Vaduz, Liechtenstein

"Hyung! Kalian tidak bisa seenaknya menyuruhku kembali ke Seoul hanya karena masalah ini hyung! Apa hyung benar-benar tega melakukan ini kepadaku? Aku sungguh tidak bisa bertahan disana, aku bisa mati jika sendirian disana!" pemuda berusia 19 tahun itu terus merengek pada kedua saudara kembarnya seperti anak kecil.

"Kau berlebihan sekali Marcus, kami sudah memikirkannya matang-matang. Lagi pula selain karena sikapmu yang tidak pernah berubah, ini juga merupakan wasiat ibu. Dan kau tetap akan berangkat ke Seoul, sendirian" jawab salah satu saudara pemuda itu yang berwajah lebih manusiawi dari saudara kembarnya.

"Yaaaaak! Ini sungguh keterlaluaaaan" pekik Marcus hampir terisak.

"Keterlaluan? Apa ini terasa tidak adil untuk dirimu Marcus? Tidak sadarkah apa yang telah kau lakukan selama ini? Kami hanya melakukan yang terbaik untukmu" kali ini giliran saudara satunya yang menjawab, setiap kata yang diucapkan penuh penekanan seolah tak ingin ada penolakan. Tegas dan tidak membutuhkan jawaban.

"Memangnya apa yang telah aku lakukan? Apa kesalahanku begitu besar sehingga kalian dengan kejamnya membiarkan aku hidup sendiri di Seoul?" Marcus mencoba membela dirinya sendiri.

"Aku yakin kau tak mau mendengar hal-hal yang akan aku sebutkan nantinya Marcus Cho" jawab saudaranya.

"Hyung..." kali ini Marcus benar-benar tak bisa menahan isakannnya.

"Jangan membantah lagi, ini bukan seperti kami ingin membuangmu atau mengucilkanmu, kau sudah dewasa tak ada alasan lagi untuk menunda-nunda keinginan ibu. Sebelum kekuatanmu akhirnya muncul dan kau tak bisa mengendalikannya sendirian. Cobalah untuk mengerti Cho Kyuhyun."

Tiba-tiba Marcus Cho, pemuda yang selama ini dikenal dingin dan tak peduli dengan orang lain mendadak terdiam dan kaku. Tulang-tulangnya seperti kehilangan kekuatan. Cho Kyuhyun, nama yang setelah sekian lama disembunyikannya telah disebutkan kembali oleh saudaranya. Ia tak bisa mengelak, memang itu nama yang diberikan oleh ibunya.

Marcus memandangi langit malam Vaduz yang dingin, selalu dingin yang dia rasakan. Sanggupkah dia meninggalkan kota kelahiran ibunya ini? Persetan dengan kekuatan yang dia miliki, dia hanya tak ingin meninggalkan jejak terakhir sang ibu.

Hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat Marcus muak. Dia tidak pernah merasa terberkati oleh kekuatan yang dimilikinya sejak lahir, titipan dari sang ayah, penguasa api selatan. Ibunya adalah putri sang laut mediteran.

"Kau akan punya banyak teman disana, jangan khawatir."

"terserah kalian saja. Sekeras apapun aku menolak, aku akan tetap pergi kan? Tak perlu mengkhawatirkanku, aku aka mencoba." Hyungnya tersenyum, hyungnya tau Marcus tidak akan sekeras itu pada hidupnya sendiri.

Pada akhirnya Marcus memilih kembali ke Seoul. Dengan harapan dia akan menemukan kebenaran yang selama ini dia cari. Berpisah dengan kedua hyung nya memang membuat Marcus merasa tertekan. Marcus memang orang yang dingin, tapi dia selalu menjadi bagian termuda di garis keluarga mereka, itulah mengapa Marcus selalu menjadi sisi yang berbeda ketika bersama kedua hyungnya.

Seoul, South Korea

Apa yang Nicholas hyung dan Ricky hyung lakukan? Mereka benar-benar mengirimku ke tempat asing ini? Kupikir Seoul sudah banyak berubah, tapi kenapa masih ada tempat seperti ini?

SELAMAT DATANG DI ANGEL'S HOUSE

Bangunan dengan gaya klasik mewah dilengkapi jendela-jendela tinggi dan menara yang menunjukkan kesombongannya menyambut mata Marcus tepat setelah dia tiba ditempat asing ini. Marcus bahkan tidak tertarik pada keagungan arsitektur yang dimiliki oleh asrama ini, baginya ini tidak sebanding dengan kastil hangat tempatnya tinggal di Vaduz.

"Kau akan baik-baik saja tuan, saya hanya bisa mengantar sampai disini, setelah di dalam nanti segeralah mencari tuan Dennish Park, dia adalah keeper anda, semoga hari anda menyenangkan." Si pengantar tersenyum dan mulai meninggalkan Marcus sendiri.

Marcus masih terdiam didepan gerbang 'kematian' –menurutnya- dingin dan dia selalu merasa diawasi. Marcus ragu untuk melangkahkan kakinya masuk ke kawasan itu. Mata onyx nya lekat menatap ke bangunan yang dia pikir hanya akan ada dalam khayalannya saja. Marcus belum tau hal seperti apa yang akan dia hadapi di kehidupannya setelah ini.

"Kau akan baik-baik saja tuan, saya hanya bisa mengantar sampai disini, setelah di dalam nanti segeralah mencari tuan Matthew Shin, dia adalah keeper anda, semoga hari anda menyenangkan."

Marcus menoleh ke asal suara, ada seorang pemuda –yang lebih muda dibanding dia dengan balutan mantel putih selutut dan wajah menyerupai malaikat menatap lekat bangunan dihadapannya terlihat tidak peduli dengan apa yang dikatakan si pengantar –sama seperti yang Marcus lakukan beberapa menit yang lalu. Yang Marcus lihat, ada tatapan kebencian pada mata hazel milik pemuda itu.

Pemuda itu menyadari Marcus memperhatikannya, dia menoleh dan menatap Marcus dengan tatapan yang 180 derajat berbeda dari saat dia melihat tatanan bangunan tadi. Mata tajamnya menyipit dan lengkungan senyum tergambar jelas di wajah malaikatnya. Marcus belum berani menyimpulkan apakah pemuda ini benar-benar titisan seorang malaikat atau hanya iblis yang bersembunyi di wajah malaikatnya.

Pemuda tadi melangkah mendekati Marcus. Marcus baru menyadari, ada hawa dingin disekitar pemuda itu, rambut coklat keemasannya seolah memberikan kesan air yang selalu menetes, mata hazel pemuda itu juga selalu berair, aroma tanah basah selalu tercium dari dirinya. Marcus bertanya-tanya, kekuatan besar apa yang tersembunyi dalam diri pemuda itu, hingga aura yang dikeluarkannya begitu terasa. Mata onyx Marcus mengawasi setiap detil langkah yang diambil oleh pemuda itu. Membuat pemuda itu merasa sedikit jengah pada tatapan penuh selidik Marcus.

"Hai.. penghuni baru juga rupanya. Kudengar Angel's House ini membantu akademianya menemukan jati diri masing-masing. Kau mau masuk bersamaku, Hyung?" Marcus tercekat, suara indah yang keluar dari kerongkongan pemuda ini benar-benar mengacak konsentrasinya, entah efek apa yang digunakan pemuda ini, apakah dia pengendali pikiran? Atau salah satu putra Aphrodite yang sangat piawai menggunakan kelebihannya?

"'Hyung'?" Marcus tetap memasang wajah dinginnya.

"Kuharap kita bisa berteman baik nantinya, walaupun mungkin akan terjadi beberapa kesalahpahaman diantara kita. Kajja-yo." Pemuda itu menarik tangan Marcus tanpa menunggu persetujuan darinya. Marcus tak sempat melawan, aliran panas api yang melindungi dirinya merespon cepat saat tangan pemuda itu menyentuh tangannya. Ada yang salah disini.


Tok tok tok

"Masuklah" Marcus memasuki ruangan marmer serba putih dengan aksen klasik yang kental pada setiap inchi lekukan dindingnya. Bau harum mint bercampur –sesuatu seperti bunga paperlilac tercium pekat dihidung Marcus, seolah ingin mengingatkan dia tentang perasaan yang selama ini disimpan rapi didalam dirinya, perasaan rindu pada Ayahnya.

Pria dengan garis rahang sempurna menyambut kedatangan Marcus. Mantel abu-abu panjang berkerah tinggi membuat kesan semakin mempesona sekaligus tegas. Mata tajam berwarna biru gelap seolah menyimpan berjuta kubik air laut yang sedang diawasinya.

"Marcus Cho, pewaris tunggal klan api selatan. Berdarah campuran. Hmm... menarik, ibumu adalah putri laut mediteran. Bukankah seharusnya kau tinggal di dataran tinggi Tam?" Dennish Park mulai meneliti garis keturunan Marcus, ini membuat Marcus merasa tertekan.

"Kau mungkin menjadi bagian dari kelompok paling berpengaruh di Angel's House ini, jarang ada anak-anak yang dilahirkan dari dua klan yang berbeda, bukan tidak mungkin, hanya kemungkinan itu sangat kecil. Tapi aku tak menyangka tahun ini akan ada 2 penghuni baru yang luar biasa. Kekuatan kalian adalah yang paling berbahaya diantara yang lain."

Oh bahkan sampai sekarang aku tidak mempedulikan klan ku, aku hanya butuh kedua hyungku. Klan? Siapa peduli dengan klan?

"Ada berapa jumlah klan ras api di sisi timur? Aku punya garis keturunan laut, mungkin aku sedikit tidak nyaman nanti" Marcus mencoba mengeluarkan rasa khawatirnya. Oh demi kedua hyungku, aku mungkin sudah gila jika mereka berdua berada disini. Marcus ingin berteriak, tapi pada akhirnya dia tetap bersikap seolah tak acuh dengan keadaan.

"Tidak banyak, ras api adalah ras dengan jumlah klan tersedikit. Kau tidak seperti kedua saudara kembarmu Nicholas Cho dan Ricky Cho, darah mereka lebih seperti ibumu, mungkin ada alasan lain mengapa kau yang dipilih ayahmu."

"Aku akan menyuruh seseorang mengantarkanmu ke kastil timur, nikmatilah perjalananmu."


Marcus memasuki kamar yang sudah diklaim miliknya, entah orang seperti apa yang menatanya seolah dia tahu dengan jelas kehidupan Marcus. Nuansa dingin pegunungan Tam memang membuatnya sulit bernapas, tapi Marcus tak pernah bisa menjauh dari aroma ini. Ini seperti rumah baginya, ia seperti ditarik kembali ke kehangatan pelukan ayahnya dulu.

Tok tok tok, Marcus beranjak ke pintu dengan malas.

"Ada apa?" wajah dingin Marcus kembali muncul.

"Kenapa kau menguncinya?" seorang pemuda dengan tinggi hampir sama dengan Marcus, mempunyai garis rahang yang tegas, dan warna iris yang senada dengan milik Marcus, warna onyx yang kelam dan merah gelap pada pangkal irisnya.

"Untuk apa kau tau?" Marcus mulai awas pada pemuda ini.

"Kau pikir kamar ini akan menjadi kamar pribadimu, Cho Kyuhyun Hyungnim?" pemuda ini memamerkan senyumannya pada Marcus.

Marcus terkejut, hanya klan keluarganyalah yang mengetahui nama asli dirinya. Marcus merasa tak pernah bertemu dengan pemuda ini sebelumnya. Tapi dari ciri-ciri fisik pemuda ini dia pasti pemilik garis keturunan api murni, bukan campuran. Tidak seperti dirinya.

"Tidak perlu terkejut seperi itu Kyuhyun Hyung, aku ada di pihakmu, kita bersaudara. Dan yang paling menyenangkan adalah fakta bahwa kita adalah rommate. Aku hampir tidak pernah bersikap ramah pada orang lain, kupikir jika rommate ku yang baru bukan dirimu, aku akan membakarnya habis dalam kurun waktu 3 hari" dia ini benar-benar tipe seorang penjilat Marcus mulai meneliti setiap senti pemuda ini.

Jangan bersikap seolah kau tidak mengenalku Kyuhyun Hyung. Kau masih tetap kekanakan seperti dulu, whoops, aku juga masih seperti itu. Atau, kau benar-benar tidak mengingat sepupumu yang paling tampan ini? Berhenti menatapku sebagai orang asing. Akan kukenalkan kau pada beberapa teman setiaku hyung, kau harus mulai mengenali siapa teman yang sebenarnya disini.

"CUKUP! Berhenti bicara dengan pikiranmu!" Marcus mulai sebal pada pemuda ini.

"Bukankah, lebih menyenangkan jika kita saling berbagi rahasia seperti ini? Kau mungkin lupa jika kau pernah membuat sambungan empati denganku. Kau tak bisa memutus sambungan ini tanpa ijin dariku, dulu aku pernah frustasi karena bertahun-tahun mencarimu dan tetap tak menemukanmu. Sekarang aku seperti menemukan satu-satunya keluargaku. Kakak-kakakmu tidak begitu baik padaku."

"Aku tak peduli.." orang ini sudah gila.

"Baiklah, kau mungkin perlahan-lahan akan mengingat siapa aku, ngomong-ngomong aku pakai tempat didekat rak buku itu, aku tau kau masih menggilai gadget-gadget modern itu, pakai saja yang didekat pintu, kau akan membutuhkan banyak privasi nanti."

"Hmm.."

Mau kubantu membereskan barang-barangmu?

Marcus memberikan tatapan mematikannya pada pemuda ini, dan seperti dugaan kalian, pemuda itu sama sekali tidak mempedulikan tatapan Marcus dan malah tersenyum lebar sambil berjalan kearah rak-rak buku dingin di pojok ruangan.

Cobalah bicara denganku Hyung, ini sungguh mengasyikkan.

TO BE CONTINUE...

Annyeonghasimnika! Writer baru disini, Riana imnida~ buat para reader yang bersedia membaca cerita yang nggak jelas ini. Terima kasiiih! Jeongmal kamsaheyoooo. Eh, sempetin review ya~~ love sign from Wonderland