The Curse and The Baby

A fanfic by Salasika16

.

1

.

SUPERMASSIVE CHANYEOL

.

Jika di kerajaan dulu ada seorang raja, maka di masa sekarang namanya penguasa.

Tidak menyandang gelar atau tahta memang, tapi dia memiliki hak layaknya seorang raja.

Chanyeol, adalah sesuatu yang bersifat absolute.

Park Chanyeol, adalah secuil penderitaan yang datang dari masa lalu.

e)(o

.

Sore hari yang tidak pernah terasa menyenangkan.

Baekhyun ada di ujung kesabaran saat melihat ibunya tidur di lantai dengan tiga botol soju yang sudah kosong. Juga sepiring cumi kering yang masih menyisakan beberapa potong tentakelnya.

Jadi, ibunya mabuk lagi dan berakhir seperti cumi kering di piring yang hanya diam dan tidak berguna.

"Bagaimana aku bisa memiliki ibu seperti ibu?" Baekhyun tidak menyesal, tidak juga bersyukur.

Dia hanya mencoba untuk mencari tahu alasan kenapa Tuhan memperlakukan keluarganya dengan sangat sulit.

Setelah sepuluh tahun lalu mengalami kebangkrutan, Baekhyun dan ayahnya menjadi tulang punggung keluarga. Mereka membanting tulang dengan memeras keringat dan melakukan semua pekerjaan demi uang. Demi membayar hutang.

Tapi, ayahnya mengalami kecelakaan saat bekerja dan harus menjalani perawatan yang menghabiskan banyak uang. Baekhyun juga tidak menyesali apapun, dia juga tidak mensyukuri nasibnya.

Sekali lagi, dia hanya mencoba untuk mencari tahu alasan kenapa hidupnya menjadi sangat sulit.

"Bagaimana aku bisa semenyedihkan ini?" laki-laki mungil itu membuang tiga botol soju kosong dan memberikan cumi kering menjengkelkan itu kepada seekor kucing.

Berkemas dan merapikan dirinya, Baekhyun yang berpikir bahwa rumah sempit mereka sudah terasa seperti neraka akhirnya pergi. Berangkat menuju club malam yang sudah menjadi lahan uangnya sejak seminggu belakangan.

Tanpa berpamitan kepada siapapun karena, tidak ada siapapun yang perduli.

e)(o

.

"Park Chanyeol."

"Choi Siwon."

Setelah saling menyambut dan bersalaman, dua Don Juan itu berjalan membelah ruangan dengan jejak yang berkharisma. Beberapa jalang di sudut sana saling berbisik tentang bagaimana sempurna nya kedua mahluk berkuasa nan tampan itu. Bermimpi bahwa malam ini salah satu dari mereka akan menjadi 'mainannya'.

Sedang seluruh pengunjung yang lain, hanya terus menatap wajah gemilang mereka tanpa berkedip.

"Kau mengejutkanku. Kenapa datang tanpa pemberitahuan?" Siwon menjentikan jari dan seorang pelayan datang mendekat seperti robot.

"Sajikan santapan terbaik kita." Ucap Siwon lalu pelayan itu mengangguk.

"Aku suka membuat surprise." Jawabnya.

Tenang dan tajam. Chanyeol duduk disana dengan tenang, tanpa ada banyak gerakan tapi matanya tajam mengarah pada seseorang.

Seseorang yang sedari tadi berdiri di balik bar dan akan tersenyum saat pelanggan memberinya tip. Seseorang yang sedari awal belum pernah menatapnya, padahal kedatangannya begitu menyita banyak perhatian.

"Jadi, apa yang bisa aku lakukan untukmu?" Terlalu mengenal Chanyeol mungkin, jadi Siwon langsung menembak ke intinya.

Pasalnya, dia hafal betul bagaimana Tuan Besar Park itu sangat tidak menyukai basa-basi. Bagaimana penyumbang terbesar uang untuk club nya itu sangat tidak suka membuang-buang waktu.

"Aku ingin bermain dengan anak buahmu." Chanyeol menyisihkan segelas soda yang tadi disajikan dan meminta wine sebagai gantinya.

"Tunjuk saja, maka dia akan menjadi milikmu malam ini."

Chanyeol melirik ke arah para jalang dan berkedip pada sebelah matanya. Tersenyum kepada salah satu yang berdada paling besar untuk sedikit bermain-main.

Tapi, dia tidak pernah serius dengan wanita-wanita kotoran itu. Membayangkan bagaimana milik mereka yang sudah digunakan oleh banyak pria membuat Chanyeol jijik. Lagipula, dada yang besar bukanlah seleranya.

"Aku ingin si kecil itu."

Laki-laki bartender di sana adalah definisi dari tipe ideal Chanyeol. Bibir tipis, wajah mungil dan tubuh yang mudah untuk didominasi. Telunjuk itu mengarah tepat pada sosok di balik bar sana, membuat Siwon mengerut khawatir.

"Maksudmu, si bartender?"

Chanyeol mengangguk dan menenggak habis wine di gelasnya.

"Tapi, Baekhyun bukan salah satu jalang kami."

Kuku-kuku Chanyeol mengetuk meja dengan irama yang tenang, tapi Siwon merasakannya seperti detik-detik menuju kematian. Dia baru mengingat hal apa yang tidak boleh dia lakukan jika itu adalah Chanyeol yang ada di hadapannya.

Membantah.

"Aku bilang, aku memilih dia."

Tidak ada pilihan lain, tidak ada cara lain. Siwon akan hancur jika Chanyeol menarik semua uangnya jadi, seekor kelinci peliharaannya harus dijadikan tumbal untuk menyenangkan sang harimau.

"Aku akan mempersiapkannya untukmu."

e)(o

.

Minseok bilang, dia harus membereskan sebuah kamar di lantai VIP.

Baekhyun tidak terlalu tahu kenapa seniornya itu membuatnya melakukan pekerjaan seorang cleaning service. Itu bukan wilayah kerjanya dan apa yang terjadi dengan kamar 06 VIP itu adalah, semuanya bersih.

Tidak ada yang bisa Baekhyun rapikan karena ranjang dan semua peralatannya sudah tertata dengan baik. Lalu untuk apa Minseok menggantikannya dan justru mengirimkannya kesini?

Baekhyun tidak tahu apa alasannya, tapi berpikir untuk membaringkan diri di kasur empuk itu sepertinya ide yang bagus. Lagipula, tidak ada yang bisa dia kerjakan di sini jadi berbaring sebentar untuk beristirahat tidak akan menghancurkan karirnya.

Laki-laki itu terpejam sebentar, merasakan kepalanya yang terasa dipenuhi oleh nominal hutang dan uang yang harus dia bayar kepada rumah sakit. Baekhyun mengeluh kepada dirinya sendiri yang masih sempat memikirkan hutang hingga tidak sempat menyadari apapun.

Menyadari bahwa seseorang yang lain telah memasuki kamar 06 VIP, menatap ke tubuhnya dari ujung kepala sampai ke kaki. Tanpa berkedip. Tanpa helaan nafas.

"Siapa yang menyuruhmu untuk tidur?"

Baekhyun terlonjak. Mendapati seorang yang sangat tinggi berdiri di samping tempat tidur dengan wajah tanpa ekspresi yang terasa membunuh. Pria itu mengenakan semua pakaian yang berwarna hitam hingga membuatnya terlihat seperti Christian Grey.

Tapi yang ini lebih mengerikan. Jauh lebih mengerikan...

"M-maaf. Saya hanya ingin merapikan tempat tidur ini lalu-"

"Jangan banyak bicara. Cepat lepaskan bajumu."

"A-apa?"

Tidak ada jawaban di sana. Pria itu tidak menjelaskan apapun dan langsung menaiki ranjang sampai berdecit. Mengungkung tubuh Baekhyun dan memaksa kancing-kancing kemeja sialan itu untuk saling menjauh.

"Apa yang anda lakukan?" Baekhyun mencengkeram kedua lengan pria itu dan merasakan betapa ototnya terasa sangat kencang. Benar-benar lengan seorang lelaki.

"Menelanjangimu tentu saja."

Baekhyun memberontak. Dia tahu ini tidak benar karena dia bukan pelacur. Pekerjaannya adalah meracik minuman dan bukannya memuaskan hasrat pria ini dengan tubuhnya, jadi Baekhyun memukul apapun. Mendorong apapun dan bahkan menampar wajah pria itu sampai meninggalkan ruam merah.

Pria itu terlihat marah. Dia memang marah. Tentu saja, tapi yang dia lakukan hanya tertawa dan menunduk. Saat pria itu mengangkat wajahnya lagi, hidung mereka bersentuhan.

"Jadi-" Pria itu tersenyum miring. Menarik jemari gemetaran Baekhyun untuk dia ciumi satu-persatu hingga ke telapak tangannya. Menatap mata kecil dengan gumpalan airmata yang menyedihkan.

"-kau ingin aku melakukannya dengan lembut?"

"Aku bukan pelacur!"

"Aku sudah membayar kepada Siwon dan dia menerimanya. Itu berarti kau adalah pelacurnya."

Baekhyun tahu kalau Siwon memang seorang bajingan, dia tahu kalau pria itu memiliki isi kepala yang busuk dan kotor. Baekhyun tahu itu dan setengah mati menyesal karena telah menerima tawaran anak buah Siwon untuk bekerja kepadanya.

Pikirannya kembali ke satu minggu yang lalu, saat Minseok datang kepadanya dan menawarkan sebuah pekerjaan. Baekhyun menangisi keputusannya untuk menerima posisi sebagai bartender dan bekerja di sebuah club malam yang adalah milik si brengsek Choi.

Dia menyesali keputusannya itu dengan sangat dalam hingga saat bibir pria itu menyentuh daun telinganya, Baekhyun tersadar. Tiba-tiba seluruh tubuhnya terasa tersentuh, terasa sangat-sangat sensitive dan panas.

Baekhyun melirik ke bawah untuk melihat tangan besar itu mencengkram pinggulnya dengan erat. Merasakan bibir pria itu terus menciumi seluruh wajahnya dan turun ke leher. Menjilat kulit polos itu dan menggigitnya. Mengundang erangan Baekhyun untuk pertama kali, meloloskan suara yang sempat dia tahan karena itu akan membuatnya seperti jalang yang sebenarnya.

"Chanyeol. Namaku Chanyeol..."

Rasanya sangat panas. Baekhyun tidak bisa mengendalikan apapun sekarang karena bibir dan tangan itu menggerayangi tubuhnya. Membuat otot-otot di pinggul dan pahanya menegang hingga sesuatu di sana mulai terasa ngilu.

"Ugh, aku tidak mau..."

Katakan itu sejuta kali, maka kekecewaan yang akan kau dapatkan.

Baekhyun dengan sisa-sisa akal sehatnya berusaha mendorong bahu itu agar menjauh, tapi Chanyeol menggodanya. Menggoda kelelakian keduanya untuk saling bertemu.

"Chanyeol, aku tidak- ooh!"

Bibir tipis itu mendesah. Dengan sangat erotis, layaknya seorang murahan.

Rasanya asing. Baekhyun tidak bisa mengatakan apakah itu menyenangkan atau menyakitkan karena keduanya terasa secara bersamaan. Chanyeol terus menggesekkan mereka berdua dan sisa-sisa akal sehat Baekhyun sudah menguap.

Membuat pinggulnya lebih naik untuk membuat kelelakian mereka menggesek lebih intim.

Baekhyun seharusnya tahu bahwa dia tidak akan bisa mundur, apalagi membuat pria itu menghentikan semua perlakuannya. Melihat bagaimana tubuhnya merespon dengan keinginan yang sama, maka mungkin menjadi jalang sekali seumur hidup tidak akan terlalu buruk.

Pria yang dia ingat bernama Chanyeol itu melepaskan semua pakaiannya dengan tenang. Mulai dari kemeja lalu celana hingga underwear putih Baekhyun yang sekarang sudah berada di lantai.

Chanyeol menahan nafas, melihat ke seluruh inchi tubuh Baekhyun yang sudah dipenuhi dengan gurat dan bercak kemerahan. Entah bagaimana, Chanyeol melihat tubuh itu menjadi lebih seksi setelah dia meninggalkan tandanya.

Membuatnya ingin meninggalkan tanda itu dimanapun dan kapanpun...

"Hey seksi..."

Itu bukan kalimat penutup. Kau tahu, Chanyeol hanya berbasa-basi dan mencoba menenangkan Baekhyun yang sangat tegang. Ya, sangat tegang karena pria tinggi itu telah melepas semua pakaiannya dan berdiri di sana. Bertumpu pada kedua lututnya untuk meremas bokong Baekhyun dengan sangat erotis.

Membuat yang lebih mungil merintih karena jemari besar itu menyentuh sesuatu yang berdenyut di sana.

"Kau akan menjadi milikku."

e)(o

.

Ini adalah puncaknya yang ketiga.

Baekhyun tidak mampu mengingat apapun lagi karena kepalanya sudah dipenuhi dengan bintang dan pening karena orgasme. Seluruh tubuhnya juga terasa lemas tapi juga sesak dalam waktu yang bersamaan karena Chanyeol masih ada di dalam sana.

Mendorong dan mendesak sampai nafasnya sendiri tersengal-sengal. Menciumi Baekhyun dan membawa bibir mereka untuk menggigit satu sama lain dengan dalam. Sangat dalam sampai Baekhyun bisa merasakan pangkal tenggorokan Chanyeol yang terus menggeram.

"Menungging." Tiba-tiba Chanyeol mengeluarkan miliknya dan rasa perih yang bukan main langsung menjalari kaki sampai pinggang Baekhyun.

Laki-laki mungil itu meringis sakit dan membiarkan Chanyeol melihatnya. Setidaknya agar dia mendapat sedikit saja rasa belas kasih dari pria itu. Terlepas dari apakah Baekhyun juga menikmati persetubuhan mereka atau tidak, seharusnya Chanyeol tetap memikirkan rasa sakitnya.

"Menungging, jalang!"

Tapi, bukan Chanyeol jika memikirkan rasa sakit orang lain.

Baekhyun dipaksa menungging saat pinggulnya terasa sangat sakit. Menjalar sampai ke ujung kepala dan yang bisa dia lakukan hanyalah terus menarik nafas. Chanyeol menyentakkan miliknya lagi, lebih dalam dan rasanya menjadi berkali lipat lebih besar.

Pria itu mendorongnya lagi. Berkali-kali dengan sangat kuat tanpa memperdulikan apapun kecuali kenikmatannya sendiri.

"Arhh, jalang ini..." Baekhyun mendengar bagaimana Chanyeol menggeram dengan cara yang sangat menyakitkan.

Itu menyakitinya. Desakan dan dorongan Chanyeol memang menyakiti tubuhnya tapi perkataan itu jauh lebih tajam. Baekhyun hanya mencoba untuk lebih kuat dan membiarkan pantatnya terus bertabrakan dengan kelamin pria bajingan ini, dan semuanya akan segera selesai.

Pikirnya sederhana. Baekhyun hanya ingin segera membuat pria ini mendapatkan apa yang dia inginkan, jadi dia mendesah. Menyebutkan nama Chanyeol berulang kali sambil menggoyangkan pinggulnya dengan liar.

Baekhyun merasakan dua tangan besar itu menarik tubuhnya di sentakan terakhir dan sesuatu di dalam sana mengalir. Mengisi tubuhnya dengan sangat hangat dan tidak ada habisnya.

Chanyeol mengerang di ujung tenggorokan sampai dia benar-benar selesai dengan pelepasannya di dalam Baekhyun. Untuk beberapa detik, mereka hanya saling mengatur nafas setelah permainan panas nan panjang ini berakhir.

"Simpan bokongmu untukku. Setidaknya, jadilah jalang hanya untuk satu orang." Pria itu mencium dan menggigit bahu Baekhyun seolah dia adalah seorang majikan.

Persetan. Siapa yang peduli? Yang paling penting adalah semua ini sudah selesai jadi Baekhyun bisa kembali ke rumahnya dengan rasa sakit dan mungkin juga uang tip. Seperti bagaimana para jalang mendapatkan uang untuk mengetatkan kembali lubang mereka setelah dipakai.

"Aku akan meminta nomor rekeningmu kepada Siwon. Aku tidak terbiasa membawa uang cash."

Perih dan panas itu menjalar lagi karena Chanyeol memisahkan tubuh mereka. Pria itu bahkan masih sempat untuk menampar bokong Baekhyun dan bahkan meremasnya. Seperti saat seorang bajingan memperlakukan pelacur sehabis dipakai.

Itu menyakiti Baekhyun. Tentu saja. Tapi mau bagaimana lagi? Biaya rumah sakit untuk merawat ayahnya tidaklah murah dan hutang kepada bank terasa memanggilnya setiap malam.

Hidup tidak mudah, Baekhyun menyadari itu sejak sepuluh tahun lalu dan disinilah dia sekarang. Berada di dasar untuk setidaknya mengangkat perekonomian keluarga dengan cara yang menjijikan.

e)(o

.

"Baek, aku juga tidak tahu kalau Siwon akan menjualmu! Aku bersumpah!"

Minseok ada di sana, berdiri di pintu belakang club untuk menjelaskan semuanya karena dia tahu bahwa temannya baru saja mendapat kesialan. Tapi Baekhyun hanya terlalu lelah dan bingung apakah dia harus memukul wajah itu atau diam.

"Aku antar kau pulang. Tunggu disini!"

Jadi Baekhyun hanya diam dan melihat ke arah telapak tangannya yang dingin. Garis-garis itu tampak kemerahan dan ingatan saat dia memasukan jemarinya di rambut Chanyeol datang.

Baekhyun meringis.

Bukankah ini sangat kotor?

e)(o

.

Pagi juga tidak pernah terasa menyenangkan.

Baekhyun memang tidak menemukan ibunya sedang mabuk atau pingsan di lantai lagi. Dia juga tidak mendengar keributan yang biasanya ditimbulkan oleh tetangga mereka yang galak. Hanya saja, ada sebuah panggilan dari rumah sakit yang merawat ayahnya.

Mengatakan bahwa pria setengah abad itu harus segera melakukan operasi tulang belakang dengan biaya dimuka. Hal itu sangat merusak suasana hatinya melebihi apapun dan yang bisa Baekhyun lakukan hanyalah bernafas.

"Mereka sudah memberitahumu?" Ibunya datang dari arah dapur dengan semangkuk mi kedelai yang sudah bengkak.

Baekhyun mengangguk.

"Ayah harus segera dioperasi."

Wanita itu terus mengaduk mi kedelai hitam di mangkuk tanpa mempedulikan apapun. Bersikap seolah ayah yang Baekhyun maksud itu sama saja dengan lalat.

Tidak penting.

"Menambah beban saja. Apa ayahmu berpikir bahwa kita akan melakukan semua hal untuk menyelamatkannya?"

Menyedihkan mendengar ibunya bisa berbicara sekasar itu bahkan saat Baekhyun dengan jelas hampir menangis karena memikirkan darimana dia bisa mendapatkan seribu dollar dalam waktu dua hari.

Mustahil adalah kata yang tepat.

Jadi, Baekhyun hanya duduk di sana dan melihat keluar jendela. Ada banyak awan di langit tapi dia tidak memiliki peruntungan yang baik sedikitpun. Baekhyun berpikir bahwa dunia tidak pernah ada di pihaknya dan dia dilahirkan hanya untuk sebuah omong kosong.

Tapi, sebuah notifikasi masuk ke ponselnya dan itu berasal dari Bank dimana Baekhyun membuat rekening. Di sana, tertera bahwa seseorang baru saja mengirimkan uang dengan nominal yang mengejutkan. Ada banyak angka nol di belakang lima dan itu membuat tangannya gemetaran.

Chanyeol...

Saat itu juga, Baekhyun mencengkram lengan ibunya dengan sangat kuat juga sebuah senyuman aneh di wajahnya.

"Ayah akan segera dioperasi."

e)(o

.

Dia memiliki banyak foto di sana.

Di salah satu sudut terdalam di rumahnya yang hanya diketahui oleh orang-orang tertentu.

Chanyeol berdiri di depan salah satu foto yang paling besar. Mengamati wajah tersenyum yang tercetak di foto curian itu lalu menariknya.

"Kenapa kau bisa semenyedihkan ini?"

Kalau harus menghitung, maka ada ratusan foto yang ditempel di sana. Mulai dari foto saat 'dia' masih menjadi orang kaya hingga kebangkrutan mendera keluarganya.

Chanyeol, memiliki semua fotonya dari masa ke masa dan semua itu diambil secara sembunyi-sembunyi.

"Aku bahkan belum melakukan apa-apa."

Aura gelap menyeruak di seluruh ruangan saat Chanyeol tersenyum sendiri. Membayangkan bahwa dia tidak akan berhenti hanya karena 'dia' sudah menderita. Baginya, itu semua bukan apa-apa karena Chanyeol bahkan bisa membayangkan yang lebih sakit dari kebangkrutan.

"Boss."

Pintu ruangan terbuka pelan. Seseorang dengan setelan jas yang rapi memasuki kamar rahasia itu dan melihat ke seluruh foto-foto yang menempel di dinding.

"Aku sudah mengirimkan uangnya." Chanyeol tersenyum mendengar laporan lelaki itu.

"Kerja bagus."

"Chanyeol." Laki-laki itu meremas bahu atasannya juga menghilangkan sebutan 'Boss' karena tidak selamanya teman harus bersikap formal.

Ini bukan jam kerjanya jadi dia tidak harus bersikap kepada Chanyeol layaknya seorang pekerja kepada atasan. Mereka teman. Teman yang sangat dekat sejak di sekolah dasar dan saling tahu baik buruk masing-masing

Tapi lelaki itu menyadari bahwa tidak semua hal bisa selalu dia ketahui karena-

"Apa yang kau rencanakan?"

-Chanyeol adalah mistery.

"Apa yang aku rencanakan?"

Ruangannya memang gelap. Semua jendela ditutup dengan tirai putih yang tebal jadi tidak banyak cahaya yang masuk. Tapi tatapan itu jelas mencerminkan sebuah niat yang buruk.

Chanyeol tersenyum seperti biasa.

"Apa merawat bayi itu, menyenangkan?"

Gurauan yang bukan main menyebalkan. Chanyeol mungkin buruk dalam hal bercanda karena hidupnya terlalu keras jadi pria itu maklum dan memukul bahu itu main-main.

"Chanyeol, aku sudah melihat semuanya. Kau, perusahaan yang berhasil kau akuisisi, uang dan jabatan. Aku sudah melihat semuanya tapi itu sangatlah jelas. Kau mencari uang dan kekuasaan dari orang-orang kaya itu lalu apa yang kau inginkan darinya? Dia hanya laki-laki miskin yang dulu pernah membuatmu-"

"Tutup mulutmu. Usahamu terlalu keras untuk membelanya. Sebenarnya teman siapa kau ini?"

Pada dasarnya, Chanyeol itu masih bisa diperbaiki. Yang perlu kau lakukan hanya mengetahui seberapa banyak penderitaan laki-laki itu lalu kau akan menemukan caranya.

Contoh sederhananya adalah, berdamai dengan masa lalu.

"Aah, apa kau menyukai'nya?" Tanya Chanyeol sambil mengusap dagu.

Temannya itu tertawa sinis.

"Aku hanya menyukai adikmu."

Chanyeol mengangguk puas. Melihat kembali kepada foto-foto yang tertempel di dinding.

"Kau tahu-"

Pria beraura gelap itu berbalik kepada temannya. Tersenyum kecil sambil lalu untuk keluar dari ruangan itu dan meninggalkan sebuah kalimat.

"-aku hanya ingin menikahinya."

.

.

Bacods:

DRAMA BANGET YEKAN? Bodo amat, yang penting mau makasi dulu sama kalian yang mau ninggalin permen (re: review) buat fic menyebalkan ini. Sama yang udah follow/favorit dan uhuk baca doang. Makasi emm.

Btw, minta permen lagi boleh?