aku dengar semua ucapanmu." Didalam ruangan itu seorang pemuda dewasa versi Naruto namun berambut jabrik lebih panjang memasang senyum maut. "Aku rasa aku belum bilang kau adik yang nggak tahu diri,"
"Kau sudah sering mengatakan itu, idiot." Sahut Naruto simple.
"Untuk hari ini belum."
"20 detik yang lalu kau sudah mengatakannya."
Kyuubi menahan urat jengkel didahi karena sebuah deheman keras menginterupsi 3 pemuda yang berada di ruangan itu.
"Ini hari pertamamu sekolah Naruto, kapan kau sopan sedikit?"
Naruto tersenyum lebar. Kemudian mendekati pria tua berambut putih dengan senyum uhukwibawa. "Kakek makin lama makin mesum."
"Naruto…" Gaara mendesis ngeri.
"Oh ya, kapan kakek lanjut nulis buku Icha Icha? Di Suna buku kakek jadi hiburan nomor satu duda duda yang nggak bisa nikah lagi, loh." Naruto terkekeh.
"Aaaah~ aku memang nggak bisa memakai topeng didepan cucuku ini." Pria tua itu tiba-tiba tertawa kencang. Menepuk-nepuk kepala Naruto penuh sayang.
"Kek, aku dikelas mana?" Tanya Naruto langsung.
"Kau kelas 2-2, sekelas dengan Gaara." Sahut pria tua itu tersenyum lebar, Gaara tersenyum senang.
"Ng.. kalau loncat kelas jadi 3-1 boleh?" Naruto nyengir lima jari yang membuat matanya menyipit sempurna. Kyuubi menjitak keningnya langsung. "Kau pikir kau murid jenius yang seenak udel bisa loncat kelas?"
"Berisik! Aku kan cuma tanya! Lagian bukan nanya ke kamu!" Naruto menyahut sarkas.
"Sudah hentikan! Kalian kalau debat nanti dirumah saja. Sudah mau bel masuk." Sang kakek menyanggah, "Gaara, kau kekelaslah duluan. Naruto akan diatar kekelas dengan wali kelas nanti." Gaara mengangguk mengerti, ia menunduk sopan kemudian keluar ruangan. Kakek tua itu masih menatap cucunya dengan malas, "Kyuubi, aku sudah selesai bicara padamu, segeralah berangkat kuliah. Dan kau Naruto!" Pemuda pirang yang ditunjuk spontan kaget. "Kenapa, kek?"
"Kemarikan kupingmu."
Naruto menurut, ia mendekatkan telinganya untuk dibisiki sesuatu. Lalu hingga seperkian detik ia mememik. "Kakek mesum! Mana mau aku jadi perantara cewek cewek montok yang kakek sukai disini! NGGAK SUDI!"
PLAK.
Pukulan telak dikepala.
"Aku sengaja berbisik kau malah teriak. Bocah bodoh!"
Naruto meringis kesal. Setelahnya, Jiraiya—sang kakek telah mengajaknya bertemu Iruka, wali kelas 2-2.
Wokwokwok
"Sasuke!"
Pemuda minim ekspresi itu melirikan matanya, mendapati sekawanan atau bisa dibilang anak buahnya menghampiri ketika ia memasuki kelas untuk mencari tempat duduk.
"Kau baru masuk sekarang? Sudah sembuh?" tanya Lee pemuda berambut hitam kinclong dengan suara gelegar. Ck, Sasuke selalu membenci keadaan bising terutama yang disebabkan oleh mulut. Dan pemuda berambut spiky itu hanya menjawab dengan gumamanya.
"Sasuke, duduk denganku." Suara baritone khas menyeletuk, Sasuke menghela nafas kemudian menghampiri sosok suara tersebut.
"Waktu itu aku hendak menjengukmu, dan semua kakakmu mengusirku. Apa itu etiket seorang Uchiha?" semprot Hyuuga Neji—teman sebangku Sasuke—dengan kalem.
"Kau salah. Yang benar, etiket seorang Uchiha adalah tidak memperlihatkan keadaan lemah kepada siapapun selain keluarganya," tanggap Sasuke santai. Ia mengeluarkan sebuah buku dari dalam tas. "Lagipula aku sudah bilang kan, aku nggak suka dijenguk. Aku yang menyuruh nii-san mengusirmu." Tidak ada kata maaf, begitulah Uchiha jika tidak merasa salah.
Neji menghela nafas, kemudian tangan besarnya meraba dahi Sasuke. Pemuda spiky nungging itu hanya diam dibegitukan sambil tangannya membuka lembar buku—sudah biasa. Ya, sudah biasa jika pemuda Hyuuga itu menyentuh dan bahkan mengecup pipi sang bungsu Uchiha. Hal seperti itu di zaman sekarang sudah lumrah. Tapi hanya sebatas itu yang Neji dapat. Itupun sudah dengan izin resmi seluruh kakak Sasuke dengan berbagai tes yang (agak) gila.
"Kalau masih sakit nanti ke UKS saja," ujar Neji ramah dan menurunkan tangannya.
"Hn."
"Kau sudah paham materi pelajaran hari ini sampai mana?"
"Hn."
"Nanti istirahat makannya jangan sembarangan ya,"
"Hn."
Neji mendesah lalu tersenyum. "Kau tahu, aku rindu gumaman itu seminggu ini?"
Sasuke mengerjap kemudian menatap Neji jengah, "Bohong." Ia mencibir, "Kau selalu menelponku tiap hari dan aku selalu memberikan kata spesialku itu." Tambahnya ketus.
"Tetap beda kalau tidak melihatmu langsung."
Sasuke memutar manik matanya.
"Yo!" sebuah seruan lagi, ah tidak, banyak seruan. "Kukira kau akan absen lebih dari ini Sasuke." Inuzuka Kiba menyeringai sambil mendekati Neji dan Sasuke.
"Makin hari kulitmu makin bening Sasu, menyebalkan! Aku yang sudah sering perawatan saja masih agak kusam." Sasuke melirik kesal gadis berambut dicepol dua yang memandangnya kagum. "Mandi saja dengan cet putih kalau badanmu ingin putih. Lagipula, berhenti menatap iri tubuhku."
Gadis itu tertawa.
"Tenten benar loh, Sasu-koi. Oh ya, kau harus tahu sikap Neji waktu kau sakit dan nggak bisa dijenguk. Dia seperti—"
"Hentikan ocehanmu Ino!" Sela Neji dengan wajah padam. Sasuke tersenyum maklum.
"HYAAAA! Sasuke senyum!" Kelas langsung heboh. Pemuda Uchiha itu sweetdrop.
Lee si rambut mangkok mengacak rambut nungging Sasuke dengan gemas, "Kalau mau senyum lihat situasi, ganteng. Kau bisa membuat kaca kelas pecah dengan seruan gadis gadis."
Sasuke mendecih dan menepis tangan Lee dari kepalanya, "Kalian kapan bisa berbicara dengan normal sih? dasar makhluk berisik," Sasuke menyender ke kursi. Ia memijit pelipisnya dengan dongkol. Serta merta Neji menangkap bahu Sasuke, kemudian membawa kedekapan.
"Neji, lepaskan." Ujar Sasuke datar. Ia meronta kemudian memandang wajah pria perambut panjang itu dengan jengah, "Kita bukan siapa-siapa. Ingat." Tegasnya datar. Membuat segerombolan orang terdekat cengar cengir nggak jelas. Sedangkan Neji hanya tersenyum pasrah. "Aku nggak akan nyerah."
"Terserah kau."
Dan seorang gurupun datang ke kekelas 3-1.
Wokwokwok
"Kelas kita kedatangan murid baru. Uzumaki-san, masuklah…"
Pagi itu Hatake Kakashi yang biasanya ngaret akut datang beberapa menit setelah bel masuk dan memberikan pengumuman tentang adanya makhluk baru di kelas 2-2.
"Hai'! Namaku Naruto Uzumaki. Aku pindahan dari Suna dan mulai menetap disini untuk seterusnya. Yoroshiku nee!" ujarnya pemuda itu dengan senyum tiga jari. Semua murid dikelas 2-2 kali itu memperhatikannya. Terpikat. Entah oleh apa yang berada dalam diri Naruto dengan rambut pirang jigrak, kulit caramel kenyal dan dengan tiga garis tipis dimasing masing pipinya.
"Baiklah, dudukmu di… samping Sabaku-san."
"Hai'." Naruto segera menuju kesebelah bangku Gaara yang disarankan Kakashi.
Wokwokwok
"Ini, ibuku membuat bekal dobel, yang ini untukmu." Ujar Gaara dengan datar yang menyerahkan sekotak bento berbungkus kain oranye. Kali itu istirahat pertama sedang berlangsung.
Naruto mengerjap, "Serius ini untukku Gaa-chan? Syukurlah! Aku nggak usah ngantri dikantin." Naruto menerima bento itu dengan rusuh. Gaara merengut, "aku tak suka kau panggil –chan."
"Nggak apa apa kan? Kita kan, sepupu. Lagipula wajahmu imut."
Gaara diam. Ekspresi datar. Tak ada semburat sama sekali di wajah porselennya, namun dadanya hangat serta senang.
"Hari ini Uchiha-senpai masuk sekolah, kau tahu?!"
"Nani? Nani? 'Chiha-kun masuk sekolah!? Dimana kau melihatnya? Aaaah.. aku belum melihatnya hari ini."
"Di di gerbang masuk tadi. Makin hari makin tampan ya!"
"Ah.. dari pada tampan Uchiha-chan itu lebih daripada manis!"
"Ah iya bener bener! Kau sudah lihat saat ia tersenyum? Dan.."
"SUDAAAH! Aku sudah pernah melihatnya. Dan dia senyum ke—"
"Hyuuga-senpai!" Gosipan para gadis dikelas 2-2 menggema dengan nyaring dan berakhir dengan menyebut nama seorang senior mereka. Naruto jelas mendengar obrolan itu dan menatap Gaara dengan penasaran. "Kau tahu apa yang diomongin mereka, Gaara?"
Pemuda berambut merah itu mengunyah bentonya perlahan, lalu menelannya dengan anggun, "tahu." Jawabnya kalem.
"Uchiha itu.. Uchiha Sasuke kan? Aku tadi bertemu dengannya sebelum bertemu kau." Naruto bercerita. "Dia cewek atau cowok sih?"
Gaara menatap sweetdrop, "Kau lihat dia pakai rok Naruto?" sahutnya sarkas.
"Ck, bukan begitu. Bisa saja kan, dia cewek yang menyamar menjadi cowok seperti di dorama Hana Kimi?"
"Ini bukan sinetron, plis."
Naruto mendelik gemas. "aku bilang dorama."
Gaara mendengus pasrah, "Terserah. Arti tersiratanya, kau mau bilang dia cantik, huh?"
"Ng.." Naruto bimbang, pandangannya terarah pada sudut meja tempat ia makan, detik berikutnya menatap Gaara sembari nyengir. "Bisa dibilang begitu. Kau mau membantuku Gaara?"
Bungsu Sabaku itu merasakan keadaan tak enak, ia menatap Naruto sendu. "Uchiha-senpai itu.." jeda seperkian detik, "ia sudah ada yang punya. Lupakan saja."
Naruto mengerjap. Masih dengan wajah tampan namun terkesan idiot, "Dengan yang namanya Hyuuga itu?"
Gaara diam. Matanya menatap kotak bento yang sudah kosong. Hembusan nafas terdengar kemudian pemuda itu mengangguk. "Mungkin,"
=:End of chapter 1:=
Kiwok : Ng, Hallo... apakah fanfic ini jelek? Apakah lumayan? Apakah bagus? #banyaknanya# Hehehe.. Kalau bingung sama pairingnya, aku juga bingung nentuin pair di chapter ini. Tapi tenang aja, akan berakhir NaruSasu kok. Eh tapi, kalau tanggapan untuk fic ini jelek jelek, sepertinya aku angkat tangan#DOR!
Yappari, fic ini terbit karena para author dengan fic kece yang memancingku untuk buat ini. Jadi mohon REVIEW nya yaaa. Tulis komentar para reader sekalian biar aku bisa tahu fic ini akan berlanjut atau tidak. Douzo~
