Naruto © Masashi Kishimoto

My Story

Disclaimer

Naruto dan High School DxD beserta karakter dan ceritanya milik penciptanya masing-masing.

Warn : Gaje, Typo, OOC, Ecchi, Rated T,

Yo Minna!Author lihat prolog fict ini terkesan cepat dan kurang bagus. Jadi kali ini, author sudah memperbaikinya. So, semoga lebih bagus dari sebelumnya. Tanpa basa-basi lagi.

~ Selamat Membaca ~

PROLOG...

"Aku selalu sendirian, walaupun begitu aku nyaman dengan keadaanku sekarang. Dengan begini aku tidak akan merasakan rasa sakit dan kehilangan. Tapi meskipun begitu, rasa kesepian tetaplah ada..."

.

.

Hari ini disekolah sama seperti biasanya. Aku duduk sendiri dikursi pojok paling belakang. Tidak ada teman yang mau duduk denganku lebih tepatnya, aku memang memilih untuk sendiri. Aku tidak tahu, tapi yang pasti aku merasa nyaman dengan kesendirianku.

Maafkan aku sebelumnya. Namaku, Uzumaki Naruto. Seorang remaja berumur mungkin 15 tahun dan mungkin juga 16 tahun. Aku tak ingat pasti, bahkan aku juga lupa tanggal lahirku.

Aku memiliki rambut pirang dengan iris biru seperti ayahku. Dipipiku terdapat semacam goresan seperti kumis yang sudah ada sejak aku lahir. Sifatku...?! Hmm entahlah, aku bingung dengan sifatku sekarang.

Aku juga punya seorang kakak perempuan, namanya Naruko. Tidak jauh berbeda denganku. Ia juga memiliki mata biru sepertiku, Hanya saja tak secerah milikku. Rambutnya bersurai merah, mungkin gen yang diturunkan oleh ibu kami.

Ibuku, Uzumaki Kushina. Ia memiliki surai merah sama seperti Naruko. Hal itu juga yang membuat ibuku mendapat julukan "Akai Chishio no Habanero" atau dapat diartikan cabe merah berdarah. Julukan yang aneh memang...?! Tapi meskipun begitu, aku tetap menyayanginya.

Ayahku, Namikaze Minato. Aku tak terlalu suka membahas tentang ayahku. Trauma yang kualami dimasa laluku membuatku tak mau mengingatnya lagi. Kuharap kalian dapat mengerti...?! Oke, aku rasa cukup dengan perkenalannya.

.

.

.

Naruto POV...

"Hari ini lapangan kosong...! Kita bisa memakainya untuk bermain..."

Aku memandang datar kerumunan yang ada didepanku. Mereka terlihat sedang mendiskusikan sesuatu yang terlihat menarik. Yah..?! Meskipun aku tak terlalu peduli dengan itu semua.

Kalau kalian bertanya dimana guru yang mengajar saat ini...?! Jawabannya hanya satu "Tidak masuk". Yah...?! Karena hal itulah jam kosong sekarang. Ada banyak murid yang sibuk dengan kepentingannya sendiri.

Aku dapat melihat berbagai kesibukan mereka. Semuanya dibagi menjadi tiga. Pertama, mayoritas siswa-siswi yang ada dibangku depan terlihat sedang mengerjakan latihan yang telah diberikan guru pengganti.

Kedua, mereka yang berada ditengah. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan, kalian bisa menebak dengan mudah apa yang sedang mereka bicarakan. Gosip, membanding-bandingkan sesuatu seperti bagaimana imutnya pacar mereka.

Ketiga, barisan paling belakang. Beberapa dari mereka terlihat lebih memilih tidur atau sekedar bercanda dengan teman sebangkunya. Meskipun ada juga yang terlihat membentuk sebuah kelompok. Seperti yang kulihat sekarang.

"Tapi kita tak cukup pemain...?!"

"Tak masalah, kita tinggal ajak saja seseorang..."

Salah satu dari mereka mulai menatapku. Sekilas, iris biru milikku bertemu pandang dengan mereka. Terlihat dari gelagatnya, sepertinya mereka ingin mengajakku.

"Eto.. Naruto kau mau ikut ber...~"

"Tidak...!" jawabku

.

.

[Teeet...Teeet...Teeet...]

Bel tanda istirahat terdengar .Dengan langkah pelan, kutinggalkan kelasku. Aku bukannya tidak suka berkumpul dengan mereka. Hanya saja, aku belum terbiasa dengan sesuatu yang disebut teman.

Aku selalu mengamati sekelilingku. Tatapan hina dari orang lain membuatku tak mau lagi mempunyai ikatan. Bagiku saat seseorang mempunyai ikatan, mereka hanya memperlambat kita saja.

"Sombong sekali dia...!"

"Kau benar..! Si Uzumaki itu memang sombong..."

"Hah, Kalian ini...! Sudah, lebih baik kita kekantin..."

Aku tak terlalu peduli dengan kata-kata mereka. Pandangan sinis dan celotehan yang mereka katakan, sudah jadi kebiasaan sehari-hari buatku. Bagiku, saat mereka tak menggangguku...?! Itu sudah cukup...

"Sejuknya..." ucapku

Surgaku sudah kutemukan. Satu-satunya tempat disekolah ini untuk menyendiri. Yah atap Sekolah...! Perlahan, kakiku menghampiri tempat duduk yang tak jauh dariku. Menikmati semilir angin sembari memejamkan mata.

Terkadang aku bingung kenapa aku dilahirkan...?! Setiap orang pasti punya tujuan didunia ini. Tapi sekeras apapun aku mencari semua itu, hasilnya tetap sama. Nihil...! Aku tak pernah mendapatkan jawaban.

"Uzumaki-san...! Apa kau membolos lagi akhir-akhir ini...?!"

Seorang perempuan dengan rambut hitam pendek terlihat berjalan kearahku. Mata ungunya terlihat menatapku dengan kacamata yang terbingkai manis disana. Sekilas, kalian langsung bisa menebak kepribadiannya. Yap...?! Dia seorang kutu buku

"Huh...?! Kukira siapa, ternyata Kaicho..."

Perempuan didepanku ini adalah, Sona Sitri. Ia seorang ketua osis. Gadis yang lebih pendek dariku itu terlihat mengambil tempat disampingku. Akhir-akhir ini, entah kenapa ketua osis itu terlihat selalu menghampiriku.

"Kau ini baru masuk seminggu sudah sering membolos..." tanyanya

Iris ungunya menatapku dengan seksama. Entah kenapa aku sedikit risih dengan tatapannya. Bukannya aku tidak suka. Hanya saja, aku tak pernah diperhatikan seseorang seperti ini terutama dengan perempuan.

"Mau bagaimana lagi..?! Aku benci belajar dan terlebih lagi, aku bosan dikelas..." jawabku

"Bosan...?! Apakah seburuk itu kelas kita"

Tak kusangka gadis ini cerewet juga. Dengan pelan, aku mulai berdiri membelakanginya. Kalau dibilang buruk sih...?! Tidak. Tapi kalau bosan...?! Benar.

"Tidak juga sih...?! Hanya saja, tidak ada yang bisa diajak bicara..."

Sekilas, aku dapat melihat gadis itu mengernyit heran. Aku tak tahu apa penyebabnya...?! Mungkin perkataanku tadi yang terkesan jujur membuat gadis itu menilaiku aneh.

"Itu karna sifatmu sendiri yang cuek dan tertutup..! Aku rasa, mungkin kamu bisa dapat teman saat ini kalau sifatmu itu hilang " usulnya.

Teman yah...?! Kata-kata itu seolah mengingatkanku tentang masa laluku dulu. Menaruh kepercayaan ke orang lain dan dengan mudahnya dikhianati. Semua itu membuatku ragu mempunyai ikatan.

Perasaan sedih, kecewa, marah, bercampur menjadi satu. Semua waktu yang pernah dilalui bersama hancur begitu saja. Hanya satu yang tersisa sekarang. Sesuatu yang disebut dengan balas dendam.

"Ahh...?! Aku tidak tau harus mengucapkan terima kasih atau tidak, tapi mungkin akanku coba..." ucapku berbohong

Aku menatap Sona dengan senyum dibibirku. Yap..?! Meskipun bukan senyum tulus, tapi aku dapat melihat rona merah terpatri diwajah manisnya. Itu lebih baik daripada dia membenciku.

[Teeet...Teeet...Teeet...]

Samar-samar aku dapat mendengar bel istirahat yang telah berakhir. Pelajaran selanjutnya adalah matematika. Sebaiknya aku bergegas kembali kekelas, aku tidak mau terkena hukuman karena telat oleh guru killer itu.

"Sebaiknya aku kekelas...?! Terima kasih, Kaicho..."

Aku berjalan pelan kearah anak tangga yang kupakai untuk keatap sekolah. Tapi belum beberapa meter, sebuah suara lembut menghentikan langkahku. Mataku otomatis melirik kearah sumber suara.

"Ano... Uzumaki-san...!"

Aku menatap seksama Sona. Gadis sitri itu terlihat menundukan kepalanya. Sekilas, rona merah yang kulihat tadi kini bertambah dipipi chubby miliknya. Oke aku sedikit khawatir sekarang...?! Mungkinkah ia demam...

"Bi-Bisakah K-Kau memanggilku dengan Na-Namaku saja..." ucapnya dengan terbata-bata

"E-Ehh...?!"

"Tentu Sona-chan..! Bolehkan aku memanggilmu seperti itu...?!"

[BLUSHH...]

Sona mendadak diam. Gadis dengan rambut pendek itu terlihat gugup sekarang. Terlihat dari gelagatnya yang menurutku aneh. Tidak biasanya dia seperti itu...?! Yang aku kenal, dia itu orang yang dingin.

"I-Iya Na-Naruto-kun..." ucapnya

"Panggilan yang bagus...!" jawabku dengan cepat

Aku dengan reflek mengusap pelan puncak kepalanya. Aneh...?! Kenapa wajahnya tambah merah. Hal seperti ini sudah biasa bagiku. Bahkan Naruko selalu melakukan ini tiap hari kepadaku. Hah...?! Memikirkannya membuatku pusing, lebih baik aku cepat kekelas.

"Sudah dulu yah Sona-chan..! Janee... "

.

.

.

Naruto POV END...

[Ting...Tong...Ting...]

Bel yang sedikit berbeda dari sebelumnya menandakan berakhirnya pelajaran sekolah hari ini. Dengan cepat, Naruto merapikan peralatan sekolahnya dan bersiap-siap untuk pulang.

Terlihat beberapa siswa dan siswi yang lain telah pulang. Dengan pelan, remaja pirang itu berjalan kearah pintu. Belum beberapa langkah, sebuah suara wanita memanggilnya dengan pelan.

"Naruto-kun...?!"

GLEKK...

Remaja pirang itu mendadak pucat melihat siapa yang memanggilnya. Serafall-Sensei, guru matematika itu terlihat berjalan pelan kearahnya. RUN...! Otak Naruto mencoba memberi sinyal kepada kakinya untuk bergerak sekeras apapun dia mencobanya, kakinya tak mau bergerak.

"Kenapa kau telat tadi...~"

DEG...

Tubuh Naruto mendadak tegang. ia dapat merasakan aura yang tidak enak sekarang. Kata-kata Serafall-Sensei tadi membuatnya sedikit takut. Perempuan itu mengucapkannya seperti sebuah desahan yang panjang.

"Ma-Maafkan Aku Se-Sensei..."

"Ughh...?! Gara-gara kejadian diatap tadi, aku telat kekelas. Tapi, apa ini tidak berlebihan. Holy Shit..?! Aku hanya telat satu menit saja. Kalau kupikir-pikir bukan hanya aku saja yang telat tadi. Banyak siswa yang lain juga, seperti si mesum Issei" batin Naruto

"Tak semudah itu Naruto-kun...~"

Iris biru pemuda pirang itu dapat melihat senyum licik yang terukir diwajah Serafall. Berbeda dengan orang lain yang jika melihat senyum itu, satu kata yang akan mereka ucapkan secara bersamaan. Cantik...!

Sedangkan Serafall, gadis yang menjadi gurunya Naruto itu terlihat puas melihat ekspresi takut remaja pirang itu. Baginya, menghukum Naruto adalah suatu euphoria tersendiri.

"Ja-Jadi...! A-Apa yang harus kulakukan Se-Serafall-Sensei..?!"

"Mudah saja..! Kau hanya harus meringkas semua isi yang ada dibuku matematika dari bab satu sampai lima..." jawab Serafall

Naruto yang mendengar itu mendadak lega. Pasalnya, beberapa hari ini ia telah meringkasnya. Yah...?! Sepertinya ini akan mudah. Tinggal meringkas satu bab lagi maka ia akan selesai.

Serafall yang melihat raut muka Naruto mulai menyadari sesuatu. Tak perlu beberapa jam ia mengetahui apa yang sedang dipikirkan muridnya itu. gadis dikuncir kuda itu terlihat merencanakan sesuatu.

"Ahh..?! Sensei, tak perlu kh..~"

"Satu bab lima rangkap...!"

"Yap..! Satu bab lima rangkap, kau tak perlu khawatir Sensei..." ucap Naruto termakan jebakan Serafall.

Guru matematika itu terlihat mengulas senyum. Serafall sudah tau kebiasaan muridnya ini. Remaja pirang itu merupakan tipe orang yang memakan mentah-mentah kalimat orang. Ia berani bertaruh sebentar lagi Naruto akan menyadari apa kesalahannya.

"E-Ehhh...?! Tu-Tunggu D-Dulu..."

"Se-Sensei...! Ka-Kau bercanda kan..?!"

Naruto menyadari kebodohannya. Lagi-lagi ia termakan jebakan guru matematika itu. Entah sudah beberapa kali, guru yang masih terbilang muda itu melakukan siasat licik ini. Dan, entah sudah berapa kali juga ia terkena siasat yang sama.

"Tidak...! Aku tidak bercanda dan bukannya kau tadi sudah menyanggupinya, Na..ru..to..kun...~" jawab Serafall dengan senyum liciknya.

"Ta-Ta-Tapi Sensei..."

"Tidak ada Tapi-Tapian...! Kau harus mengerjakannya, jika tidak selesai. Bersiaplah menerima hukuman..."

"Jaane...~"

"Tu-Tunggu dulu Sensei...!"

Kusoo...?! Seenaknya saja memberikan perintah seperti itu. Hah..?! Sudahlah, lebih baik aku pulang pikir Naruto. Memikirkan semua itu membuat kepalanya pusing. Dengan pelan, remaja pirang itu meninggalkan kelasnya. Bersiap untuk pulang kerumah.

.

.

.

"Hah...?! Hari yang melelahkan..."

Seorang remaja pirang terlihat berada dikamar miliknya. Empat buah komputer terlihat jelas disamping tempat tidur yang agak jauh darisana. Beberapa tulisan aneh seperti crack, encrypt, dan masih banyak lagi terpampang diempat komputer itu.

Hacker...?! Yap remaja pirang itu seorang peretas. Bagi kebanyakan orang, hacker adalah orang yang merusak, mencuri data milik orang lain, dan menggunakannya untuk tujuan yang jahat.

Tapi itu tak sepenuhnya benar...?! Remaja pirang itu hanya beberapa kali meretas dan itupun dalam tahap yang kecil, seperti cctv toko, atm disekitar rumahnya, dan salah satu perusahaan yang ada.

[New Message...]

Sebuah tampilan mirip seperti ikon gambar surat muncul disalah satu komputer Naruto. Tangan kanannya langsung menggerakkan benda yang bernama mouse itu.

[Klik...]

From : Azazel

To : Clay

: Yo Clay...! Bagaimana keadaanmu...?! Kuharap baik-baik saja dan jangan terlarut dalam kesedihan. Oke kembali ke topik yang sebenarnya. Aku tahu kau tipe orang yang tak suka berbasa-basi. Salah satu bawahanku telah membangkang, terserah kau ingin membunuhnya atau tidak. Buat dia tak berdaya :v

"Hmm...?! Sepertinya menarik..."

Azazel, gubernur dari sebuah ras yang bernama malaikat jatuh. Sebenarnya, dunia ini dibagi menjadi tiga ras yaitu malaikat, manusia, dan iblis. Ras pertama adalah manusia, mereka hidup didunia tengah. Mereka adalah makhluk yang paling sempurna diciptakan tuhan.

Ras Kedua, malaikat. Makhluk yang diciptakan oleh cahaya itu sangat patuh dan taat kepada tuhan. Mereka mempunyai sayap dan digambarkan sebagai makhluk yang paling suci. Tapi meskipun begitu, mereka menghormati manusia.

Ras yang terakhir adalah iblis. Banyak spekulasi tentang makhluk yang satu ini. Ada yang mengatakan, mereka adalah makhluk yang membangkang perintah tuhan. Sehingga dibuang dari surga.

.

.

.

"Kaachan...! Aku pergi dulu..."

Remaja pirang itu terlihat memakai jaket kuning miliknya. Tidak lupa, sebuah smartphone kecil ungu miliknya ia masukan disaku celananya. Dengan langkah pelan, ia menghampiri ibunya.

"Mau kemana malam-malam begini...?! Naruto..."

Kushina menatap lembut anak bungsunya. Sebagai seorang ibu, ia sangat khawatir tentang banyak hal. Belum lagi Naruko yang telah bekerja diluar kota, membuat dirinya merasa kesepian.

Hanya Naruto yang selalu menemaninya. Suaminya telah meninggal akibat insiden yang mengerikan dimasa lalu. Ia tidak ingin kejadian itu menimpa keluarganya lagi.

"Aku hanya ingin jalan-jalan sebentar Kaachan..."

Naruto berkata bohong. Sebenarnya, remaja pirang itu tidak ada niat untuk merahasiakan pekerjaannya ini. Tapi kalau ia memberitahu ibunya tentang ini, maka ibunya akan marah besar. Untuk sekarang sebaiknya ibunya tidak perlu tahu dulu.

"Baiklah...?! Jangan pulang larut malam, Naruto-chan..."

"Tentu saja..?! Kaachan..."

.

.

.

Udara malam menghembus pelan. Dimalam yang sunyi ini, sebuah suara ledakan terdengar dari akademi kuoh. Seorang dengan empat pasang sayap hitam tengah menatap datar kumpulan orang dibawahnya.

"Cih...?! Kalian lemah, apa hanya segini kekuatan kalian. Dimana semangat kalian tadi hah...!"

Dibawahnya terlihat beberapa orang dengan kondisi yang tidak dapat dikatakan baik. Salah satu yang dapat dikenali dari kumpulan orang itu adalah seorang pemuda yang terlihat tak asing lagi. Hyodou Issei...

Remaja mesum itu terlihat babak belur dengan luka yang hampir terlihat disekujur tubuhnya. Tapi meskipun begitu, remaja yang bernama Issei itu terlihat mencoba bangkit dari keadaannya.

"AKU TIDAK AKAN KALAH...!"

[Partner, apa kau yakin ingin masuk ke mode itu...?! Nyawamu bisa bahaya...]

Sebuah suara mekanik mencoba berbicara dengan Issei. Remaja dengan marga Hyodou itu terlihat tak terkejut dengan suara yang didengarnya. Perlahan, tangan kirinya mulai memancarkan cahaya terang

"Tidak ada pilihan lagi Ddraig...! Kokabiel sangat sulit dikalahkan, bahkan buchou dan yang lain sudah dalam batasannya..."

[ Baiklah partner ]

"Balance Breaker...!

[Bosst... Bosst... Bosst...]

Dengan langkah cepat, remaja dengan rambut coklat itu melesat kearah Kokabiel. Tangan kirinya ia kepalkan mencoba menambah daya serangan yang akan dilancarkannya kearah malaikat jatuh itu.

"Cih...?! Masih belum cukup..."

[Bosst... Bosst... Bosst...]

"Menarik...! Ayo kita lihat kemampuan naga merah..."

Kokabiel menyeringai melihat Issei melesat kearahnya. Jarak antara mereka kian menipis. Hingga tiba saatnya, Issei langsung mengarahkan tangan kirinya untuk memukul Kokabiel

"Rasakan ini...! Sialan" teriak Issei

BUAKKK...

Pukulan Issei dengan tepat mengenai Kokabiel. Terlihat, malaikat jatuh itu terlempar kebelakang. Tapi meskipun serangan Issei mengenai Kokabiel. Pria itu terlihat mulai bangkit lagi dan kini sekarang giliran Issei yang dalam bahaya.

"Hosh...Hosh, berhasil...?! Ugghh Tu-Tubuhku...~ "

Issei terduduk sembari menahan sakit disekujur tubuhnya. Remaja berambut coklat itu kembali mencoba bangkit. Tapi tetap saja, semua yang dilakukan itu sia-sia. Tubuhnya tak menanggapi apa yang diperintahkan otaknya.

[Partner...! Kau terlalu memaksakan diri dan lihat akibatnya tubuhmu yang kena dampaknya...]

Suara mekanik kini terdengar. Ignell yang merupakan partner dari issei itu menatap khawatir. Pasalnya, kemampuan issei belum cukup untuk memasuki mode berbahaya tadi. Akibatnya, tubuh Issei yang menjadi korban.

"Hahaha...?! Hebat juga kau..."

DEG...

"Mu-Mustahil...?!"

Issei menatap tak percaya. Serangan yang dilancarkannya tadi tidak memberikan dampak apapun. Bahkan, luka kecil pun sama sekali tak ada ditubuh malaikat jatuh itu.

SRINGG...

Lagi-lagi Issei dibuat terkejut. Kokabiel nama dari malaikat jatuh itu telah ada didepan matanya. Remaja berambut coklat itu menyadari posisinya. Cih..! Kumohon bergeraklah untuk kali ini...?!

GREEPP...

"Te-Tem...?! Arrrghhh...!"

Suara kesakitan Issei terdengar memecah sunyi. Malaikat jatuh itu dengan sadisnya menginjak kaki Issei dengan kuat, membuat remaja berambut coklat itu menjerit kuat.

.

.

.

[Ditempat lain...]

"Kaicho...! Apa yang harus kita lakukan, tim gremory dalam bahaya...?!"

Salah satu dari anggota osis itu terlihat berbicara dengan Sona. Tsubaki, gadis yang saat ini tengah fokus menjaga kekkai itu terlihat memandang khawatir kelompok Rias.

"Tsubaki benar...! Kita harus menolong mereka..."

Remaja pirang yang bernama Saji itu menatap Sona. Iris abu-abunya bertemu pandang dengan mata ungu gadis sitri itu. Sudah beberapa bulan ini, sekretaris osis dan juga pion dari Sona itu menyimpan perasaan suka. Dia jatuh cinta dengan gadis yang menjadi tuannya ini.

"Tidak...! Itu terlalu berbahaya..."

"Tapi Kaic...~"

"Sudah kubilang tidak, Saji! Fokus saja menjaga kekkai sekarang, mereka pasti bisa menghadapi malaikat jatuh itu" perintah Sona tegas

Gadis itu membuat seluruh anggotanya terdiam. Tapi meskipun begitu, dibalik sifat tegasnya tadi. Tersimpan rasa khawatir terhadap teman masa kecilnya itu. Yap..?! Sona dan Rias sudah berteman sejak kecil.

Saji yang mendengar jawaban dari kingnya itu hanya bisa terdiam dan mematuhinya. Ia tahu, perintah yang diberikan Sona itu bukan tanpa alasan. Jika kekkai ini musnah, maka bukan hanya mereka saja yang dalam bahaya. Seluruh manusia yang disekitar sini juga akan terlibat.

"Yoo...! Sona-chan...~"

DEG...

Sebuah suara dari arah gerbang masuk mengalihkan semua pandangan mereka, tak terkecuali Sona yang menatap sumber suara itu dengan ekspresi terkejut.

"Ka-Kau...?!"

Seorang remaja pirang berjalan pelan kearah mereka. Dengan jaket kuning miliknya, ia menatap Sona dengan tatapan teduh. Sedangkan Sona, gadis itu terkejut bukan main.

D-Dia...?! Na-Naruto-kun...! Gadis dengan rambut pendek itu memperhatikan seksama remaja yang ada didepannya ini. Naruto terlihat memakai jaket kuning dengan sebuah katana dibelakang punggung.

"Aku akan menolong mereka..!" ucap Naruto perlahan berjalan kearah kekkai. Tapi, belum beberapa langkah. Remaja pirang itu dapat merasakan sebuah tangan mungil memegang tangannya dengan erat.

"Tu-Tunggu dulu Na-Naruto-kun...?! Disana berbahaya dan terlebih lagi kau itu..~"

"Manusia...! Kau terlalu memandang rendah, Sona..."

Sona mendadak terdiam. Kata-kata Naruto barusan tadi terkesan sangat dingin. Remaja pirang itu terlihat menatap datar kekkai yang ada didepannya. Salah satu iris birunya perlahan berubah menjadi merah dengan retakan hitam didalamnya.

"Bu-Bukan seperti itu...! Hanya saja..."

DEG...

Ma-Mata itu...?! Sona menatap tak percaya. Iris biru yang selalu memancarkan semangat padanya. Kini menjadi semerah darah. Naruto dapat melihat raut terkejut Sona saat melihat matanya.

Yah itu hal yang wajar...?! Semua orang pasti akan terkejut melihat hal ini. Bagaimana buruknya rupa seorang monster. Tapi, aku tak marah dengan itu semua. Karena, aku memang seorang monster

"Jangan khawatir...?! Aku tak akan terbunuh..."

Sebuah lubang hitam tercipta dimata kanan Naruto. Remaja pirang itu perlahan terhisap kedalamnya. Membuat Sona lagi-lagi terkejut. Gadis berambut pendek itu mulai mempertanyakan siapa Naruto saat ini.

.

.

.

[Back to Kokabiel...]

"Hahaha...?! Matilah kalian semua..."

Kokabiel mulai membuat sebuah tombak dari cahaya berukuran sedang. Dengan cepat, tombak itu melesat kearah kelompok Rias. Gadis berambut merah yang merupakan ketua dari klub penelitian ilmu gaib.

Sedangkan Rias, gadis dengan surai merahnya itu terlihat pasrah dan menunduk sedih. Semua anggota kelompoknya terluka tak terkecuali Issei yang sudah tak sadarkan diri.

"Aku raja yang tidak berguna...!"

[Kamui...!]

Tepat beberapa centi lagi. Sebuah bayangan hitam tiba-tiba muncul dari sebuah lubang semacam portal dimensi. Rias yang melihat itu terkejut bukan main. Pasalnya, sosok itu mulai menyerap tombak yang dilemparkan Kokabiel tadi.

"Kau tidak apa-apa...?!" ucap sosok itu pada Rias

"A-Aku...?! Ti-Tidak apa-apa..." jawab Rias yang masih terkejut

Sekilas, gadis bersurai merah itu terlihat memperhatikan sosok tersebut. Kedua iris yang berbeda itu menatap lembut Rias. Membuat gadis itu sedikit memerah. Tapi, yang membuatnya tersadar adalah. Sosok itu...?! Dia Naruto, Uzumaki Naruto teman sekelasnya.

"Biar aku yang menanganinya...!"

Naruto, teman sekelas Rias itu terlihat keren dengan jaket kuning dan sebuah katana kecil dipunggung jaketnya. Ia tidak menyangka, remaja yang duduk sendirian dibelakang kelasnya itu setampan ini.

"Wah...?! Beraninya kau menggangguku manusia rendahan..."

Kokabiel terlihat meremehkan Naruto. Ia kembali membuat tombak cahaya, kali ini lebih banyak dan lebih besar dari sebelumnya. Sedangkan Naruto, iris birunya mulai menatap serius Kokabiel.

SYUTT...

Tombak cahaya itu melesat kearah Naruto yang terlihat berjalan pelan kearah Kokabiel. Tak ada raut muka takut diwajah tan miliknya. Ia mulai menutup mata kirinya dan membiarkan mata kanannya terbuka.

"Ti-Tidak mungkin...?! Seranganku hanya menembus tubuhnya..." ucap Kokabiel terkejut. Tombak cahaya yang ia buat tadi terlihat melewati tubuh Naruto. Tidak hanya itu saja, Sebuah fuma shuriken dengan cepat mengarah kearahnya.

[Trang...Trang...Trang]

Suara benturan terlihat menggema disetiap penjuru lapangan. Kokabiel terlihat menangkis semua fuma shuriken Naruto dengan tombak cahaya yang telah dibuatnya lagi.

"Cih...?! Sialan kau manusia..."

Naruto tak menghiraukan perkataan Kokabiel. Tangannya bergerak cepat membuat sebuah handseal tangan. Remaja pirang itu kemudian melompat keatas dengan kedua tangannya yang terlihat menyatu. Kemudian...

[Katon : Bakufu Ranbu]

Sebuah api keluar dari mulut Naruto. Api itu membentuk sebuah pusaran api yang perlahan membesar dan mengarah kearah Kokabiel. Kokabiel yang melihat itu terpaksa menghindar dengan cara terbang lebih tinggi.

"Hahaha...?! Seranganmu meleset man...~"

[Nging...Nging...Nging...]

"A-Apa itu...?!"

Kokabiel mendadak pucat. Naruto, remaja pirang itu terlihat membuat sebuah angin dari tangan kanannya. Angin itu semakin lama semakin membesar dengan bentuk menyerupai sebuah shuriken yang berputar cepat.

"A-Akeno, jurus apa itu...?!"

Rias menatap sahabatnya yang sedikit pulih. Akeno, gadis dengan usia yang sama seperti Rias menatap takjub jurus Naruto. Iris hitam violetnya memandang seksama Naruto.

"Ara-ara Buchou...?! Tak kusangka Naruto itu tampan..."

[TWITCH...]

"A-Akeno, berhenti bercanda...?! Aku bertanya jurus, bukan Na-Naruto itu tampan..."

Akeno menatap Rias dengan senyum miliknya. Ia dapat melihat rona merah Rias saat membicarakan Naruto. Sedangkan Kiba, laki-laki yang dianggap casanova itu tak henti-hentinya memuji sosok Naruto.

[Fuuton : Rasenshuriken]

Setelah beberapa detik, Naruto kemudian mengangkat tangan kanannya keatas. Dengan sebuah kuda-kuda, remaja pirang itu melemparkan serangannya dengan cepat kearah Kokabiel.

Kokabiel yang melihat itu lagi-lagi mencoba menghindar. Tapi untuk sekarang kelihatannya sia-sia. Meskipun ia menghindar beberapa meter dari arah serangan Naruto. Hal yang tak terduga terjadi, tiba-tiba jurus Naruto melebar dan mengurung Kokabiel didalamnya.

BLARRR...

Ledakan terjadi dengan kepulan asap akibat serangan Naruto. Setelah beberapa saat, kepulan asap itu hilang. Menampilkan beberapa luka disekujur tubuh Kokabiel. Dengan pelan, malaikat jatuh itu mencoba berdiri dengan luka-luka hasil dari jurus Naruto tadi.

"Heh...?! Hanya ini kemampuanmu, jangan membuatku tertawa..."

Kokabiel terlihat mulai bangkit kembali. Naruto, iris mata yang tak kini biru lagi itu menatap datar Kokabiel. Ia cukup terkejut ada makhluk yang masih bisa bertahan dengan efek jurusnya tadi. Tapi sepertinya...

"Aku Kokabiel ak...~! Ohok...Ohok...?!"

Rias dan kelompoknya menatap terkejut. Belum beberapa menit Kokabiel bangkit. Malaikat jatuh itu seperti merasa kesakitan. Tapi kenapa, serangan Naruto tadi terlihat tidak menimbulkan luka serius.

"Sudahlah...?! Jangan berlagak sok kuat dengan keadaanmu sekarang..." ucap Naruto

Mata kanannya terlihat mengeluarkan liquid merah. Sedangkan mata kirinya, remaja pirang itu tetap menutupnya rapat. Naruto terlihat berjalan pelan kearah Kokabiel.

"Cih...?! Kemari kau bocah, kita lihat bagaimana kau membunuhku" jawab Kokabiel meremehkan Naruto

"Dengan senang hati...?! Datenshi...!"

[Oshiete oshiete yo sono shikumi o...]

Remaja pirang itu menatap kosong sosok Kokabiel. Bagaikan sebuah ilusi, Naruto seolah mendengar seseorang menyanyikan sebuah lagu. Entah apa maksudnya ia tak mengerti.

[Boku no naka ni dare ga iru no...]

Setiap lagu yang terdengar oleh indra pendengaran Naruto. Membuat remaja pirang itu merasakan sebuah kekuatan aneh yang menjalar ditubuhnya. Ini lebih seperti, ada orang asing dalam dirinya.

SUNYI...

Lagu itu berhenti bersamaan dirinya yang telah ada didepan Kokabiel. Malaikat jatuh itu masih memasang wajah meremehkan saat melihat Naruto. Meskipun saat ini keadaannya sangat parah, ia tidak ingin terlihat lemah pikir Kokabiel dengan sombong.

"Kenapa kau diam...! Bangsat..."

Kokabiel berteriak kearah Naruto. Remaja pirang itu terlihat memandang sendu Kokabiel, dengan mata kanannya yang masih mengeluarkan darah. Beberapa detik berlalu tak ada yang terjadi.

"Cih...?! Aku be..~"

"Kalau saja...?! Kau tak berbuat seperti ini, kau tak akan mati sekarang..."

DEG...

Kokabiel terdiam mendengar kata-kata Naruto. Setiap kata demi kata itu tersimpan kesedihan yang sangat mendalam. Ia dapat melihat iris merah Naruto memandangnya dengan sendu.

"Bunuh aku...?!"

Satu kata yang seharusnya tak ingin diucapkan Kokabiel. Ia tak tahu kenapa mengucapkan kata-kata itu. Dengan keadaannya sekarang, mustahil ia akan hidup. Jurus Naruto tadi sudah memotong semua sel dalam tubuhnya.

"Sesuai permintaanmu...?! Apa kau punya kata-kata terakhir..."

Naruto mengangkat tangannya memegang kepala Kokabiel. Remaja pirang itu memberikan sedikit waktu kepada malaikat jatuh itu. Malaikat jatuh itu sedikit merenung. Lalu kemudian...

"Namamu...?! Sebutkan namamu bocah..." ucap Kokabiel

"Aku...?! Uzumaki Naruto. Anak dari ayah yang pernah kau bunuh waktu itu..."

DEG...

Kokabiel terdiam dengan ekspresi terkejut. Ingatannya kembali saat ia membunuh seseorang waktu itu. Naruto, kalau dilihat-lihat remaja pirang itu mempunyai kemiripan yang sama.

"Tu-Tunggu...?! Ja-jangan janga..~"

[Void D Maker...]

SRINGG...

Terlambat, kata-kata Kokabiel terhenti. Perlahan sebuah lubang hitam menghisap cepat tubuhnya hingga tak bersisa. Seluruh orang disana menatap bingung sekarang.

Dimana sosok Kokabiel...?! Rias dan yang lain tak menemukan sosok malaikat jatuh itu. Beberapa menit tadi, mereka semua sibuk mengevakuasi Issei dan yang lain.

Rias, gadis berambut merah itu kemudian menangkap sosok Naruto yang berjalan kearah kekkai. Remaja pirang itu terlihat menyentuh kekkai dan kemudian sesuatu yang tak terduga terjadi.

SRINGG...

Mereka menatap tak percaya dalam dua hal sekarang. Pertama, sosok Naruto yang dengan mudahnya menghancurkan kekkai. Kedua, pemandangan yang entah kenapa membuat Rias dan Akeno cemburu.

Pasalnya sekarang. Naruto, remaja pirang itu terlihat berhadapan dengan Sona setelah menghancurkan kekkai tadi. Gadis dengan rambut pendek itu menatap Naruto lebih tepatnya mata kanan Naruto yang kini telah kembali menjadi sedia kala.

"Na-Naruto-kun...! Ma-matamu..."

"Hehehe...! Gomen Sona, kau pasti terkejut..."

Sona lagi-lagi kembali bersemu merah. Gadis dengan marga sitri itu dapat melihat senyum hangat Naruto. Sedangkan Rias, gadis dengan surai merah itu kini menatap kesal dengan Akeno yang berada disampingnya.

"Sona...! Sejak kapan kau mempunyai hubungan dengan Naruto-kun..."

Rias menatap kesal Sona. Ia tak menyangka gadis dengan mata empat itu mempunyai hubungan dengan Naruto. Sedangkan Sona, gadis itu tak jauh berbeda. Ia juga menatap kesal Rias. Bisa-bisanya gadis tomat itu memanggil Naruto dengan suffix kun.

[TWITCH...]

"Sejak kapan juga kau memanggil Naruto dengan sebutan tadi...?!" jawab Sona kesal

"Grrrr/Grrrr..."

Sebuah percikan listrik keluar dari mata Sona dan Rias. Terlihat jelas aura permusuhan dari kedua gadis itu. Naruto, remaja pirang itu hanya menatap sweatdrop pertengkaran yang dilakukan mereka berdua.

"Ara-ara bisakah kalian berhenti sekarang...?!" ucap Akeno

Rias dan Sona kemudian berhenti. Tapi tidak untuk rasa kesal mereka berdua. Sekarang, kedua gadis itu menatap Akeno lebih tepatnya tangan Akeno yang telah melingkar manis ditubuh Naruto.

"Akeno..!" ucap Rias dan Sona dengan cepat menuju kearah Naruto yang sedang dipeluk Akeno. Naruto yang melihat hal itu mendadak pucat. Insting ninjanya menyuruhnya untuk kabur sekarang.

"Hiraishin..."

"E-Ehh...?!" ucap Akeno saat melihat Naruto menghilang. Sementara itu, Rias dan Sona tidak bisa menghentikan kecepatan mereka. Alhasil mereka berdua menabrak tubuh Akeno

BRUUKK...

To Be Continued...

A/N : Gimana Minna tentang perbaikan prolog ini?! baguskah atau malah tambah hancur. Dan untuk chapter 8 mungkin akan diusahakan update tidak lama lagi. Oke itu aja yang bisa saya katakan. Tetap feedback dan review fict ini yah. Jaanee

#Salam Naru...