.
KASMARAN
.
Summary : Naruto yang kasmaran, Sasuke yang putar otak./"Teme, aku rasa hatiku telah dicuri."/"Dobe, aku rasa otakmu telah tergeser."/
.
.
Disclaimer : Naruto adalah milik Masashi Kishimoto seutuhnya
Rate : T
Warning : AU, OOC, Typos, Deskripsi terlalu panjang, Garing, and many more.
Pairing : Narusaku
Genre : Romance & Friendship
Enjoy the Fic ^_^
.
.
.
Namikaze Naruto kini sedang kasmaran. Tak butuh keahlian khusus atau kekuatan Ki Joko Bodo untuk membaca pikirannya. Sekali saja melihatnya, orang tidak waras sekalipun akan tahu kalau Namikaze muda ini sedang jatuh cinta.
"Dobe."
"…."
"Dobe!"
"…."
"DOBEE!"
"…."
"Sakura…."
"Hah? Mana? Sakura-chan mana?" Naruto langsung celingak celinguk begitu mendengar nama Sakura. Ya. Haruno Sakura-lah yang membuat pemuda pirang itu senantiasa berbunga-bunga. Sasuke sweatdrop. Naruto kini tak ubahnya seperti anak autis di matanya.
"Bodoh." Sasuke membuka suaranya. Membuat Naruto kontan menghadap ke arahnya.
"Kau yang bodoh, Teme. Beraninya kau membohongiku." Naruto mengerucutkan bibir dan itu membuat Sasuke bergidik ngeri. Sejak kapan Naruto sok imut begini.
"Jangan pasang wajah seperti itu, Dobe. Kau membuatku geli." Sasuke agak menggeser posisinya menjauhi Naruto. Dijauhi begitu, membuat Naruto tersinggung. Seolah-olah dia adalah pengidap rabies tingkat akut.
Yah, semenjak dia mendeklarasikan pada Sasuke bahwa dia jatuh cinta, entah kenapa otak Naruto hanya terisi dengan gadis berkepala permen karet a.k.a Haruno Sakura yang tidak lain dan tidak bukan adalah primadona kelas sebelah. Semenjak pertama kali menginjakkan kaki di Konoha Gakuen dua tahun yang lalu, semenjak itu pula Naruto menaruh hati kepada gadis itu.
Flashback
"Hah…." Naruto merentangkan tangannya lebar-lebar sembari merasakan atmosfer baru sebagai murid SMU di Konoha Gakuen.
"Simpan tingkah bodohmu di rumah, Dobe." Sasuke memutar bolanya matanya melihat Naruto yang kini merentangkan tangannya sehingga ia terlihat seperti layang-layang.
"Terserahlah. Ayo, kita masuk. Aku ingin melihat kelas baruku," ujar Naruto sambil menarik lengan Sasuke memasuki bangunan sekolah mereka.
Sepanjang perjalanan menuju kelas, Naruto tak henti-hentinya bercerita mulai dari merk celana dalam yang baru dibelikan ibunya sampai rubah peliharaan tetangganya yang suka memakan pepaya pun tak luput dari omongannya. Sementara pemuda di sampingnya pura-pura tak mendengar, Naruto terus saja bicara hingga…
'BRUK.'
"Hey, ke mana matamu, Bodoh!" bentak seorang gadis sambil mengelus jidatnya yang agak lebar.
Sasuke mendelik. Meskipun bukan dia yang dibentak, tapi tetap saja ia tak suka dengan gadis yang telah seenak jidatnya membentak orang sembarangan. Naruto memang salah, tapi ia tak sepenuhnya salah. Gadis itu lebih salah karena ia juga tak memerhatikan jalannya dan malah asyik menelepon ria hingga tubrukan antara Naruto dan gadis itu tak terelakkan. Dan Sasuke yakin, Naruto tentu tak akan terima begitu saja dibentak oleh seseorang yang tak dikenal.
Benar kan Naruto?
"Maaf, Nona. Aku yang salah. Sekali lagi maafkan aku." Naruto membungkukkan badannya namun matanya tak lepas dari wajah gadis di depannya. Dan hey, semburat merah apa itu di wajah Naruto. Sasuke melotot dan nyaris mengeluarkan pedang kusanaginya kalau saja ia tak ingat kalau ini bukan dunia ninja.
"Sudahlah. Lain kali hati-hati." ketus gadis itu bicara—walaupun tak seketus tadi—sambil berlalu pergi dari hadapan Naruto dan Sasuke.
Naruto tetap saja asyik memperhatikan punggung gadis itu hingga menghilang di belokan koridor.
"Apa-apaan kau, Dobe? Kenapa malah kau yang meminta maaf sambil membungkukkan badan begitu? Kau tahu, kau tampak…"
"Cantik…."
"Heh?"
"Manis…."
"Apa?"
"Teme, aku rasa hatiku telah dicuri."
"Dobe, aku rasa otakmu telah tergeser."
End of Flashback
Begitulah kira-kira kronologis awal perjumpaan Naruto dan Sakura. Sungguh kesan pertama yang indah (menurut Naruto) dan aneh (menurut Sasuke). Sejak itu, Naruto mati-matian mencari informasi mengenai gadis yang telah mencuri hatinya. Mulai dari nama, alamat rumah, nomor sepatu, sampai nama ayam peliharaan Sakura pun ia tahu.
Tapi begitulah….
Rasa cinta Naruto hanya diwujudkan sebatas itu saja. Pemuda pirang itu tak berani melangkah lebih jauh lagi. Bukan karena ia tak begitu cinta dengan Sakura, namun rasa malulah menjadi alasan yang dilontarkan Naruto setiap kali Sasuke mendesaknya agar segera meminta Sakura menjadi kekasihnya.
Dan demi rambut panjang Orochimaru, Sasuke harus mati-matian menahan ketawanya setiap kali Naruto bercerita tentang perasaannya sambil memasang raut wajah malu-malu dan melankolis serta rona merah jambu di pipinya. Bukan karena ingin menjaga perasaan Naruto, tapi lebih karena ingin menjaga gengsi dan karakter seorang Uchiha yang terkenal stoic. Sahabat yang luar biasa.
Padahal jika ditilik lebih jauh, Naruto termasuk dalam jajaran most wanted boys di sekolahnya. Bahkan penggemarnya telah mendirikan KPN atau Klub Pencinta Naruto yang sudah buka cabang di mana-mana dan aktif mengadakan festival tukar-tukaran foto Naruto setiap tahunnya.
Kalau mau sebut nama, ada Hinata, gadis pemalu murid kelas sebelas yang selalu membawa balsem dan kantong darah ke mana-mana karena punya hobi pingsan dan mimisan setiap bertemu Naruto. Atau Shion, murid kelas duabelas yang cantik bin agresif dan tak sungkan-sungkan meneriaki nama Naruto setiap pagi. Tapi hati Naruto tetap saja terpaut pada Haruno Sakura. Entah susuk apa yang gadis itu pakai di rambutnya sampai Naruto jadi gila begitu. Setidaknya itu menurut Sasuke.
Sasuke yang awalnya cuek, sekarang ikut-ikutan pusing. Kalau saja setiap tengah malam, Naruto tak menghubunginya untuk mencurahkan isi hatinya, pemuda Uchiha itu tak akan sepusing ini. Pasalnya, Uchiha Mikoto mulai menuduh putranya bahwa Sasuke adalah seorang yang abnormal alias homo karena setiap malam asyik telepon-teleponan dengan seorang pria. Maka dari itu, suka atau tidak, pemuda berambut spike itu harus memutar otak.
"Kau tahu, Dobe. Gaara, murid pindahan dari Suna itu sepertinya menyukai Sakura. Kemarin, aku melihat Sakura pulang sekolah bersamanya." Sasuke mencoba memanas-manasi.
"Masa? Bukankah kemarin Sakura-chan pulang diantar oleh Ino. Aku sendiri kok melihatnya."
'Sialan.'
"Ehm... maksudku, kemarinnya kemarin. Mereka sangat mesra kulihat." Sasuke agak gelagapan menjawabnya. Tapi tampaknya berhasil membuat Naruto mulai sedikit berasap. Sasuke menyeringai seksi.
"Kau harus bergerak, Dobe. Kalau tidak, jangan menyesal jika Sakura bersama orang lain." Tambah Sasuke berapi-api. Asap mulai mengepul di atas kepala Naruto.
"Jadi apa yang harus aku lakukan?"
"Be more aggressive. Kalau kau laki-laki, dekati dia. Ajak dia keluar atau apapun itu. Tapi kalau kau tak berani, berarti kau banci. Potong saja..."
Belum selesai Sasuke bicara, Naruto langsung melotot. Dipelototi begitu, Sasuke langsung balas memelototi Naruto. Maka jadilah mereka main pelotot-pelototan.
"Aku belum selesai bicara, Sinting. Maksudku potong saja ayammu lalu berikan padaku. Anggap ini taruhan. Kalau kau menang, aku akan mentraktirmu ramen."
Naruto menghela nafas lega. Ia pikir Sasuke akan menyuruhnya memotong miliknya yang berharga. Sepertinya otak kurang bersih Jiraiya telah berpindah kepadanya.
"Baiklah. Aku tidak takut. Sakura-chan akan menjadi milikkku. Bagaimanapun caranya. Pasti!" Naruto mengacungkan tangan ke atas dengan api yang berkobar sebagai backgroundnya.
Sasuke sweatdrop.
TBC...
OoO
Yosh... Inilah fic gaje buatan saya, author baru bin abal yang ingin ikut berkecimpung di dunia per-fanfic-an Indonesia *dikemplang karena banyak ngomong*
Sebagai newbie, pastinya saya masih butuh saran & masukan (yang tentunya membangun) untuk jadi motivasi saya biar lebih baik lagi ke depannya *halah*
Maka dari itu...
Berminat memberikan Review? ^_^
