Halo, halo semuanya… Kini Fura-Ai(alias Pii(account FFN buat fic Bahasa Inggris aku)) membawa sebuah fic aneh nan gaje. Yaitu parodi the Prince and the Pauper dengan twist! (Jika ada yang bingung dengan judulnya dan berkata harusnya kan 'the Princess and the Pauper'?, judul asli kisah ini sebenarnya memang adalah pangeran bukan putri. Karena di Barbie, mereka memang mengtwist cerita asli itu menjadi putri. Judul cerita aslinya adalah the Prince and the Pauper.)

Jika nanti ada yang bingung dengan ceritanya kenapa berbeda dengan yang kalian pernah tahu, seperti yang saya bilang sebelumnya, saya telah membuat twist di cerita ini. Parodi yang diambil dari the Prince and the Pauper hanyalah bagian pangeran dan pengemis yang berwajah sama, dan cerita jaman kerajaannya. Intinya, anda sedang membaca cerita the Prince and the Pauper versi DC/MK versi(versinya dua kali lol) Fura-Ai alias Pii 8)

Semoga kalian menikmati cerita gaje buatan saya ini! Tolong di review juga ya =w=''

Disclaimer : Lihat saja nama sitenya aja fanfiction dot net… ya sudah pasti ini adalah fanfiction. Pengarang aslinya kalau gak pada tahu silakan digoogle sendiri.

Warning : Gaje, aneh, dll.

The Prince and the Pauper

Di sebuah kerajaan bernama kerajaan Kudo, lahirlah seorang pangeran. Waktu itu tanggal 4 Mei, sang raja dan ratu sangat senang. Mereka menamainya Shinichi. Pangeran Shinichi sangatlah tampan. Ia memiliki rambut hitam seperti ayahnya dan mata biru yang indah. Mereka sangat menyayangi sang pangeran.

Sebulan lebih setelah kelahiran sang pangeran, pada tanggal 21 Juni di desa lahirlah seorang anak dari keluarga yang bisa dibilang kurang mampu. Nama keluarga itu adalah Kuroba. Orangtuanya tidak bekerja, tetapi ayahnya kadang menampilkan sulap di jalanan untuk mendapatkan uang(dengan kata lain: mengemis, tapi secara menghibur). Entah karena apa, wajah anak tersebut mirip dengan Pangeran Shinichi. Rambutnya juga hitam dan matanya juga biru. Pasangan itu menamai putra mereka Kaito. Mereka pun menyayangi anaknya, walaupun keadaan rumah tangga mereka sulit.

Waktu pun berlalu, Pangeran Shinichi tumbuh di istana dan belajar banyak hal. Ia sangat pandai. Tampaknya, Shinichi sangat tertarik dengan belajar dan membaca. Ia sering membaca buku dari perpustakaan, terutama yang berhubungan dengan misteri. Keahlian sang pangeran pun tak kalah bagus. Ia dapat bermain biola dengan baik(walaupun jika ia disuruh menyanyi ia tak bisa, pada akhirnya ia pun dimarahi oleh gurunya itu). Pangeran Shinichi juga sangat tangkas dan cekatan dalam berbagai hal. Seperti halnya memanah dan menaiki kuda.

Sementara, Kaito dilatih ayahnya tentang sulap dan Kaito pun menguasainya. Kaito sangat cekatan dan ia sangat terlatih dengan kecepatan. Namun, sayangnya pada saat Kaito baru berumur 9 tahun, ayahnya dibunuh oleh orang-orang misterius. Sayangnya, tak ada yang menangani kasus ini lebih dalam karena yang terbunuh hanyalah seorang 'pengemis'. Semenjak saat itu, keadaan ekonomi keluarga mereka pun semakin menurun. Sejak saat itu, Kaito pun menampilkan sulap jalanan untuk mencari uang menggantikan ayahnya.

Kehidupan sang pangeran dan si pengemis sangat berbeda, namun takdirlah yang mempertemukan mereka.

.

.

.

"Yang mulia," Aoko memanggil Shinichi yang tengah sibuk memanah target. "Raja dan ratu berpesan, sebentar lagi, kamu akan dijodohkan dengan putri dari kerajaan Mouri," Shinichi tetap diam dan memanah targetnya. Setelah panahnya berhasil mengenai targetnya(dengan satu kali aiman tentunya) ia berputar ke arah pembantu istananya, Nakamori Aoko.

"Pernikahan itu? Secepat itukah?" Shinichi menaikan satu alis matanya.

"Yang mulia 'kan sudah 17 tahun, sudah waktunya bagi yang mulia untuk menikah, lalu yang mulia meneruskan kerajaan ini menggantikan Raja Yusaku," Aoko melanjutkan.

"Sang putri akan bertemu dengan anda beberapa hari lagi," Aoko berkata kepada Shinichi yang tengah membereskan perlengkapan memanahnya dan berjalan ke arah kudanya. "Yang mulia mau ke mana?"

"Jalan-jalan sebentar," balasnya sambil menaiki kudanya. "Dan tolong sampaikan pada ibu bahwa aku akan kembali nanti sore," dengan itu, Shinichi melaju kudanya dan pergi ke desa. Ia memakai tudung untuk menutupi wajahnya agar orang-orang di desa tidak mengenalinya dan ia dapat dengan mudah berkeliling.

Sesampainya di desa, perhatian Shinichi tertarik pada kumpulan orang-orang. Mereka berkerumun di suatu sudut, tampaknya sedang menonton sesuatu. Shinichi yang penasaran pun turun dari kudanya dan mengikat tali kekangnya di sebuah kayu. Lalu ia berjalan ke arah orang-orang itu dan bertanya kepada salah satu dari mereka.

"Ada apa di sini? Kenapa ramai sekali?"

Orang yang ditanya itu menjawab, "Atraksi sulap jalanan, anak yang memainkannya hebat. Ia masih muda, sekitar 16-17 tahun."

Penasaran, Shinichi pun melangkah maju. Setelah ia melihat yang ada di depannya, ia pun menganga. Dilihatnya seorang anak muda berusia sekitar 16-17 tahun seperti yang dikatakan orang itu. Ia berambut hitam dan bermata biru. Pakaiannya tak begitu bagus dan memiliki beberapa tambalan. Ia memakai topi panjang berwarna putih yang juga memiliki banyak tambalan. Atraksi sulapnya memang bagus, seperti yang dikatakan orang-orang. Ia sedang mengeluarkan benda-benda dari balik topinya.

Namun, bukan sulap tersebut yang membuat Shinichi terkejut. Memang, sulapnya itu bagus, namun Shinichi lebih tertarik pada hal lain yang dimiliki pemuda itu.

Wajah pemuda itu.

Wajah anak itu mirip sekali dengan wajahnya. Shinichi terdiam di tempatnya, ia menonton bersama dengan warga lain. Mereka menyaksikan anak itu tengah mengeluarkan mawar-mawar yang entah berasal dari mana. Ia juga menarik beberapa penonton untuk maju. Tak lama kemudian, atraksinya pun berakhir. Pemuda itu memberi hormat kepada para penontonnya dan menjulurkan topi yang ia pakai barusan untuk menerima beberapa uang kecil dari mereka. Para penonton bertepuk tangan dan memberinya uang. Shinichi juga memberinya beberapa keping sementara perhatiannya tetap terarah pada anak itu. Setelah memberi hormat terakhir, pesulap itu pun mohon diri dan pergi dari kerumunan orang itu dengan membawa topinya.

Anak itu berjalan menuju gang, menghitung uang penghasilannya dari atraksi jalanannya barusan. Shinichi mengikuti anak itu, lalu menyapanya. "Hei," Anak itu pun menoleh. Shinichi melanjutkan perkataannya,"Sulapmu barusan bagus, aku terkesan,"

Pemuda itu memasukan uangnya ke dalam kantongnya dan tersenyum kecil, "Terima kasih, aku diajari ayahku sebelum ia pergi, semenjak saat itu aku terus melakukan ini untuk memenuhi kebutuhan,"

Shinichi bertanya keheranan, "Memangnya ayahmu pergi ke mana?"

"Dia sudah pergi 8 tahun yang lalu," anak itu menjawab. Ia berhenti sebelum melanjutkan, "...ke alam sana," katanya sambil menghadap ke langit.

"Jadi ayahmu…?" Shinichi terhenti. "Oh, maaf,"

"Tidak apa, kamu hanya bertanya," pemuda itu menjawab lagi, "Lalu, ada perlu apa kamu tadi memanggilku?" ia bertanya kembali.

"Oh, soal itu, wajahmu-" sebelum Shinichi melanjutkan berkataannya, anak itu memotongnya.

"Wajahku?" Ia bertanya sambil meraba wajahnya. "Ada apa dengan wajahku? Apakah ada sesuatu di wajahku?"

Shinichi memegang tudungnya dan membukanya, menampilkan wajahnya itu kepada pemuda itu. "Bu, bukan begitu, wajahmu itu… mirip sekali denganku," Setelah melihat wajah Shinichi, pemuda itu pun terkejut. Ia memperhatikan wajah Shinichi dengan seksama.

"Wow,…" anak itu menjawab. "Mirip sekali, mungkinkah kamu kembaranku?" ia tersenyum lebar.

"Hei, hei,…" Shinichi hanya tertawa kecil.

"Tapi,… kamu tampan sekali," pemuda itu berkata setelah memperhatikan wajah Shinichi lagi. "Itu artinya aku sama tampannya denganmu. Wow, aku tidak pernah menyangka bahwa aku ini tampan!" katanya memuji diri sendiri dengan senang.

Kali ini Shinichi sedikit terjungkal.

"Kulitmu mulus,… wajahmu bersih,… dan pakaianmu,… pakaianmu bagus. Seperti pangeran saja," pemuda itu berkata lagi setelah memperhatikan penampilan Shinichi. Ia menatap mata Shinichi untuk beberapa saat sebelum menyadari sesuatu. "Oh, jangan-jangan-!" Pemuda itu segera berlutut di hadapan Shinichi, lalu berkata, "Maaf atas kelancangan hamba, yang mulia,"

"Sudah, tidak apa-apa," Shinichi berkata sambil meletakkan tangannya di atas bahu pemuda itu. Ia menyuruh pemuda itu untuk berdiri. Lalu Shinichi berkata lagi, "Aku melihatmu sebagai teman,"

Mata pemuda itu menunjukan gemerlap dan ia tersenyum, "Su-sungguh? Ini sebuah kehormatan. Terima kasih, yang mulia,"

Shinichi menjawab, "Kamu bisa panggil aku Shinichi saja. Aku cukup menyukai sulapmu, mungkin kami bisa memberikan kamu pekerjaan di istana sebagai pesulap kerajaan nanti,"

"Benarkah?" Anak itu menggenggam tangan Shinichi. "Terima kasih, terima kasih banyak, pangeran!"

"Oh, ya. Di mana aku bisa menghubungi kamu nanti? Oh, ya, aku lupa menanyakan namamu," Shinichi mengeluarkan buku catatan dan pena. Pemuda itu menghormat lagi dan menjawab, "Jalan XX no. XX, namaku Kaito Kuroba. Pesulap luar biasa," katanya sambil memunculkan sebuah mawar waktu memperkenalkan namanya.

Kaito memberikan mawar itu kepada Shinicihi yang menerima dan menyimpan mawar itu di sela buku catatannya. Shinichi melihat ke arah langit yang terlihat mulai gelap. "Sepertinya aku harus pulang ke istana sekarang," Shinichi menatap Kaito sebelum berpaling pergi. "Senang berjumpa denganmu, Kaito."

"Ya, senang bertemu denganmu juga, Pangeran. Terima kasih banyak. Aku tunggu panggilan ke istananya, ya!" Kaito tersenyum dan melambai kepada Shinichi yang bergegas menaiki kudanya. Shinichi tersenyum kembali dan mengendarai kudanya ke arah istana. Sementara Kaito tetap menatap kepergian pangeran yang pergi ke istana. Hatinya masih berdebar karena ia telah berbicara dengan sang pangeran. Bayangkan, pangeran! Dan ia menganggapnya sebagai teman!

Dengan tersenyum sendiri, Kaito memutar-mutar topinya di tangannya sambil berjalan pulang.

.

.

.

Shinichi berkuda kembali ke istana, namun ia merasa ada yang aneh. Tampaknya, ada yang mengikutinya selama ia pulang ke istana. Shinichi menghentikan kudanya dan melihat sekitarnya, namun ia tak melihat siapa-siapa. Ia menemukan semak-semak tak jauh dari situ. Karena penasaran, Shinichi turun dan mengusap kudanya. Setelah kudanya diam di tempat, Shinichi melangkah menuju semak-semak di dekat situ.

Dicarinya sumber dari perasaan anehnya itu, namun ia tak menemukan siapa-siapa. Shinichi berpikir kalau itu hanya perasaannya saja. Maka ia berputar untuk kembali menunggangi kudanya ke istana. Namun, waktu ia mau berbalik, tiba-tiba ada yang memukul kepalanya. Cukup keras, hingga kepalanya berdarah dan ia hampir kehilangan kesadaran.

Shinichi berusaha membuka matanya, ia melihat dua orang berpakaian serba hitam yang berdiri di hadapannya.

"Kita dapatkan sang pangeran," ujar salah satunya.

"Ka, Kakak,… setelah ini mau kita apakan?" yang lainnya bertanya.

"Sesuai dengan rencana, kita bunuh dia sekarang dan kita cari cara untuk menguasai kerajaan ini,"

Shinichi terkejut mendengarnya. Kedua orang itu ingin membunuhnya, dan ingin menguasai kerajaan Kudo? Ini tak bisa dibiarkan! Namun, Shinichi tak dapat bergerak, ia hanya dapat bertahan untuk tetap terjaga.

"Kita pakai ramuan ini, agar tidak ada yang tahu di mana jasadnya," ujar orang berpakaian hitam itu sambil menunjukan sebuah botol berisi cairan. "Semua orang akan menyangka ia menghilang. Tak akan diketahui siapa yang membunuhnya,"

Orang itu tiba-tiba mengangkat muka Shinichi dan memaksanya meneguk dengan cairan itu. Shinichi yang sudah tak bisa berbuat apa-apa hanya dapat menelan ramuan aneh itu. Setelah itu, orang itu menjatuhkan Shinichi lagi dan berlari pergi bersama temannya.

Panas.

Itulah yang dirasakan Shinichi saat itu.

Panas…

Keadaan tubuhnya terasa panas.

Panas…!

Kali ini terasa lebih panas.

Tulangnya,… terasa seperti meleleh,

Asap keluar dari tubuh Shinichi, tubuhnya benar-benar meleleh! Ia merasa terbakar. Pengelihatannya juga semakin kabur.

Apa aku akan mati?

Shinichi berusaha menahan rasa sakit yang ia alami akibat ramuan itu. Ia tetap berusaha untuk terjaga. Ia belum mau mati. Matanya mulai mengatup, namun ia tetap berjuang untuk membukanya. Hitam mencoba menguasai pandangannya, namun ia tetap mencoba untuk menghilangkan warna itu.

Apa aku akan mati dalam keadaan seperti ini?...

…Dan setelah itu semuanya menghitam.

TBC

.

.

.

Horeeee! Chapter satu jadi juga! Lalalalala~ *hepi*

Setelah ini, Shinichi akan mengecil :3 dan cerita akan berlanjut~

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Dundundunn… Tolong di review ya~~~ Review adalah sumber inspirasi penulis.

Ngomong-ngomong, ini cast dari parodi aneh nan gaje ini.

Cast :

Saya – Penulis fanfiction gaje ini (ngapain dimasukin lolwat)

Shinichi Kudo – Pangeran

Kaito Kuroba – Pengemis (judulnya aja 'Pangeran dan Pengemis' =w='')

Ran Mouri – Putri

Aoko Nakamori – Pembantu

Yusaku Kudo – Raja

Yukiko Kudo – Ratu

Kogoro Mouri – Raja

Eri Kisaki – Ratu

Organisasi Hitam – orang-orang pake baju hitam misterius (sama aja jadi organisasi hitam lol)

Conan Edogawa – Pangeran yang menjadi kecil… (=w=''…)

Ai Haibara – Penemu formula obat yang membuat pangeran mengecil (…perannya tidak berubah)

Ayumi, Genta, Mitsuhiko – anak-anak di desa… (hahaha…)

Profesor Agasa – Kakek yang jadi teman main anak-anak… hahaha… (lolwat)

Heiji Hattori – Orang (ya iyalah lol)

Kazuha – Manusia (…)

Chikage Kuroba – Ibu Kaito (…tetap aja peranannya sama.)

Toichi – Mati. (._.)

Sisanya? – Go figures…