Huwaaa... akhirnya bisa publish cerita fanfiction pertamaku. Maaf kalo agak ga jelas. Alurnya yang membingungkan dan isinya yang membosankan. Karena kurang mengerti tentang misteri, jadi mungkin untuk kasus-kasus pembunuhan mungkin tidak akan banyak terespos. maagf untuk ke OOC-annya. Jujur ga pernah baca magic Kaito.

sekali lagi maaf untuk ceritanya...

please read and review..

Disclaim : Punyanya Aoyama Gosho-sensei

Let's story begin..


Chapter 1- Murder

"Shin-chan..bangun..," suara lembut membangunkannya, "kita pergi dari sini.."

Dengan masih setengah sadar,seorang anak laki-laki mendekap ke pelukan ibunya yang menggendongnya keluar kamar.

. clang.

Suara benda jatuh terdengar dari bawah, membuat ibu ini mempercepat langkahnya ke ruang baca rumahnya. Mencari ruangan untuk bersembunyi, bukan untuk dirinya dan anaknya, hanya untuk anaknya.

"Kaa-saan.."suara anaknya merengek saat lepas dari pelukan ibunya. Ibunya melepaskan anaknya di sebuah ruang kecil yang tersembunyi di antara rak-rak buku.

"Sssshhttt.. diam disini dulu sayang.. " suara ibunya yang hampir berbisik membuat anaknya kembali bertanya " Kaa-san mau kemana? Mana otou-san?Suara apa di bawah?" Tanya anaknya yang sama rendahnya seperti ibunya. Sepertinya anak kecil ini tahu ada yang tidak beres di lantai bawah. Setelah beberapa kali membaca cerita-cerita misteri dan cerita detektif di ruang baca rumahnya, setelah beberapa kali diajak-terpaksa-oleh ayahnya menangani beberapa kasus di kepolisian, keadaan rumahnya hari ini sangatlah tidak wajar. Ditambah ibunya membawanya ke tempat persembunyian dimana dia pun baru pertama kali melihatnya, ketidakhadiran ayahnya bersama ibunya, membuatnya berpikir kemungkinan besar terjadi sesuatu di bawah, dan ayahnya kemungkinan besar ada disana. Pencuri? Tidak mungkin, jika Cuma pencuri pasti ibunya tidak akan membawanya ke tempat ini.

"Tenang Shin-chan, Kaa-san akan segera kembali.., tetap disini..,,apapun yang kamu dengar, atau apapun yang terjadi tetap diam disini, tou-san dan kaa-san akan mengurusnya, mengerti?" perintah ibunya lembut, namun tetap tegas. Anak kecil ini hanya mengangguk pelan. Sadar bahwa raut wajah ibunya yang khawatir, sedih, dan takut. Takut. Tidak pernah sedikitpun ibunya menampakkkan raut wajah itu. Sekalipun ada pencuri, pembunuh random yang berkeliaran tak pernah membuat ibunya setakut ini. Ibunya segera menghilang di balik pintu setelah memberikan ciuman kepada anaknya.

Anak kecil yang masih berusia enam tahun ini hanya diam meringkuk di kamar kecil tempat persembunyiannya. Sesekali dia mendengarkan suara-suara di bawah. Suara benda terjatuh, barang yang pecah, dan sesekali ada suara tembakan. Suara tersebut membuat semua tubuhnya menegang. Rasa penasaran, takut, dan cemas menggelayuti pikirannya. Baru 10 menit ibunya meninggalkannya, namun ia merasa sudah berjam-jam berada di ruangan gelap dan sempit ini. Suara-suara di bawah hanya membuat ruangan yang sudah kecil ini terasa semakin sempit dan membuatnya sulit bernapas.

Bang. Bang. Suara tembakan ini terdengar lebih jelas.

Apa yang terjadi? pikirnya dalam hati. Kali ini dia benar-benar cemas dan penasaran yang dari tadi mendorongnya untuk mencari tahu yang terjadi di bawah sudah tidak tertahankan perlahan dia keluar dari perintah ibunya tadi, dia melangkah perlahan, mengintip dari balik pintu yang tidak sepenuhnya tertutup sejak ditinggalkan ibunya tadi.

Darah.

Barang berserakan

Hal yang dia lihat dari balik pintu. Terkejut setelah melihat semua itu, dia kembali mengamati adakah hal lain yang terjadi. Perlahan dia keluar dari ruangan, mencoba tidak membuat suara semaksimal mungkin. Saat dia mencoba mengamati, dia tertegun. Kaget. Shock. Dia melihat tubuh ibunya bersimbah darah terkapar di dekat kursi di ruang tamu bawah.

Kaa-saan! Rasanya dia ingin teriak sekeras mungkin dan sesegera mungkin menghampiri suaranya tidak seperti tercekat, mata birunya melebar, mulai berkaca-kaca.

Sebelum tubuhnya mengajaknya berlari, dia kembali terkesiap melihat yang lain. Dia melihat ayahnya tidak berbeda jauh dengan ibunya. Penuh darah. Terduduk dengan kepala menunduk tidak jauh dari tubuh ibunya.

Tubuhnya gemetaran, semua tubuhnya seperti kehilangan daya. Namun perasaan ingin segera menghampiri ayah ibunya lebih besar dari semua ketakutannya. Sebelum dia ingin berlari menuju ruang tamu, sebuah tangan besar meraihnya dari belakang. Menutup mulutnya.

Seluruh tubuhnya meronta mencoba melepaskan diri dari tangan yang menangkapnya, semakin dia mencoba berontak lebih keras, lengan penangkapnya mencengkeram lebih kuat, saat dia berusaha menggunakan seluruh kekuatan terkahirnya, sebuah suara yang familiar terdengar di telinganya.

"Sssshtttt… Shinichi,, tenanglah.. Shinichi.. ini paman…"

Mendengar bisikan lirih dari orang asing yang menangkapnya, dia melihat ke belakang mencoba mendongak, mengamati laki-laki yang berlutut di belakangnya.

"Pa- paman?!"

Rasanya dia ingin teriak, dia ingin mengatakan semua yang terjadi, yang dilihatnya, ayah ibunya, sebelum paman sekali lagi menngangkat jari telunjuknya di depan bibirnya.

"Ssstt.. Shinichi..paman tau.. paman tau.."

Shinichi langsung memeluk dan menangis di pelukan pamannya tadi. "Shinichi, kita harus pergi dari sini"

Suara pamannya tegas, namun ada sedikit getaran di suaranya, hanya sedikit, yang tidak semua orang bisa menyadarinya.

"Ta- tapi, Otou-san, Kaa-san.. me- mereka.." suaranya terbata-bata.

"aku tau Shinichi, karena itulah kita harus pergi dari sini"

Tidaaak! Shinichi langsung melepaskan pelukannya dari pamannya, dia terlihat marah, sedih karena paman yang dia percaya akan menolong dirinya, ayah, dan ibunya, bisa-bisanya berkata pergi dari sini, melarikan diri, tanpa sedikitpun mencoba mengecek keadaan kedua orang tuanya.

Laki-laki yang sadar bahwa anak di depannya tidak mau menurutinya mengeluarkan sebuah bola kecil, dan dalam sekejap meledak dan mengeluarkan asap biru di depannya.

Shinichi yang kaget, tidak bisa menghindar menghirup asap biru itu. Secara perlahan semua tubuhnya lemas dan merasa kessadarannya mulai mengabur. Di antara rasa kantuknya yang sangat, dia mendengar suara lembut laki-laki di depannya

" maafkan aku Shinichi" karena terlambat menolong ayah ibumu- teman terbaik- keluarga tanpa hubungan darah- yang pernah kumiliki.


"Korban tewas ada 2 orang, Kudo Yusaku 27 tahun, penulis novel, dan Kudo Yukiko 27 tahun, mantan aktris. Waktu kematian sekitar pukl 01.00-02.00 dini kematian keduanya karena luka tembakan di sebelum di tembak di kepala kedua korban dianiaya terlebih dahulu. Tidak diketemukan barang-barang korban yang hilang, kemungkinan besar ini adalah kasus pembunuhan, inspektur" Jelas seorang petugas.

"bagaimana dengan peluruny? Apakah dapat terlacak? Apakah ada saksi?Atau orang mencurigakan?"Tanya inpektur yang memimpin penyelidikan. Wajah sedih tampak jelas tergambar di wajah laki-laki separuh baya ini. Alisnya terus mengernyit mencoba menganalisis kasus ini. Dia sangat terkejut ketika mendapat laporan kasus pembunuhan di kediaman orang yang sangat dekat dengannya. Bahkan dia sudah menganggapnya seperti adiknya sendiri. Setiap ada kasus yang kira-kira buntu, atau sulit, dia tidak segan-segan untuk meminta bantuannya. Walaupun dia tidak pernah mau mengakui dirinya seorang detektif – hanya seorang penuls novel misteri- begitu yg selalu dia ucapkan- tapi inspektur yang sudah bekerja puluhan tahun di kepolisian ini sangat mengakui kehebatan analisisnya.

"dari peluru yang diketemukan di tubuh korban, kami tidak bisa melacaknya karena peluru yg digunakan sangat unik dan sepertinya dari sebuah senjata rakitan." Jawab petugas itu lagi, " tidak saksi mata saat kejadian. Selain itu dari beberapa testimony beberapa tetangga tidak ada yang melihat sesuatu yang mencurigakan."

Ah, tetangga!

Bagaimana dengan professor di rumah sebelah?

"sepertinya pemilik rumah sedang pergi ke luar kota untk menghadiri pertemuan ilmiah atau semacamnya, kami sekarang mencoba untuk menghubunginya."

Inspektur itu sekarang tampak berpikir keras. Tangannya memegangi dagunya dan kedua alisnya tampak bertaut." Aah! Putranya?! Dimana putranya!" bodoh kenapa aku bisa melupakan hal itu? Shinichi, putra semata wayang pasangan Kudo. Yang terkadang mengikuti ayahnya saat menangani kasus.

"ah, iya inspektur, kami tidak menemukan siapapun di dalam selain kedua korban"

Kedua mata inspektur itu melebar,"apa? A-apa maksudmu?! Cari segera ?!" siaaal?! Kenapa aku tidak menyadarinya.

"Ba- Baik Inspektur."

Aaaaah..apa yang sebenarnya terjadi Kudo?! Inspektur kini tampak mengacak-acak rambut di bawah topinya. Berharap dapat menjernihkan pikirannya. Sepertinya akan ada satu lagi kasus yang tak terpecahkan. Dan dia semakin frustasi karena kasus ini menyangkut orang yang biasa membantunya memecahkan kasus.


A/N : Mohon masukan dan kritikan.. (karena kemarin pas publish agak keburu2 ga sempet bikin note)