Chapter 1: Meeting
Desclaimer : Masashi Kishimoto
Pair : Sasuke/Naruto
Rate : T
Warning : OOC, yaoi
Summary : Naruto berniat menempati rumah peninggalan orangtuanya. Namun, dia bertemu seorang laki-laki di sana.. Siapakah laki-laki itu?
########
Deru mesin pesawat yang kian lama kian menghilang membangunkan Naruto dari lamunan panjangnya. Tak terasa dia kini sudah sampai di Konoha. Suara pramugari yang mengucapkan selamat jalan dan terimakasih, juga tidak didengarnya. Dengan cepat dia berjalan keluar kabin pesawat itu. Tak perlu repot-repot mengambil bagasi, karena yang dia bawa hanyalah tas ransel kecil, yang sedari tadi tersampir di bahunya.
Langkahnya yang pasti membawanya dengan cepat melewati Terminal Kedatangan yang penuh hiruk-pikuk. Mengacuhkan semua mata yang menatapnya kagum, dia berjalan dengan mata lurus dan wajah tanpa senyum. Tak ada yang perlu ditemuinya disini.. Err-sebetulnya ada, tapi itu nanti. Yang ada dipikirannya sekarang hanyalah bagaimana dia bisa segera keluar dari tempat yang menyesakkan ini.
Setelah merasa bertahun-tahun terkurung dalam keramaian, pemuda itupun sampai ke jajaran taksi. Memilih dengan acak, dia segera menyebutkan alamat yang ditujunya dan menghenyakkan diri ke jok. Ketika akhirnya taksi itu mulai berjalan perlahan, Naruto pun mengeluarkan telepon genggamnya. Jari-jarinya dengan lincah menyalakan alat komunikasi yang dimatikannya sejak perjalanan dimulai. Setelah mengetik beberapa nomor, dia menekan tombol "Dial".
"Kakashi? Aku sudah di Konoha. Sekarang aku sedang dalam perjalanan pulang.", katanya begitu telepon itu diangkat. Dan tanpa menunggu respon dari si penerima, dia menyudahi pembicaraan.
Menghela nafas lelah, dia bersandar pada jendela taksi. Menatap kosong ke arah luar jendela. Jalanan tampak berwarna putih karena salju. Tanpa sadar, ingatannya pun melayang. Hari itu juga bersalju.
_Flashback Mode:On_
"Touchan, Touchan! Ayo main! Saljunya banyaaaak deh!", Naruto kecil menarik-narik ujung baju ayahnya yang sedang membaca koran.
"Nanti dulu Naru-chan.", kata sang ayah sambil terus membolak-balik korannya.
"Aaaaah, ayolah Touchan!", Naruto meminta dengan manja.
"Tunggu sebentar Naru-chan. Nanti kalau Touchan sudah selesai membaca, Touchan akan main denganmu.", sebuah suara lembut membuat dua kepala itu menoleh.
Wanita muda berjalan keluar sambil membawa dua gelas yang mengepulkan uap. "Ini, Kaachan buatkan coklat panas. Diminum dulu ya?"
Dengan wajah masih merengut, Naruto pun duduk di kursi di hadapan ayahnya. Dengan senang dia meraih segelas coklat dari ibunya. "Hangat.", pikirnya senang.
"Kushi-chan, kenapa kau malah bilang begitu sih? Aku kan ingin bersantai hari ini.", suara Minato terdengar kesal.
"Ini kan hari libur, tak ada salahnya kan menemani Naruto?", Kushina menjawab lembut sambil mengelus pundak suaminya.
"Uuuuh, tapi aku kan juga capek Kushinaa~", Minato merengek.
"Duaakkk!", terdengar suara kepala Minato yang dipukul dengan nampan oleh Kushina.
"Aduuh, duuu~h. Kushi-chan jahat!", Minato menggerutu sambil mengelus-elus kepalanya yang benjol.
"Makanya, jangan kayak anak kecil!", balas Kushina kesal.
"Hihihihi~hi", suara tawa Naruto membuat Kushina dan Minato menoleh. Mereka berpandangan bahagia sebelum ikut tertawa bersama.
"Hangat.", pikir Naruto sambil tetap tertawa.
_Flashback Mode:Off_
Suara supir membuyarkan lamunannya. Dia rupanya sudah sampai di tujuan. Dia bergegas meraih ranselnya dan membayar. Taksi pun berlalu dan tinggal lah Naruto yang berdiri di depan sebuah rumah mungil.
Naruto menatap penuh kerinduan pada rumah itu. Dengan perlahan, dia mendekati pintu rumah itu.
Baru saja hendak memutar kenop pintu, tiba-tiba pintu menjeblak terbuka ke arah dalam. Karena terkejut, Narut - yang tangannya masih menggenggam kenop pintu – tertarik ke dalam dan terjatuh.
Namun, sebelum wajahnya menyentuh lantai, sebuah tangan pucat menariknya dalam dekapan. "Hangat.", pikir Naruto tanpa sadar. Rasa kantuk tiba-tiba muncul. Namun, sebuah suara membuatnya sadar.
"Kalau mau tidur, jangan di sini, Baka!"
Mendengar itu, Naruto segera bangkit hendak membalas. Tapi saat menatap wajah pucat itu, rasa marahnya dengan cepat berubah menjadi keterpanaan.
"Tampan.", adalah kata yang diucapkannya tanpa sadar begitu melihat wajah laki-laki itu. Tapi menyebalkan adalah kata yang selalu membuatnya teringat tentang lelaki ini. Terutama setelah dia berucap, "Dan tidak perlu menatapku seperti itu, aku memang tampan kok, BAKA DOBE!"
Dengan perasaan yang amat sangat jengkel, Naruto berteriak, "Apa maksudmu, Teme? Berhentilah mengejekku! Lagipula apa yang kau lakukan di rumah orang? Kau pasti pencuri ya?"
Laki-laki di depannya mengerutkan kening. Dengan suara sinis dia menjawab, "Aku yang harusnya bertanya padamu, DOBE? Apa yang kamu lakukan di RUMAHKU? Apa kau begitu BODOH sampai-sampai salah jalan, hehh?", katanya dengan penuh penekanan di kata "Dobe", "Rumahku", dan "Bodoh".
Naruto sudah hendak membalas ketika suara tabrakan keras mengalihkan perhatian mereka. Di jalan di depan mereka, sebuah mobil sport hitam tampak menghantam tong sampah. Tanpa memperdulikan kerusakan pada mobilnya, seorang laki-laki berjas berlari keluar menghampiri mereka.
"Kakashi?"
"Kakashi-san?"
Dua laki-laki yang tadinya berdebat keras itu berkata berbarengan. Dan setelah berucap begitu, mereka saling menatap heran. Sementara itu, laki-laki yang baru datang hanya bisa meringis sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Yare-yare!"
########
Maaf kalau pendek...
Mohon bantuannya..
Saya masih baru di sini..
m(_ _)m
Ryena Zahrose
R
E
V
I
E
W
