RUNYAM

"Mengapa aku terus merasakan kehadirannya setelah seminggu ini, apakah jarakku terlalu dekat dengannya" Pria berperawakkan tinggi dan bermata sipit tengah menerawang keluar jendela kamar.

Seorang yang tinggi nya sama tetapi usianya lebih muda dan mata nya pun besar tengah memasuki kamar sang pemilik rumah "Jiwon Hyung , mengapa kau belum siap-siap untuk pergi? Bukankah kita ingin mengunjungi June Hyung? Atau jangan-jangan kau tidak jadi lagi karena terlalu malas mengendarai mobil." Chanwoo berjalan menuju koper yang ada di atas kasur.

"Ani, ayo pergi!" Jiwon mengambil jaket tebal yang berada di gantungan kecil dekat meja rias, lalu berjalan begitu saja menuju ke pintu kamar.

"Hya aku belum siap-siap Hyung" Chanwoo melotot, otot-otot merah di sekitar matanya pun terlihat dan pandangannya dari baju-baju yang tengah di lipatnya telah beralih ke punggung Jiwon yang menjauh.

Jiwon menghentikan langkah jenjangnya "Bukankah kau yang sebelumnya bilang akan pergi"

"Inilah perbedaan diriku dan dirimu Hyung. Aku harus mengemas barangmu dan barangku terlebih dahulu sedangkan kau hanya pergi-pergi saja tak mau ambil pusing, apakah disana akan menginap atau tidak? Aku menyiapkan semua barang keperluan kita, sementara kau hanya santai-santai memikirkan sesuatu yang tidak jelas." Chanwoo hampir menangis mengucapkan hal ini, sebenarnya sudah lama ia ingin mengungkapkan hal ini tapi terlalu takut pada Hyung-nya itu, ia sangat menderita tinggal bersama Hyung termalasnya, Kim Jiwon, walaupun mereka bukan partner.

Jung Chanwoo merupakan pengendali tanaman darat, ia belum menemukan partner yang tepat, usianya menginjak 80 tahun jika di hitung dalam skala hidup manusia bagi saja umurnya dengan angka 5.

Sementara Kim Jiwon pengendali air yang 3 tingkat lebih tinggi dari Hanbin sedang mencari kekasihnya, sudah 125 tahun ia menunggu kekasihnya itu dapat di temukan keberadaannya, dan hari-hari ini ia baru bisa merasakan kehadiran kekasihnya namun hatinya sedikit tidak siap untuk menghadapi kekasih yang belum pernah di temuinya.

ooo

"Hyung kau melamun lagi? Aku sudah siap sekarang!" 10 detik yang lalu Chanwoo telah memasuki mobil yang akan di kemudikan oleh Jiwon, Jiwon tanpa harus meladeni perkataan Chanwoo segera memasang sabuk pengaman dan melesat cepat menuju tempat tujuan.

"Kau yakin di sini tempatnya?" Jiwon menatap area depan yang terdiri atas semak-semak belukar.

"Ne, Hyung" Chanwoo menjawab tanpa berfikir, bibirnya hanya segaris, merasa tidak ada yang perlu diragukan lagi.

"Lalu bagaimana cara kita memasukinya?" Jiwon mengalihkan pandangan bertanya-tanya-nya ke Chanwoo yang mengulas senyum remeh.

"Mudah saja" Chanwoo memancarkan sinar hijau toska dalam matanya.

Jiwon menepuk dahinya, ia seharusnya menyadari kekuatan Chanwoo itu, mereka sudah tinggal bersama selama 20 tahun lamanya, tapi Jiwon melupakan hal itu begitu saja, bodoh sekali fikirnya. Setelah semak-semak itu membukakan jalan menuju sebuah rumah besar yang mewah Jiwon menancap gas perlahan untuk memasukinya.

ooo

Bell rumah besar bertembok putih dan bergaya klasik itu berbunyi. Yoongi yang berada di kamarnya, bersandar dengan bantal empuknya di kepala ranjang dan sedang mengotak-atik laptopnya segera bangkit dari kegiatannya bermalas-malasan. Yonggi menuju ke pintu depan yang sepertinya tamu sudah menunggu di luar sana beberapa menit lamanya, karena jarak kamar Yoongi dan pintu utama menuju keluar lumayan jauh.

Jimin yang tengah berduaan dan menyelesaikan kegiataannya dengan Junhoe mendelik ke arah pintu setelah mendengar bell yang berbunyi. 'Siapa yang datang?' fikir mereka berdua, 'Bukankah ini adalah sebuah kejutan atau dia mengetahuinya' ok mereka berdua berfikiran sama dan saling menatap setelah kalimat ini terlintas di benak.

Hanbin yang tengah menggoreskan tinta hitam di lembaran-lembaran kertas yang bertumpuk segera mengalihkan pandangan ke pintu. Begitupun Donghyuk yang tengah serius membaca buku di tengah kasur sambil duduk bersila, buyar semua konsentrasinya, untuk kembali membaca pun, ia tidak menginginkannya lagi, hilang semua penat yang sebelumnya merangsang dirinya memahami buku bacaan, berubah menjadi rasa penasaran untuk melihat orang yang berada di balik pintu utama yang lebih menarik perhatiannya.

Sementara Yunhyeong, ia tidak merasakan aura apapun, keadaan dirumah yang sedang tegang-tegangnya, dirinya tenang-tenang saja karena ia tengah berada di minimarket, dan kedua tangannya membolak balik dua cup mie. Dahinya berkerut karena melihat bacaan 'Hot Spicy' dan 'Super Pedas' yang memiliki kesamaan arti, tapi ia terlalu bingung mana yang akan dipilihnya.

Yoongi membuka pintu utama, ia sebenarnya bingung siapa yang datang. Semua penghuni rumah tengah berada di ruang tamu, ruangan pertama yang di suguhkan ketika datang ke rumah ini, kecuali Jungkook, Yunhyeong, dan Hoseok karena Hoseok tengah berada di LA untuk penelitian obat terbarunya.

Di depannya telah ada dua orang namja yang berbeda sifat, yang satu terlihat cuek dan sepertinya umurnya lebih tua dari namja kedua yang tersenyum cerah ke arahnya dan menyapanya "Anyeong-haseo, Jung Chanwoo imnida" ia membungkukkan badannya sebentar, lalu pemuda itu segera melanjutkan pernyataan yang ingin ia utarakan "kau pasti bertanya-tanya maksud kedatangan kami kemari bukan, kami ke sini untuk..."

Jiwon berjalan maju, mensejajarkan posisinya dengan Chanwoo, tanpa persetujuan Chanwoo, Jiwon menyela pernyataannya "Goo Junhoe" menatap lekat orang yang di maksudnya sementara Chanwoo mendelik mengikuti arah pandang Hyung-deul nya.

Jimin yang mendengar nama kekasihnya di sebut langsung mengalihkan pandang, memandang Junhoe.

Jungkook yang berada di kamar dan menulis sesuatu dalam buku tulisnya, setelah mendengar bell berbunyi ia segera menghentikan kegiatannya, spontan matanya melebar. "Siapa yang datang? Apakah Jimin Hyung?" senyum Jungkook membuncah, ia segera mempercepat kegiatannya agar dapat menyusul dan menyambut Jimin Hyung nya yang tengah datang. Tapi jika di fikir-fikir lagi setelah menyelesaikan PR nya 'Bukankah ini rumah Jimin Hyung?Lalu untuk apa ia membunyikan bell' Jungkook segera berlari menuju ruang tamu.

"HYUNG!" Chanwoo berteriak kegirangan dan berlari ke arah Junhoe yang telah melangkah maju hingga sampai di tengah ruangan, Chanwoo memeluk Junhoe erat demi melepaskan rindu yang ada.

Kaki Jimin tiba-tiba saja melemas, baru saja ia mendapatkan twice kiss-nya, namun kekasihnya ini dengan cepat mendapatkan orang selain dirinya dan sepertinya lebih mengenal Junhoe daripada Tae kakaknya, sedangkan dirinya tidak tau apa-apa perihal kehidupan pribadi Junhoe karena Junhoe sangat tertutup membuka jati dirinya.

Yoongi masih terpaku di tempat dan tidak memiliki kehendak untuk menjamu mereka berdua karena namja muda yang bertindak tidak sewajarnya, ia melihat keadaan Jimin yang masih terdiam di tempat dan tak menunjukan reaksi apapun kecuali kecewa.

Jungkook yang baru datang tidak melihat tamunya terlebih dahulu karena ia lebih penasaran mengapa semua orang berkumpul disini, tanpa basa-basi ia langsung menanyai Jimin yang berada tak jauh dari tempatnya berpijak. "Hyung, kau darimana saja aku mencarimu" Jungkook menepuk bahu Jimin, Jimin tak merespon, matanya masih betah melihat dua orang yang selesai berpelukan dan salah satunya mengulas senyum manis.

"Aku seharusnya mengunjungimu lebih cepat kan June Hyung, tapi tidak apalah sekarang aku sudah berada di hadapanmu, BOGOSHIPO-yo" dengan bibir yang sedikit dimajukan Chanwoo mengatakan hal ini, Chanwoo akhirnya menyadari keberadaan sang empu yang tengah bosan melihat mereka berdua berlovey-dovey. "Ah... ini Jiwon Hyung" menunjuk keberadaan Jiwon yang ada disebelahnya "aku datang bersama...(nya)"

"ARGHHH" Jungkook berteriak tiba-tiba, rasanya seperti sebilah pisau tajam tak kasat mata telah menusuk tengkorak kepalanya, ia menopang tubuhnya dengan lututnya yang telah merasakan dinginnya lantai ruangan.

Ternyata kekuatan dan suasana hati Yonggi telah mendominasi ruangan tanpa disadari siapapun, Yonggi tidak juga menghentikan hal itu ketika Jungkook mulai berteriak, seolah-olah telinganya menjadi tuli untuk sementara. Junhoe mengalihkan pandang, tetapi matanya terperanjat dalam mata berair Jimin yang masih saja beku untuk beberapa saat. Donghyuk, Hanbin dan Chanwoo segera menghampiri dan berkumpul untuk menolong Jungkook. Junhoe, Jimin, Yonggi, dan Jiwon masih saja bertengger di tempatnya berdiri, entah ada paku yang tiba-tiba menacap di kaki mereka atau apa.

Yunhyeong yang baru datang dan membawa kantung kertas yang di dalamnya berisi bahan makanan, heran, ia harus merasakan kebingungan untuk kedua kalinya. "Jiwon Hyung" Ia terlihat senang melihat orang yang sudah lama tidak di temuinya hadir "Apa yang sedang kau lakukan disini?" pertanyaan Yunghyeong ini nihil untuk membuat Jiwon tersadar. Yunhyeong tak ingin ambil pusing menunggu jawaban, Yunhyeong akhirnya beralih ke Yonggi yang menatap Junhoe tajam "Yonggi, apakah sesuatu yang buruk terjadi?"

"STOP THAT! HYUNG" Jungkook kembali berteriak, sungguh rasanya Jungkook ingin pecahkan saja kepala ini agar penderitaan yang dialaminya segera berakhir, dua buah kekuatan yang menabrak tubuh Jungkook secara mendadak tak bisa ia tahan lebih lama. Semua terkejut mendengar perihal itu, namun Jimin hanya dapat melangkahkan kakinya menjauh dari permasalahan tersebut. Yang lain masih merasa bingung dengan apa yang Jungkook teriakkan.

"Hya Jungkook wae geureyo?" Donghyuk mulai keringat dingin, Hanbin yang mencoba memindahkan tubuh Jungkook tak bisa karena Jungkook terlalu melekat dengan lantai, sementara Chanwoo ia masih bingung.

Yunhyeong yang menyadari kedua kekuatan tengah menjalar, segera mengetahui maksud dari pernyataan yang Jungkook utarakan. Ice dan Mine nya bersatu hal itu akan memperburuk keadaan air dalam diri Jiwon yang perlahan berubah menjadi es yang beku dan menusuk, membuat kekuatan tanaman yang Jungkook miliki terselimuti embun beku. Jika hal ini diteruskan sama saja mereka membunuh Jungkook secara perlahan dan jika saja Jungkook terselamatkan dalam keadaan kritis maka kekuatannya akan memudar untuk jangka waktu yang lama. "YOONGI SADARLAH! Aku MOHON kau akan membunuh Jungkook" Yonggi tidak bergeming.

Junhoe akhirnya sadar setelah lama sekali ia tidak membantu Yunhyeong yang kesusahan, "Ah, BODOH sekali mereka berdua, bagaimana bisa mereka ada disini secara bersamaan dan mengeluarkan kekuatan secara cuma-cuma" ia menempelkan telapak tangannya di lantai yang sejak dari tadi sudah mendingin, kekuatan apinya ia salurkan dengan cepat dan merambat ke kedua tubuh yang tiba-tiba saja terpental jauh dari tempatnya.

Yunhyeong yang sudah lelah, menatap Junhoe bengis "Kenapa kau lama sekali Koo."

Jungkook berhasil bernafas lega namun tubuhnya tidak kuat lagi untuk tetap tegar dalam posisinya, ia tidak sadarkan diri dan darah mengucur keluar dari dalam hidungnya. Es yang mengelilingi tubuh Jungkook akhirnya mencair dan Hanbin bisa segera membawa tubuh kurus Jungkook ke kamarnya diikuti Donghyuk dan Chanwoo.

"Chanwoo-a aku akan mengantarmu ke kamar" suara Yunhyeong cukup untuk membuat orang telah selesai membersihkan darah di hidung Jungkook menghentikan kegiatannya dan menyusul Yunhyeong yang telah berdiri di ambang pintu.

Dengan wajah sumringah Chanwoo memasuki kamar yang di tunjukan Song "Whoa, daebak" tak lama setelah Chanwoo duduk di kursi yang tak jauh dari tempatnya berdiri ekspresinya berubah canggung dan murung. "Hyung, boleh aku tau, mengapa seorang yang bernama, jika aku tidak salah dengar 'Jungkook' itu berteriak" Chanwoo malu-malu bertanya.

"Jungkook Hyung, Kau ternyata belum tau bahwa ia lebih tua darimu" Yunyeong mengatakan kalimatnya dengan sedikit penekanan.

"ah maaf aku tidak tau jika ia lebih senior dibanding aku, tapi kau tidak bisa juga menyalahkanku karena aku baru saja mengenal dirinya hari ini." Chanwoo mengerucutkan bibirnya lucu dan hal itu dibalas dengan senyuman Yunhyeong.

Yunghyeong segera mengambil tempat untuk duduk, di atas kasur yang masih tertutupi oleh kain putih. "Like this Chanwoo-a. That time Yonggi menyalurkan kekuatan es nya disaat ia bersebelahan dengan Jiwon MINE nya Jungkook si pengendali air..."

"JUNGKOOK HYUNG MINE-nya Jiwon Hyung!" Chanwoo membelalakan matanya.

"Ne, aku juga sangat terkejut mengetahui perihal itu." Chanwoo mengangguk

Yunhyeong melanjutkan kalimatnya yang terpotong. "Mereka secara tidak sengaja terhubung. Kau tau kan Es akan langsung menjalar ketika sudah ada aksen air, tidak memandang itu partnernya atau bukan, jadi jarak antara para pengendali juga perlu di perhatikan, karena biasanya salah satu di antara mereka menyelewengkan kekuatan yang tersedia."

"Jadi itu alasan Jiwon Hyung tidak meladeni ajakanku, pantas saja sebelum kemari ia sangat gelisah sekali, ia juga suka menunda kepergian yang telah kurencanakan sebelumnya dan hal itu membuatku harus memutar otak bagaimana cara merujuk padanya." Chanwoo sibuk sendiri dengan pernyataannya sampai-sampai orang yang memperhatikan gelagat Chanwoo merasa aneh.

"Hya Chanwoo! Jangan bicara sendiri apa kau sudah gila, aku tidak mengerti maksud dari perkataanmu" Chanwoo yang mendengar pernyataan Yunhyeong langsung mengalihkan pandang, ia melihat Hyungnya tampak kesal.

Chanwoo berkata dengan nada penuh penekanan "Jadi begini Hyung! Sebenarnya 3 hari yang lalu aku sudah ingin kemari tapi Jiwon hyung menolak dengan alasan sepele yang tidak dapat mengerti" Chanwoo lagi-lagi cemberut, emosinya hari ini memang suka sekali naik-turun.

"Oh... kalau kau berkata begitu kan aku jadi mengerti, ya sudah aku pergi dulu, masih banyak urusan yang belum ku selesaikan" Yunhyeong berlalu pergi dari kamar Chanwoo sementara Chanwoo segera membereskan barang-barangnya yang ada di koper.

"Apa ini!" Chanwoo melebarkan matanya, "Aish" tiba-tiba ia menjadi kesal, ketika melihat semua pakaian Jiwon yang ada di dalam koper. "KIM JIWON, Kau benar-benar merepotkanku, KAPAN SEMUA PENDERITAANKU BERAKHIR."

Jiwon yang tengah berjalan menuju rumah Jimin segera memalingkan wajah, merasa seseorang memanggilnya dengan tidak sopan, namun tak ada siapun disana kecuali dirinya karena Yoongi telah sampai ke tempat asal.

ooo

Telah diputuskan mereka berempat akan berdiskusi (walaupun cuma 2 pihak yang setuju dengan hal ini, tetapi ini harus dilaksanakan demi kebaikan Jungkook) untuk membahas dan memberitahukan beberapa persoalan yang telah terjadi. Di sofa yang berhadapan, Yunhyeong duduk bersama Junhoe untuk menginterogasi dan memberi pernyataan. Sementara Jiwon dan Yoongi dengan terpaksa harus menjadi pendengar setia yang pandangannya mengeliling entah kemana seakan tengah berinteraksi dengan mahluk gaib.

"LISTEN TO ME Ok" Yunhyeong memulai dengan tatapan intens, "Aku sangat senang Jiwon akhirnya bisa bertemu dengan MINEnya, Keunde..." Yunhyeong menutup matanya dan berdecih lalu setelah itu ia melotot. "Bagaimana bisa KAU MELAKUKAN HAL ITU YOONGI, kau tau jika saja Junhoe tidak ada di sana mungkin JUNGKOOK SUDAH MATI SEKARANG" dengan penuh nada penekanan dan intonasi yang tinggi di beberapa kalimat, Yunhyeong tak kuasa menahan kegiatannya menunjuk-nunjuk dengan jemarinya ke orang yang di tuju.

Junhoe mengangguk-angguk setuju, Yoongi buang muka melihat perilaku Goo, dalam benaknya terukir sebuah kalimat 'Koo BODOH itu menyulut emosiku, bagaimana bisa menerima pelukan ketika dirinya sedang dihadapkan dengan Jimin kekasihnya' Yoongi langsung bangkit dari duduknya dan pergi dari ruang makan tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Hya,ya,ya kembali kemari! Kau jangan kabur. Aku belum selesai bicara" Yunhyeong yang berdiri duduk kembali setelah Junhoe memberi kode dengan kepalanya yang mengangguk dua kali dan tangannya yang memegang lengan Yunhyeong.

"Biarkan saja dia pergi" jika di konversikan ke dalam kalimat, Junhoe berkata seperti itu kepada Yunhyeong.

Yunhyeong yang baru duduk mengambil nafas dalam, tak lama Jiwon rupanya ikut-ikutan Yoongi bangun dari kursi panasnya "Goo aku butuh kau, jantungnya sedikit beku" setelah berkata Jiwon berjalan menjauh.

TBC

.

..

Yeay, First Love keluar juga dari folder euy. Jujur aja, walaupun susah nyari Bobby ganteng, sampe2 tuh cover diganti 4-5 kali tetep aja ni ati dah teteg mau publish jadi berjuang bgt deh sampe malem. Give Applause for My SELF and THE READER WHO COMMENT.