Summary : demi membawa Dei-neechan pulang, akan kulakukan apapun itu. Yah, apapun taruhannya!
Rate : T
Pairing : Sasuke x Naruto
Genre : Romance/general/A little bit humor
Disclaimer : Naruto © Mashashi Kishimoto
Terinspirasi dari komik Mint-na bokura by Wataru Yoshizumi
WARN : YAOI, gajeness, EYD berantakan, typo(s). it's a yaoi fic. If you have a problem with it, just click the 'back' button. Don't' like? So don't read! At least don't FLAME!
If you want to flame my fic, please Log In at the first. To prove that you are not a LOSER
happy reading minna~
.
.
.
Bulan Mei at KHS
Ruang 203, SMA swasta Konoha, menjadi berisik karena kedatangan seorang murid baru kembali setelah bulan April yang lalu mereka kedatang murid baru juga dikelasnya.
Ditambah lagi, yang akan menjadi teman mereka untuk beberapa bulan kedepan merupakan seorang gadis cantik dengan senyum yang tidak pernah lepas dari raut wajahnya semenjak Kakashi sensei, wali kelas barunya memperkenalkannya pada siswa binaanya.
'Manis'
'Lebih cantik dari pada Sakura-chan'
'Aku suka senyumnya'
'Dia kembar ya?'
Begitulah kira-kira bisik-bisik kecil yang terdengar dari ruang belajar yang terletak dilantai tiga bangunan megah tersebut.
"Uzumaki Naruto, salam kenal semua." Senyum si pirang setelah Kakashi sensei, guru biologi sekaligus walikelasnya menyuruhnya untuk memperkenalkan diri.
"Uzumaki Naruto merupakan adik kembar dari Uzumaki Deidara yang pindah kemari bulan april yang lalu. Karena urusan keluarga, Naruto baru bisa menyusulnya sekarang. Sensei harap kalian bisa membuatnya betah dikelas ini."
"Baik sensei," seru sebagian murid yang merasa sangat senang dengan kemunculan calon primadona baru dikelas mereka.
BRAK!
"Ka-kau na-NARUTO?" gadis cantik berperawakan seperti Naruto yang duduk di barisan ketiga disudut ruangan mengerbak mejanya tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
"Ohh, hay neechan, lama nggak ketemu."
"KYAAAAA!"
A Naruto fanfiction by akako 'cho' michiko
Ich Brauche Dich
"Baiklah Naruto, kau bisa duduk dibangku kosong disebelah Inuzuka Kiba," Kakashi menunjuk bangku kosong di sudut kelas. Satu-satunya bangku kosong yang tersisa dikelas itu.
"Emm, ano sensei. Tapi apa boleh aku minta dipindah dudukkan dibelakang Dei-neechan?"
"Baiklah, kalau begitu Sakura kau pindah kesebelah Kiba."
"Hah? Tapi sens-"
"Ayolah, aku tidak ingin waktu mata pelajaranku terbuang hanya karena masalah sepele seperti ini,"
Haruno Sakura, gadis cantik berambut merah muda itu hanya menatap tajam pada Naruto, berharap tatapan tajamnya itu membuat Naruto menarik kembali permintaan konyolnya barusan, tapi Naruto hanya membalasnya dengan senyum memukau lima jarinya. Tidak sadar kalau Sakura sekarang ingin sekali menguburnya hidup-hidup.
Sakura mengerbak meja kasar sebelum membereskan barang-barangnya dan pindah kebangku kosong disebelah Kiba.
"Baiklah, kalau begitu kita bisa mulai pelajarannya sekarang,"
Naruto berjalan dilorong bangku terujung. Sepanjang perjalanan menuju bangkunya, matanya tak lepas dari sosok sang kakak, Uzumaki Deidara yang masih tidak percaya dengan kehadirannya disini, sekarang.
"Kau tak bisa kabur dariku lagi. Neechan," bisiknya, begitu berpapasan dengan bangku Deidara. Setelah itu Naruto duduk tepat dibangku kosong yang beberapa menit lalu diisi oleh Haruno Sakura, tahun kemarin.
Setelah menyamankan dirinya dibangku barunya, Naruto tak henti-hentinya memandangi sang kakak yang duduk tepat dihadapannya sekarang. Senyumnya kembali mengembang.
Semenjak kepulangannya dari Hawaii saat liburan, dia tidak menemukan Deidara dirumah. Ketika bertanya pada ibunya, Kushina hanya mengatakan kalau Deidara pindah sekolah tanpa alasan yang jelas dari ibunya tersebut. Naruto tahu kalau ibunya itu menyembunyikan sesuatu darinya. Sampai pada akhirnya dia tidak sengaja mendengar pembicaraan Minato dan Kushina dikamar mengenai kepindahan Deidara. Dari situ Naruto baru tahu kalau Deidara pindah hanya karena menyukai seseorang disekolah ini. Marah? Tentu saja Naruto marah. Dia merasa dihianati kakak kembarnya itu. Dia tidak ingin ada orang yang menggantikan posisinya di hati Deidara. Minato yang sepertinya juga tidak senang dengan keputusan istrinya yang membiarkan saja putrinya pindah sekolah, meminta Naruto untuk menjemput kakaknya di Konoha. Hal yang tentu saja ditanggapi positif oleh Naruto. Walau ada 'sedikit' masalah diawal, namun pada akhirnya Naruto bisa juga menyusul Deidara dan disinilah dia sekarang.
Sedikit tersadar, Naruto mengalihkan pandangannya pada seseorang disebelahnya. Pemuda seumurannya dengan rambut hitam kebiruan dan bola mata kelam, yang berbanding terbalik dengan mata biru langitnya. Karena saling berpandangan, Naruto tersenyum lembut kearahnya, lalu menyodorkan tangannya sebagai perkenalan.
"Uzumaki Naruto, kau?"
"…" pemuda disebelahnya hanya memandangnya dengan wajah stoic, lalu menurunkan pandangannya pada tangan yang disodorkan Naruto padanya.
Merasa di abaikan, Naruto baru akan mengulang kembali pertanyaannya.
"Hey, siapa nama-"
"Sasuke, Uchiha Sasuke." Potong pemuda itu cepat. Jelas sekali dia menekankan kata 'Uchiha'nya pada Naruto barusan.
"Oh, kalau begitu salam kenal Sasuke. Boleh ya aku panggil kau dengan nama depanmu. Agar terasa lebih akrab," terang Naruto panjang lebar. Lalu menarik kembali tangannya yang diacuhkan begitu saja oleh Sasuke.
Melihat reaksi Naruto yang tak histeris seperti kebanyakan orang begitu mendengar marga keluarganya, Sasuke menautkan alisnya.
"Dobe," desisinya pelan. Tapi ternyata tertangkap juga oleh indra pendengar Naruto, yang mengakibatkan Sasuke langsung menerima tatapan mematikan dari Naruto
"Kau bilang apa tadi?" Naruto mencoba menggertak. Tapi ternyata seorang Uchiha bukanlah orang yang tepat untuk digertak seperti apa yang sudah Naruto lakukan pada Uchiha bungsu itu barusan.
"Dobe," ulang Sasuke kembali. Kali ini lebih keras dengan nada menghina yang terbaca jelas.
"Ap-apa? Dasar kau Teme brengsek!" seru Naruto marah, namun cukup pelan. Dia tidak mau dihari pertamanya sekolah dia harus bermasalah dengan guru piket karena ribut dengan teman sebangku barunya.
"Hn," Sasuke tersenyum, ya dia tersenyum. Tapi senyuman merendahkan yang makin menyulut emosi klan Uzumaki disebelahnya.
Naruto memutuskan untuk tidak melawan dan meredakan emosinya dengan kembali menghadap kedepan. Takut? HELL NO! Naruto hanya tidak mau membuat masalah baru disekolahnya hanya dalam kurun waktu kurang dari dua puluh empat jam.
.
~x~x~x~
.
"Cepat jelaskan padaku semua ini Naruto," Deidara, gadis berambut pirang panjang berperawakan cantik ini sama sekali tidak habis pikir dengan apa yang baru saja diperbuat adik kembarnya itu.
Dipandanginya Naruto yang sedang terduduk dibawah pohan maple besar sekolahnya dari atas sampai bawah, lalu dipijitnya sisi kepalanya pelan. Saat ini sedang istirahat pertama setelah pelajaran paling mematikan disekolah itu, apalagi kalau bukan biologi. Mungkin pelajaran ini akan tergolong pelajaran 'biasa' kalau saja sensei yang mengajarnya bukan orang mesum yang akan selalu mencekokimu dengan buku porno bersampul orensnya.
"Aku hanya menyusulmu kok. Habis seenaknya saja kau pindah sekolah tanpa bicara apapun padaku. Kau jahat neechan," sungut Naruto. Digembungkannya kedua pipinya untuk membuktikan pada sang kakak kalau seharusnya dirinya yang marah pada saat ini, bukan dia.
"Bukan itu, Naruto." Deidara sedikit membentak. Kalau Deidara yang biasa pasti akan luluh dengan tatapan memelas andalan anak bungsu Uzumaki yang ada dihadapannya sekarang, tapi tidak untuk Deidara yang sekarang berdiri dihadapan Naruto.
"Kenapa kau berdandan seperti ini? Sejak kapan kau jadi adik perempuanku hah? Kau kan cow, hmmmp!"
"Ssst, jangan teriak-teriak neechan. Nanti ada yang dengar!" Naruto sukses membungkam mulut bocor Deidara dengan kedua tangannya.
"Argh, cerewet. Cepat jelaskan semua dan, lepas wig jelek ini." Tanpa basa basi atau permisi, Deidara melepas wig pirang yang senada dengan rambutnya dari kepala adik laki-lakinya itu. Membuat rambut pirang pendek asli Naruto sedikit berantakan.
"Aww, sakiiit neechan."
"kau sudah gila ya?"
"tidak, ini semua salahmu pindah sekolah seenaknya neechan, aku sudah dengar dari kaasan kalau kau jatuh cinta pada murid sekolah ini, makanya kau pindah." sungut Naruto.
"Lalu, kenapa kau harus menyamar menjadi perempuan Naruto? Disinikan ada asrama laki-laki?" Deidara masih berusaha menghakimi Naruto lebih lanjut. Masalah tentang Naruto ikut pindah ke KHS dia sudah bisa terima, dia hanya tidak mengerti kenapa Naruto harus menyamar menjadi adik perempuannya dan membohongi semua orang.
"Itu karena asrama laki-laki sudah penuh neechan. Kata tousan aku harus menunggu semester depan baru bisa mendaftar. Dan itu masih sangat lama,"
"Lalu? Kau ini bodoh atau apasih. Sudah, sana kembali kerumah lama."
"Pokoknya aku akan melakukan apapun untuk membawa neechan pulang. Apapun, meski harus menyamar menjadi perempuan seperti sekarang. Tujuan utamaku adalah membawa neechan pulang. Dan aku tidak akan pulang kerumah kalau neechan tidak ikut bersamaku. Neechan tidak boleh jatuh cinta, Neechan itu milikku!" Naruto mengucapkan semua itu dalam satu tarikan nafas, membuatnya terengah-engah setelahnya.
Deidara yang mendengar semua misi adiknya itu hanya tersenyum geli, lalu menghela nafas panjang. Ternyata Narutonya masih egois.
"Naruto, aku sayang padamu. Tapi kita tidak mungkin selalu bersama. Kita gak bisa terus terikat satu sama lain. Kita harus mandiri. Kurasa kau akan mengerti semua ucapanku ini kalau suatu saat nanti, saat kau sudah menemukan seseorang yang kau cintai dengan seluruh jiwamu."
"Aku tidak mengerti dan tidak mau mengerti neechan, yang aku mengerti kalau kau itu milikku,"
"Ahh, sudahlah. Kurasa kau memang tidak akan pernah mengerti,"
.
~x~x~x~
.
Tap tap tap
'896? Pasti ini,' Naruto membuka pintu bernomor kamar 896 yang diberikan bagian informasi asrama KHS tadi padanya.
Hal yang pertama dilihatnya kamar mewah dengan cat dinding merah muda pada salah satu sudut kamar, sedang sudut yang lain bewarna putih polos. Asrama KHS memang memberikan kebebasan pada setiap siswanya untuk mengecet dinding kamar asramanya sesuai keinginan. Pasti teman sekamar Naruto merupakan maniak benda berwarna merah muda, bisa diketahui dari semua pernak pernik dan barang-barang yang didominasi warna merah muda disudut kamar.
Naruto berjalan memasuki kamar asrama barunya itu. Diputuskannya akan mengecat warna kamarnya untuk menjadi orange nantinya. Sesuai dengan warna favoritnya.
Diletakannya barang-barang bawaannya di sudut kanan kamar, diatas ranjang berseprai putih polos yang pasti belum pernah ditempati. Kelihatan sekali dari debu yang menutupi beberapa bagian ranjangnya.
"Nanti saja deh beres-beresnya," tanpa pikir panjang Naruto langsung menenggelamkan tubuhnya diatas ranjang empuk itu. Hari ini benar-benar membuatnya letih.
Cklek,
"Ahh, apa yang kau lakukan dikamarku?" teriak cempreng gadis berambut merah muda dari depan pintu begitu melihat Naruto yang sedang rebahan diatas kasur orensnya. Dilangkahkan kakinya cepat menuju ranjang Naruto. Naruto langsung mendudukkan tubuhnya begitu melihat teman sekamar barunya memasuki kamar.
"Ahh, kau pasti teman sekamarku. Perkenalkan, aku Uzumaki Naruto, teman sekamarmu yang baru. Dan hey, kita sekelas, kau ingat?" sapa Naruto begitu melihat teman sekamarnya masuk dari balik pintu.
Sakura tersenyum sinis, "Tentu saja. Kau adalah mahluk menyebalkan yang merebut bangku dari sebelah Sasuke-kun tadi pagi. Bagaimana aku bisa lupa?"
"ehh, soal itu. Maaf, aku sama sekali tidak bermaksud. Aku hanya ingin duduk didekat neesan. Itu saja, sungguh. Em, ngomong-ngomong siapa namamu? Kita belum berkenalan." Tanya Naruto mencoba ramah. Dia tidak mau kalau harus bermusuhan dengan teman satu kamarnya sendiri.
Sakura menatapnya tajam, sebelum berseru "Sakura, Haruno Sakura."
"Salam kenal Sakura-chan"
"Siapa yang mengatakan kalau kau boleh memanggilku dengan nama depanku begitu?" Tanya Sakura sinis,
"Eeh, memangnya tidak boleh?" Tanya Naruto polos, tidak menyadari kalau Sakura masih marah dengan insiden pagi tadi dikelas. Baru kali ini sifat sok akrab naruto ditolak mentah-mentah.
"Hah, terserah kau lah. Oh iya, karena kau teman sekamarku dan murid baru disini. Aku ingin memberi tahu tiga hal yang dilarang disini, agar kau tidak mengulangi kesalahan seperti yang tadi pagi kau lakukan"
"A-apa?"
Sakura berjalan semakin mendekat ke Naruto. "Pertama, jangan pernah menyentuh barang-barangku dan mencampuri semua urusanku. Kau akan menyesal kalau melakukannya. Kedua, jangan pernah bermimpi menjadi primadona disekolah ini, karena itu adalah peranku, dan yang ketiga dan paling penting untuk kau ingat," Sakura berhenti berjalan begitu sampai dihadapan Naruto. Dibungkukkannya badannya, agar wajahnya berhadapan langsung dengan wajah Naruto yang sedang duduk di sisi ranjangnya
"Jangan pernah mencoba mencari perhatian Sasuke-kun. Dia milikku!" serunya lantang, lalu segera berjalan keluar kamar dengan tawa kecil disudut bibirnya.
BLAM! Sakura membanting keras pintu kamar mereka.
Naruto hanya mengangkat kedua bahunya. "Dia itu ngomong apa sih?"
.
~x~x~x~
Konoha high school, 04.36 PM
Waktu belajar intensif murid sudah berakhir dari jam dua siang tadi. Tapi kegiatan di dalam gedung belajar masih dipenuhi oleh beberapa siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuller semacam basket, sepak bola, bahasa dan semacamnya.
Naruto duduk manis di sudut lapangan bola basket, dimana terlihat beberapa siswa laki-laki sedang mengguyur diri dengan keringat masing-masing ditengah lapangan, saling merebut bola satu sama lain.
Sejak tadi pagi Deidara selalu mencoba kabur darinya. Pulang sekolahpun Deidara langsung menghilang diantara kerumunan siswa saat Naruto baru saja akan mengejarnya. Naruto sudah mengunjungi kamar Deidara, namun hanya ada Tenten, teman sekamarnya disana. Menurut informasi yang diperolehnya dari Tenten, Deidara pergi, tapi Tenten tak memberi tahunya kemana atas permintaan Deidara sendiri. Membuat Naruto semakin kesal mendengarnya.
Karena tidak menemukan Deidara dimana-mana, Naruto memutuskan untuk kelapangan basket, melihat beberapa teman sekelasnya yang menjadi anggota inti klub basket disekolahnya, yah salah satu diantaranya Uchiha Sasuke, kapten basket yang menjadi teman sebangkunya sejak kemarin. Sebenarnya Naruto malas, dia akan lebih memilih untuk kembali kekamarnya dan tidur diranjang empuknya, kalau saja Sakura teman sekamarnya itu tidak terus menerus mengirimkan tatapan mematikannya secara terang-terangan pada Naruto. Membuat Naruto berkeringat dingin diruang ber-AC itu.
Menurut beberapa informasi yang didengarnya dari Tenten, cowok terkeren di KHS banyak bernaung di dalam tim basket atau band sekolah. Jadi kemungkinan besar cowok incaran Deidara merupakan salah satu dari mereka yang sedang bermain dilapangan sekarang.
Dia sudah tidak tahan kalau harus lama-lama bersekolah disitu. Deidara selalu menghindarinya. Sakura teman sekamarnya sepertinya masih menyimpan dendam terselubung padanya karena kejadian bangku dihari pertamanya. Dan teman sebangkunya Sasuke sepertinya sangat tidak bersahabat padanya. Membuatnya kebanyakan menghabiskan waktu sendiri.
Jadi wajar saja kalau Naruto yang merupakan tipe manusia berisik dan hyperaktif langsung jenuh stadium akut dalam jangka waktu dua hari disana. Pokoknya dia harus segera menghancurkan kisah cinta Deidara lalu memaksa Deidara untuk kembali ke Suna bersamanya.
Kembali dialihkanya perhatiannya kepada siswa yang sedang berlomba dilapangan basket sekolahnya. Menerka-nerka siapa yang menjadi incaran Deidara sehingga Deidara nekat pindah sekolah hanya demi mengejar lelaki pilihannya itu.
Diperhatikannya satu-satu wajah-wajah pemain basket itu. Satu hal yang dapat disimpulkannya.
'aku lebih tampan dari pada mereka' batinnya.
"kau yang disana, awaaaas!" teriakan seseorang yang tidak diketahuinya yang berhasil membuyarkan lamunannya. Dilihatnya seluruh pemain yang tadinya saling berebut bola dilapangan sekarang memandanginya dengan tatapan err cemas?
BRUUG!
Semua menjadi gelap.
.
~x~x~x~
.
"Ughh!" Naruto merasakan kepalanya berdenyut begitu dia mencoba membuka kedua matanya. Rasa pusing itu semakin menjadi, membuatnya kepayahan untuk membuka kedua matanya.
Setelah berhasil melawan rasa pusing yang melandanya. Naruto mencoba mendudukkan dirinya diatas ranjang, lalu melihat keselilingnya.
"UKS ya?" Gumamnya pelan.
"Kenapa aku bisa ada disini?" gumamnya lagi. Disentuhnya pelipis kiri kepalanya yang sedikit perih.
"Kau- apa yang kau lakukan Teme?" Tanya Naruto begitu sadar kalau bukan hanya dia yang mengisi ruangan serba putih itu.
"Entahlah, aku juga tidak tahu."
"Kau yang menolongku?" tebak Naruto.
"Mungkin,"
"Hey, jawaban macam apa itu Teme?" protes Naruto begitu mendengar jawaban Sasuke yang jauh dari kata 'nyambung'
"Kau tidak bisa tenang ya Dobe? Ini sudah malam. Kembalilah ke kamarmu,"
"Apa! Malam? Memangnya berapa lama aku pingsan?" Tanya Naruto panik, begitu melihat keluar jendela ternyata hari benar-benar sudah malam. Belum lagi ternyata hujan deras diluar sana.
" Tiga jam dua puluh enam menit, kau membuang waktuku!"
"kau menungguiku?" Tanya Naruto tidak percaya kalau teman sebangku menyebalkannya itu cukup berbaik hati untuk menolongnya.
"Menurutmu?"
"Kenapa?"
"Hn?"
"Kenapa kau menolongku? Bukannya kau membenciku?"
"Aku yang melemparmu dengan bola tadi sore. Dan aku juga tidak membencimu."
"ohh, ehh a-apaa?"
Sasuke tidak menghiraukan Naruto yang salah tingkah karena ucapannya barusan. Ia segera mengambil tas sekolahnya dipojok UKS lalu berjalan keluar pintu.
"Mau kemana Teme?" Tanya Naruto penasaran.
"Kembali ke asrama. Aku tidak mau tertular menjadi bodoh karena terlalu lama denganmu," ejek Sasuke.
"Aku tidak bodoh Teme dan bodoh juga tidak menular!" Naruto melipat tangannya diatas dada, pipinya digembungkan pertanda dia tidak suka dengan teori bodoh Sasuke barusan.
Tapi Sasuke sama sekali tidak memperdulikannya. Menolehpun tidak. Tangannya masih berusaha membuka pintu UKS yang sengaja ditutupnya karena tadi sore hujan cukup lebat dan Naruto masih pingsan di UKS. Dia sedikit tidak tega meninggalkan mahluk berisik itu sendiri.
"Hey, Teme. Kenapa?"
"Pintunya," jawab Sasuke apa adanya.
"Pintunya kenapa?"
"Terkunci," lanjut Sasuke.
Butuh waktu 5 detik untuk Naruto mengerti maksud 'terkunci' dari Sasuke.
"UAPAAAH?
"Kau berisik," Sasuke masih berusaha menganalisa mengapa pintu ruangan UKS yang biasanya tidak pernah terkunci sekarang terkunci. 'perbuatan seseorang' batinnya.
"Berisik katamu? Bagaimana aku tidak berisik. Kau. Aku. Berdua. Terkunci. Ohh shit, apalagi yang lebih buruk dari ini?"
"Kau belum makan malam," sambung Sasuke.
"Ahh, inikah ganjaran tuhan padaku karena berusaha menggagalkan cinta pertama Dei-neechan?" Tanya Naruto frustasi. Terkurung berdua dengan Sasuke sudah membuatnya kesal. Apalagi dirinya belum makan sama sekali. Tuhan mengujinya benar-benar kelewat batas.
Bicara soal cinta pertama Deidara, Naruto baru teringat sesuatu. Tujuan dia bersekolah di situkan mencari pemuda yang disukai Deidara. Karna Sasuke merupakan kapten tim basket, sepertinya sedikit banyak Naruto bisa mengorek informasi dari pemuda stoic itu.
"Mm, ne Teme. Aku mau Tanya. Siapa sih cowok paling beken dan keren di sekolah ini?" Tanya Naruto antusias.
"Heh?"
"Pasti ada dong cowok cakep yang banyak ditaksir cewek-cewek sekolah." Tambah Naruto.
Sasuke hanya mendengus geli.
"Mana aku tahu," jawab Sasuke santai.
"Tolong aku dong Teme, ini sangat penting buatku."
"Untuk kau jadikan targetmu?" Sasuke tersenyum menyindir di akhir kalimatnya.
Lagi-lagi butuh waktu yang cukup lama untuk Naruto mengerti semua itu.
"Ehh, bukan begitu. Aku-," Naruto mencoba membela diri. Bagaimanapun, bukan itu tujuannya menanyakan semua itu.
"Kau tidak perlu berbohong. Semua perempuan itu sama saja, murahan!" potong Sasuke sakarstik.
"Tidak semua perempuan murahan Teme. Dei-neechan tidak, dia perempuan terhormat. Dan lagi pula aku bukan-, hmmp!" Naruto buru-buru menutup mulut embernya dengan kedua tangan, sebelum mulut itu membeberkan rahasiannya dihadapan pemuda stoic itu. Jangan sampai belum empat puluh dua jam dia disekolah itu, dan rahasiannya sudah terbongkar.
"Baiklah, kalau begitu Deidara tidak, dan kau? Iya!" imbuh Sasuke dengan tatapan merendahkan favoritnya.
BUGH!
Naruto meninju pipi kanan Sasuke, tidak terima orang baru itu mengatainya 'murahan'. Sedang Sasuke yang mendapatkan pukulan di pipi kanannya hanya mengerang sedikt, karena pukulan Naruto barusan cukup perih.
"Aku menyesal sudah menganggap kalau kau itu orang baik-baik." Tambah Naruto.
Dengan gerakan cepat dia mengambil ransel oranye di sudut ranjang UKS dan bersiap keluar UKS itu, sampai akhirnya sadar kalau pintu UKS benar-benar terkunci.
"OH, SHIT!" ditendangnya pintu menyebalkan itu. Dia benar-benar tidak mau lebih lama lagi dengan mahluk stoic menyebalkan itu.
Naruto memutuskan untuk duduk disisi pintu, berharap Tuhan kasihan padanya dan membukan pintu itu tiba-tiba agar dia bisa jauh-jauh dari mahluk menyebalkan bernama Sasuke ini.
Sedang Sasuke memilih untuk duduk diatas ranjang yang ditempati Naruto barusan dengan masih memaki atas pukulan pedas Naruto yang baru saja dilayangkan padanya.
"Kau petinju ya, pukulanmu terlalu keras untuk seorang gadis."
"Aku masih marah padamu, jangan bicara padaku!" Sasuke mendengus geli mendengar jawaban kekanak-kanakan Naruto.
Suasana kembali hening. Hanya suara hujan deras yang beradu dengan genteng. Dan Serta petir?
DUAAR!
"GYAAA, NEECHAAN!." Naruto langsung menghambur naik keatas tempat tidur dimana Sasuke sedang mencoba mengistirahatkan dirinya.
BRUG!
"Dobe, sakit!" rintih Sasuke begitu tubuh Naruto menindih tubuhnya
"Aku takut, neechan. Aku butuh neechan," Sasuke tidak mengerti maksud gumaman Naruto.
"Aku bukan Deidara, dan menyingkir dari atasku," perintah Sasuke, tapi Naruto malah semakin menjadi dengan memeluknya erat dan terus memanggil 'neechan'nya.
"Kau mencari kesempatan ya, Dobe?" protes Sasuke. Sukses membuat Naruto melepaskan pelukannya, dan langsung menjauh.
"kau HENTAI!" teriak Naruto.
"hey, kau yang menghambur kesini dan tiba-tiba memelukku. Lalu sekarang meneriakiku HENTAI?" Sasuke sekarang mulai mempertanyakan isi otak gadis yang sekarang berdiri disudut ranjangnya. 'dia gila' pikirnya
"Kau- aku yakin kau pasti sengaja mela-" belum sempat Naruto melanjutkan kalimatnya. Kali ini omongannya harus di intrupsi oleh suara petir yang jauh lebih keras dari yang awal
"GYAA!" dan lagi-lagi Naruto melompat kearah Sasuke. Dan memeluknya.
"Ohh, takut petir rupanya!" akhirnya Sasuke menyimpulkan kalau gadis pirang itu seperti itu karena bunyi petir.
"Tidak, ehh iya. Ehh tidak aku tidak, ahh maksudku iya. Argh!" Naruto mengacak wig pirangnya.
"Biasanya dei-neechan akan memelukku kalau ada petir," rintihnya pelan, namun masih bisa didengar oleh Sasuke.
"Benarkah? Atau kau hanya mengarang cerita agar bisa memelukku erat seperti ini?" sindir Sasuke, membuat Naruto langsung melepaskan pelukannya lalu menjaga jarak dengan pemuda tampan itu
"Kau menyebalkan!" Sasuke hanya tersenyum kecil, lalu mengacak pelan rambut pirang Naruto.
"Hn,"
Drrtt ddrrtt!
Naruto merasakan kalau kantongnya bergetar, atau lebih tepatnya ponsel di saku roknya yang menyebabkan semua getaran itu.
"Neechan?" serunya girang begitu melihat nama kontak 'dei-neechan~ memanggil' dari layer LCD telepon genggamnya.
Ditekannya tombol hijau di sisi ponselnya dan menjerit sejadi-jadinya.
"NEECHAN TOLONG AKU. AKU SEDANG BERSAMA OM-OM MESUM DI UKS. AKU TAKUT!"
-tobecontinue-
.
.
.
FIC PERTAMAKU!
JELEK? Sudah pasti !
STOP atau LANJUT? Jujur aku kurang pede nih dengan fic ini-,-"
Mohon tinggalkan review kalian minna~
