Mamori termenung, menatap Hiruma yang sedang mengetikkan sesuatu di ponselnya sambil sedikit-sedikit tersenyum. Satu alis gadis manajer itu naik membentuk wajah heran, mungkin sedikit asing (atau bahkan ngeri) dengan gerak-gerik Hiruma yang agak keluar 'karakter'nya. Ya, sejak kapan Quarter Back Setan itu mengenal SMS sambil senyum-senyum?
Jangan-jangan…
Dan berbagai spekulasi pun bermunculan. Mulai dari ia sudah gila, akhirnya waras, mengalami guncangan yang sangat berat, mungkin sedang amnesia sesaat, kepribadiannya tertukar, sebenarnya dia bukanlah Hiruma asli, hingga… ia sedang jatuh cinta.
Glek.
Entah mengapa di ulu hati Mamori terasa sedikit denyut sakit yang makin lama makin melanda tatkala ia terus memusatkan pikiran untuk hal di atas. Penat.
Tak kuasa membayangkan terlalu jauh lagi, Mamori segera menghempaskan wajah ke empuknya sofa pesawat. Mencoba menenggelamkan pikiran dalam-dalam hingga kegundahannya tak terlalu terasa.
.
Feel by dilia shiraishi
All characters belong to Riichiro Inagaki and Yusuke Murata. I'm just borrowed.-??-
Warning : OOC, hints sho-ai, banyak pergantian timeline, aneh, LEBAY, abal, gaje. Don't like don't read, I've warned you before.
.
Requested fic by Sapphire D. Hapsire for her birthday.
Hope you like it, Sacchan… TT^TT
.
Ikkyu melepas helm Amefuto-nya seraya menyambar handuk dan minuman segar yang ditawarkan Unsui dengan ekspresi memelas. Uhm, ralat―maksudnya ekspresi standar, karena wajah Unsui memang begitu dari sananya.
Hari ini latihan sore diselesaikan lebih cepat. Seperti biasa, kemauan Agon-lah yang menyebabkan semua ini terjadi. Bedanya, dahulu Agon yang akan pergi lebih awal sebelum latihan selesai untuk kencan. Sekarang justru dia memaksa latihan cepat selesai agar ia tak ketinggalan kencan maupun exercise-nya. Otomatis kalau Agon yang meminta―Sang God Speed Impuls, bakat yang lahir seratus tahun sekali― semua anggota klub pun menurut. Tanpa protes, tanpa desakan, tanpa pertanyaan, kecuali Ikkyu.
Dia memang tak pernah bosan cari masalah tampaknya.
Untunglah kali ini pun Agon masih cukup bersabar dan tidak meninju dia sampai habis.
Ehm, sepertinya arah pembicaraan ini semakin melantur saja. Mari kembali pada Ikkyu. Pemuda jenius ini juga sudah tahu suatu kabar yang mengudara setelah beberapa minggu kembalinya Tim Jepang ke kampung halaman.
Kabar yang mampu membuat leher Agon berderak saking terburunya ia menoleh saat diceritakan seperti itu.
Memang setara dengan isinya yang luar biasa, meski baru gosip, tapi ini tetap saja sebuah keajaiban. Hiruma, si Commander from Hell, terkenal dengan kelicikannya, diketahui menjalin hubungan.
Menjalin hubungan, bayangkan.
Yeah, akan biasa saja jika pasangannya adalah Mamori, Suzuna, Megu, atau gadis-gadis lain―bahkan Sena pun masih dianggap normal―, tapi hei! Pasangannya bukan semua itu! Dia adalah Clifford.
Clifford D. Lewis. Sangat tepat.
Coba, silahkan diulang sekali lagi. Clifford D. Lewis. Sekali lagi. Clifford. Dan kembali ulangi. Clifford. Clifford. Clifford.
Bukannya bermaksud untuk berlebihan, tapi seorang Hiruma―yang justru tak pantas disebut 'manusia'― dapat jatuh cinta, bahkan menjalin hubungan dengan Clifford, salah satu pemain jenius-namun-datar asal Amerika... Dan lagi dia adalah lelaki…Wow, itu sungguh sebuah berita yang…―yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, tentu.
Andai dagu bisa jatuh, maka sekali ini Ikkyu pasti akan kehilangannya.
Tapi usai terlongong begitu lama, Ikkyu berhasil mendeteksi suatu keajaiban lain di balik ini semua. Keajaiban yang akhirnya menguntungkannya. Kau bisa menyimpulkan sendiri?
Benar, baca ini baik-baik.
Hiruma-sudah-bersama-Clifford-tak-seperti-yang-selama-ini-selalu-diberitakan-itu-berarti-seseorang-yang-biasa-ada-bersamanya-dan-digosipkan-pacaran-dengan-ia-sebenarnya-bukan-milik-siapa-siapa. Seseorang yang selalu dinantikan Ikkyu, hingga tiba saatnya. Seperti saat ini.
Saat dimana semua peristiwa membuktikan bahwa ia sedang sendiri, tidak dekat dengan siapa pun. Bahkan Hiruma, makhluk tersering dibicarakan bersamanya. Kesempatan yang begitu gemilang kan, Ikkyu?
Tunggu apalagi?
Bergegas bangkit dari duduk sejenaknya, Ikkyu segera mengambil tas olahraga milik Agon. Tanpa bicara apa-apa, namun tanpa terburu-buru pula. Dihiraukannya teriakan Unsui yang tidak rela tas adik kembarnya dicuri. Ia terlalu sibuk berjalan optimis, harapannya memang sudah berkembang lagi. Dan ia yakin kali ini dia pasti berhasil. Sebab memang harus berhasil. Harus. Bagaimanapun caranya.
.
.
Sekali helaan napas terdengar.
Dua kali.
Tiga, lima, tidak―tujuh, terus terdengar.
Membuat ruang klub yang mulai beranjak sepi tersebut agak hidup dengan beberapa tolehan kepala dan sebuah tanya terlempar, "Mamo-nee tidak apa-apa?"
Desahan dahulu sebelum kemudian menoleh, memberi anggukan disertai senyum patah, "I-iya… Baik-baik saja kok." Segera dilanjutkan sebelum Suzuna kembali menginterogasi, "Suzuna-chan tidak pulang sekarang? Hari sudah semakin gelap, lho."
Yang ditanya memandang Mamori dari atas sampai bawah. Menangkap gelagat ganjil yang berusaha ditutupi gerak gugup. Tapi matamu tak bisa berbohong, Mamori… terlebih pada orang terdekatmu sesudah Sena ini…
Meski sebenarnya bisa terus mendesak, Suzuna tak melakukannya. Teringat kata-kata Hiruma beberapa bulan silam, supaya tak mengganggu Mamori kalau dia sedang banyak pikiran. Biarkan saja ia terdiam, asal belum kelawatan. Maka Suzuna hanya mengangguk sebelum membuka pintu klub pelan-pelan, "Aku pulang dulu, Mamo-nee… Hati-hati di sini, jangan kemalaman." Lalu pintu tertutup.
Menyisakan Mamori berkubang dalam kebingungannya, keresahannya. Perasaan kacau yang datang tiba-tiba bertepatan dengan bocornya status Hiruma sekarang. Parahnya lagi, Hiruma tak menyangkal seperti biasa. Diam saja sambil berlalu ria.
Dan Mamori tahu satu hal jika Hiruma begitu. Mungkin semua orang juga bisa menyimpulkannya.
Berita yang bocor itu benar.
Mendadak kepalanya makin pusing, dada terasa sesak, hati teriris-iris, "Kami-sama… tolong aku… Kenapa aku harus memiliki perasaan untuknya?"
.
.
Hiruma menarik napas gusar setengah kesal sembari menggaruk kepala yang tidak gatal. Dibatalkannya keinginan untuk membuka pintu ruang klub ketika pendengaran tajamnya mendengar suara isakan lirih. Jari-jemari panjang yang sudah akan menggenggam gagang pintu terjatuh begitu saja kembali di samping badan.
Ia tahu betul siapa yang menangis. Ia tahu betul mengapa orang itu menangis. Tapi ia tidak tahu bagaimana cara menghentikan hal tersebut, karena dia pun tak mengerti dimana letak kesalahan yang ia perbuat.
Karena dia memang tidak punya salah. Bukan salahnya kan, kalau dia justru menaruh hati pada Quarter Back Amerika itu? Dia tak bisa mengatur seenaknya perasaan yang berkecamuk dalam hati.
Jangan salahkan dia. Salahkan takdir yang menyuruh begini.
"Keh… Sial…"
"Meski bukan salah You-nii, tapi You-nii juga terlibat. Mau tidak mau, You-nii harus minta maaf. " Suzuna yang ternyata belum pulang, bicara perlahan dengan wajah tertunduk. Benar dugaannya, Mamori tentu patah hati. Dan bertambah jelas kala sebuah pembenaran akan fakta diproklamasikan oleh Hiruma secara tak langsung. Pasti akan terasa terus nyeri…
"Nggak usah kau beritahu pun aku sudah tahu, Cheers Sialan. Lagian, kenapa kau masih di sini?
"Karena aku tidak mau Mamo-nee kenapa-napa."
.
.
Sudah seminggu sejak tangisan Mamori terdengar olehnya, sudah seminggu pula manajer Deimon itu tidak bicara apa pun padanya. Ia hanya mengerjakan semua tugas dalam diam, kemudian pergi begitu saja ketika klub sudah selesai latihan. Tidak, lebih tepat kalau disebut ketika Hiruma mencoba memulai obrolan.
Suzuna baru akan menegur Mamori ketika Sena melarangnya untuk melakukan itu. Mungkin pemuda tersebut sudah tahu mengenai hal ini juga, dan Suzuna terpaksa mengikuti sarannya karena ia tahu Sena sangat mengenal Mamori.
"Biarkan mereka berdua menyelesaikannya…," dengan kata itu Sena beranjak menarik Suzuna pergi. Masih agak tidak rela, pandangan mata sang gadis ber-roller skate terus-terusan membayangi Mamori. Ia sungguh khawatir, tapi…, "Tenang saja Suzuna, semua akan baik-baik saja."
Dan mereka pergi semakin jauh. Meninggalkan Hiruma, Mamori, dan beberapa anak klub Amefuto. Mereka baru saja menyudahi latihan dan mengemasi barang, hingga akhirnya bersisa Hiruma serta Mamori berdua. Terdiam dalam kebisuan tak nyaman. Si gadis tidak berniat bicara apa pun, sementara si pemuda bingung harus bicara apa.
Keheningan terus menderu di antara mereka. Hanya suara angin menggoyangkan dedaunan sampai bergemerisik menjadi pengisi musik. Sementara debar dalam dada Mamori tak kunjung pudar. Ia benar-benar benci ini. Ia benci harus berada di situasi ketika perasaan yang mulai terpendam kembali muncul ke permukaan. Tidak tertahankan, tapi tak bisa dilampiaskan. Dia ingin menyelesaikan segalanya sekarang, detik ini juga. Namun kondisi ini sangatlah canggung, Mamori kehilangan kata. Lidahnya kelu.
Decakan Hiruma berikutnyalah yang menjadi pengantar terpecahnya kesunyian. Quarter Back Deimon itu menutup laptop dengan suara keras, tak peduli jikalau lapisan kaca di sana retak bahkan terpecah. Dia sudah terlalu gemas dengan ini!
"Oi, Manajer Sialan."
Mamori tidak menjawab. Fokus lurus ke sepatu terpaku diam.
"Oi. Telingamu nggak mengalami gangguan, kan?"
Mamori masih tak bergeming. Menggerakkan bola mata pun tidak. Ia bagai patung yang tak bisa mendengar apa pun kini.
"OI! Kau baik-baik saja?" Hiruma menyerah, diguncangnya pundak Mamori untuk mendapati air sudah menggenangi mata hazelnya. Pupil mata segera saja membesar, pegangan kuat di bahu Mamori langsung melonggar. Agaknya Hiruma bisa kaget juga.
Lalu bisu lagi.
Kali ini tiada melodi maupun nada mengisi barang sedikit.
Tarikan napas super panjang dari pihak lelaki, "…maaf…,"
Berlalu. Mamori sendiri. Dengan isak tangis lagi-lagi menemani, "Bukan salahmu…," lirihnya tertahan.
.
TSUZUKU.
.
.
A/N : Ng... tadinya ini itu cuma oneshot super panjaaaaaaang yang nggak selesai-selesai~ tapi Sacchan kayaknya pernah minta supaya dipublish chapter satu-nya dulu. '== Jadi ya, inilah chapter satu nan gaje itu. Masih paralel sama fic 'Idiot' buatan dia, si Sapphire D. Hapsire (Sacchan, ini kupromosiin loh! Mana bayarannya? -ditendang-). Disarankan baca itu dulu sebelum baca ini, tapi kalo langsung baca ini pun nggak masalah (mungkin).
Dan Sacchan, maap yah IkkyuMamo-nya belom keliatan. O.O Ini masih fokus ke onesided MamoHiru. Nggak papa kan? T.T
Apdetnya nggak tau kapan deh. Udah mau ulangan umum.. T,T -halah, kayak ada yang mau baca aja-
Anyways... review, please? With maid Hiruma on top? -??-
Arigatou for reading~
---
Pojok Promosi
Join Infantrum sekarang juga!! Tempat diskusi asyik para author-author fanfic Indonesia, mulai dari ngebahas masalah fanfic, animanga, kenal-kenalan, bahkan cuma nyepam!! XDD Apalagi sekarang sedang ada event-event keren kayak Workshop Fanfic maupun Indonesian Fanfiction Awards 2009~ Jadi, tunggu apalagi? Langsung visit alamat infantrum(dot)co(dot)nr, atau klik aja link Infant di profil saya~ Dijamin nggak rugi. :D Kalo rugi, uang kembali deh...-??- (gaje)
