Copriccioso Cantabile

.

.

.

By shinjishinyuki

.

.

.

Do Kyungsoo (17)

Kim Jong In (17)

And others

.

.

Rating: T

.

.

(p.s: GS for all ukes)

.

A.N: Author bawa FF baru padahal yang sebelumnya belum dilanjutkaaaan~! *bangga* *dikeplak HunHan*. Beautiful Sins lagi dalam proses penulisan. Tapi, entah mengapa author tiba-tiba aja pengen buat FF ini. mungkin lagi kangen KaiSoo moment *nyengir lugu* dan author ingin berterima kasih pada penulis novella Chokoréto, kak Prisca Primasari, karna dapat banyak bahan untuk FF ini, yah, walaupun dia mungkin tidak akan membaca ini. LOL.

.

Oke, Happy Reading! ^^

.

.

.

"Kau menjijikan Do Kyungsoo!"

"Kau mati saja sekalian!"

"Jangan perlihatkan wajah menjijikanmu itu lagi dariku!"

"MATI SAJA KAU!"

.

.

"TIDAAAAAK!"

Kyungsoo seketika terduduk. Nafasnya tersengal. Dengan perlahan dia menekuk lututnya dan menenggelamkan wajahnya. Mulai menangis. Bahunya bergetar hebat.

Bayangan itu muncul lagi. Bayangan yang membuat Kyungsoo takut dan tak ingin pergi lagi ke sekolah. Dia merasa ingin mati saja dibandingkan pergi ke tempat itu.

Kyungsoo kembali membaringkan tubuhnya di ranjang dan menangis dalam diam. Hatinya terus berdoa dan berteriak,

TUHAN! HENTIKAN MIMPI BURUK INI!

.

.

.

"Baiklah, untuk babak kedua kali ini, kalian akan dipasangkan oleh masing-masing peserta. Pasangannya adalah, nomor 1 dan 4, 2 dan 6, 23 dan 25, 12 dan 14, lalu…"

Mata bulatnya melirik ke arah kertas digenggamannya. Nomor 12. Dia segera melongokkan kepalanya untuk mencari siapakah nomor 14 itu. Dan pandangannya bertemu dengan iris hitam kelam yang menakutkan. Namun dia tidak takut sama sekali. Dengan langkah mantap dia menghentakkan sepatunya menuju anak lelaki bermata hitam kelam itu. Anak lelaki itu sedari tadi memegang selembar kertas bernomor 14.

"Jadi, apa yang kita mainkan?" Tanya anak itu tanpa basa-basi. Tidak ada waktu untuk perkenalan. Kalian dipasangkan dengan tiba-tiba dan harus segera bisa memainkan sebuah karya secara bersamaan dan akan dinilai sebentar lagi.

Mata bulat itu kini berbentuk sabit, senyuman tercetak di bibir manisnya. Senyuman manis dan memiliki kesan tersendiri. "Revolutionary Etude, Chopin. Kau bisa, 'kan?"

Anak lelaki itu tertawa sinis, "kau tahu seleraku. Baiklah. Aku Kai."

Mata bulat itu membalasnya dengan tatapan yang mengartikan sesuatu, "tatapan matamu yang seolah akan membunuh orang-orang itu yang memberitahuku. Kita latihan. Aku D.O."

.

.

"Kyungie, ada surat." Ibu Kyungsoo mendatanginya dan memberinya sepucuk amplop berwarna coklat keemasan. Kyungso tersenyum menerimanya. Dia tahu ini dari siapa.

"Jika Victoria Songsaenim sudah datang panggil aku." Pinta Kyungsoo sembari melangkahkan kakinya naik menuju kamarnya. Dia ingin membaca surat ini sendirian.

Hei Kyungsoo.

Bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja, 'kan? Aku dan yang lainnya juga baik-baik saja.

Oh ya, dua bulan lagi akan diadakan concours. Kau ikut, 'kan? Diadakannya juga tepat setelah ujian kelulusanmu.

Kami semua ingin kau ada lagi disini dan memainkan nada-nada itu.

Kyungsoo, datanglah kembali. Kau direkomendasikan masuk kesana.

Kami semua merindukanmu Kyungsoo.

Kembalilah.

-Edison Huang

Kyungsoo tersenyum tipis. Dia mengambil map-nya dan menyelipkan surat itu ke dalam. Ini bukan surat pertama yang dia dapat. Temannya itu tetap mengirimkannya walaupun Kyungsoo tidak akan pernah membalasnya.

Dengan perlahan, air mata Kyungsoo menetes dan mengalir membasahi pipinya. Iris coklatnya menatap ke jemarinya. Dengan segera Kyungsoo mengepalkan kedua tangannya erat dan menghapus air matanya.

"Tidak ada harapan lagi, Kyungsoo…" Gumamnya.

.

.

.

Jam 2 siang ketika wanita berumur 28 tahun bernama Victoria itu datang ke rumah Kyungsoo. Wanita itu selalu membawa aura nyaman disekitar Kyungsoo.

"Kyungie-ya! Seperti biasa, hari ini kau tetap manis." Wanita itu tertawa manis dan segera meletakkan tumpukan buku yang dibawanya di atas meja.

Kyungsoo membalasnya dengan senyuman. Victoria duduk di hadapan Kyungsoo dan membuka bukunya, "Kyung, sebulan lagi ujian. Apa kau masih ingin seperti ini? Apa kau belum mau ke sekolah?" Tanya Victoria.

Kyungsoo tersenyum sendu dan menggeleng pelan.

Victoria lalu mengusap kepala Kyungsoo sayang, "ayo kita mulai pelajarannya."

.

.

.

Jam tujuh pagi, Kyungsoo sedang sibuk membereskan kamar kosong di sebelah kamarnya. Kata ayahnya semalam, anak sahabatnya akan datang untuk tinggal disini sementara. Seketika mata Kyungsoo bertemu pada tumpukan buku di sisi ruangan. Setelah dia kembali dari Rusia tiga tahun yang lalu, dia menaruh buku-buku itu disini karena kamar itu kosong.

Kyungsoo tidak tahan melihat buku-buku itu. Dia segera mengambil buku-buku itu dan menyusunnya di rak buku yang tersedia di kamar itu. Matanya menatap salah satu buku yang bertuliskan Schumann.

Kyungsoo segera menahan air matanya yang akan terjatuh dan menaruh buku itu rak lalu kembali membereskan kamar itu.

Bertepatan saat ia selesai, ia dipanggil oleh kedua orangtuanya untuk segera turun menemui tamunya. Kyungsoo berusaha memasang senyum terbaiknya ketika bertemu dengan tamunya itu. Seorang anak lelaki yang sepertinya seumuran dengannya.

Namun, anak itu terasa familiar.

"Kau Do Kyungsoo?" Tanyanya.

Kyungsoo mengangguk sambil tetap memasang senyumnya. Lelaki itu mengulurkan tangannya, "Kim Jongin." Dan Kyungsoo segera menyambutnya.

.

.

.

To Be Continued

a.n: ohehe, ini aneh, ya? *ngakak*. Author nggak tau harus bilang apa. Maaf ya kalau aneh. Btw, itu Beautiful Sins bakalan dilanjutkan koook, agak lama aja

.

.

.

Review pleaseeeee~!