Hai namaku Wu Taerin, usiaku 17 tahun esok hari. Aku seorang siswi disekolah Hangang. Duduk di kelas 2 menengah. Aku tidak terlalu berisi maupun kurus. Dengan tinggi 168cm dan berat badan 48 kg. Menurut kalian aku bagaimana? Bermata bulat, berambut sebahu, berkulit putih atau tan.. hmmmb bisa keduanya dan aku punya tanda lahir di siku dalam. Seperti biasa, setiap hari aku bangun lebih awal untuk membuat sarapan. Oh ya, aku tinggal berdua dengan ayah. Ayahku bekerja sebagai seorang direktur di Perusahaan mobile. Jika kalian berfikir aku adalah putri raja yang akan sangat dimanja, kurasa persepsi itu salah besar. Aku bahkan tidak pernah tahu bagaimana rasanya dimanja oleh ayah. Dalam artian bermanja di gendongan ayah, saling memeluk, pergi berdua atau pun melakukan hal menyenangkan dengan ayah. Tidak, tidak pernah sama sekali dalam hidupku. Yang ada adalah, ayah seperti sangat menghindariku. Tidak tahu mengapa, saat bertanya pada kakek dan nenek Wu juga sama saja. Kakek nenek Kim? Meski aku sangat dekat, tapi mereka tidak pernah menjawab dan memasang wajah sedih. Pernah sekali aku bertanya tapi langsung merutuki kebodohanku karena raut wajah kakek nenek berubah.
Hari ini, aku bangun seperti biasa. Pukul 5.30, setelah membersihkan diri. Aku memakai baju santai terlebih dahulu karena harus membuat sarapan. Membuka lemari es, mengambil 2 butir telur dan susu. Membuat secangkir kopi untuk ayah dan membuat roti isi.
Tap tap tap
Aku mendongak dan tersenyum kecil, ayah turun dengan pakaian kerja dengan rapi. Menyampirkan jas berwarna hitam dan meninggalkan kemeja putih dengan dasi berwarna biru bergaris merah kecil.
" selamat pagi yah "
" selamat pagi "
Jawabnya singkat. Yaa, ayah memang seperti ini. Singkat padat dan jelas. Aku memberikan cangkir berisi kopi dan 2 piring berisi sarapan untuk kami berdua.
" ayah, nanti jangan menjemputku. Nenek Wu yang akan menjemput. Malam nanti aku menginap disana. Ayah ikut menginap kan ?"
" tidak Tae "
" ayolah yaah, besok hari ulang tahunku. Tidak mungkin kan aku merayakan ulang tahun disini? "
"..."
" ayah pasti tidak bisa, jadi aku memilih dirumah kakek Wu. Nenek sudah telefon kemarin. Pesta ulang tahun 17 ku kali ini meriah. Ayah harus datang "
Ayah hanya diam tidak menoleh secentipun ke arahku. Sementara aku? Terus menatap ayah berharap mendapat jawaban terbaik darinya.
" ayah usahakan "
Aku tersenyum kecil, posisiku yang duduk di seberang ayah membuat berjengit dan berlari kecil ke arah ayah lalu memeluknya.
X
X
X
X
X
" hy tuan putri "
" hentikan panggilanmu itu, menjijikkan "
" eeeyyyy, tuan putri merajuk eoh ?"
" tidak, hanya saja. aaah ayolah... Kau juga tuan putri disini "
Rengekku pada Minji, dia sahabatku sejak masih memakai popok. Gadis yang sangat mirip dengan Minseok eomma ini terkenal akan kepintarannya. Meskipun aku juga termasuk ke dalam siswi pintar di sekolah
" kata ibu, besok ulang tahunmu di rumah kakek Wu ?"
" iya, maka dari itu malam nanti aku menginap "
" aku ikut "
Minji bergelanyut manja di lengan kananku. Sahabatku ini benar-benar menggemaskan.
Sekolah Hangang, salah satu sekolah elit di Seoul. Tidak mudah untuk masuk kemari, selain di dominasi oleh murid kalangan atas, tak sedikit pula sekolah ini terkenal akan murid pintarnya. Sekolah yang selalu mendapat predikat sekolah menengah terbaik di Seoul selama 20 tahun berturut-turut. Aku dan Minji adalah salah satu murid pandai di sekolah. Selain pernah memenangkan olimpiade di Jepang, kami juga termasuk salah satu murid yang sangat disegani.
" TAERIN "
" yaaa "
Itu Yuta, teman sekelas kami dari Jepang. Laki-laki dengan bentuk V line terbaik, berjalan mendekati bangkuku
" terima kasih, ini ku kembalikan bukumu "
" kau sudah selesai mencatat semuanya ?"
" yaa, tulisanmu rapi sekali "
" terima kasih "
Ucapku pada Yuta. Aku pun kembali pada buku bacaan yang sempat kubaca kemarin.
Sekolah pun berakhir, nenek Wu berjanji akan menjemputku hari ini. Ketika aku berjalan ke gerbang sekolah, ku lihat mobil hitam yang ku kenali terparkir di halaman sekolah. Aah itu nenekku, Wu Joonmyeon. Nenek paling modis yang pernah ada. Bagaimana tidak, kami sering pergi ke salon dan berbelanja bersama.
" NENEK "
Aku berlari mendekati nenek Wu yang telah siap menerima pelukan dariku
Bruuk
" aigooo, tuan putri "
" aissh nenek, aku bukan tuan putri "
Rengekku manja.
" selamat sore nenek Wu "
" ooh hy sayang, kau semakin cantik saja "
Aku ikut tersenyum ketika nenek memuji Minji.
" nek, Minji ikut menginap yaa dirumah. Aku kesepian "
" tentu saja, nenek sudah menyiapkan makan malam istimewa untuk kalian "
" yeaay "
Aku kembali memeluk Nenek
" eung, tapi Tae... aku tidak jadi menginap "
" kenapa ?"
" aku lupa, jika Ziyu tahu aku pergi ke rumah nenek Wu. Dia pasti ikut "
" ooh sayang, biarkan saja adikmu ikut "
Minji menatap nenek Wu dengan raut wajah menyesal. Ia menggeleng perlahan dan mendekati nenek lalu memeluknya
" aku akan datang ketika pesta saja nek "
" kau serius ?"
" ya, aah itu paman Kim. Aku harus pulang "
Aku menatap Minji yang berjalan lesu meninggalkan kami di parkiran. Nenek menggenggam tanganku dan kami tersenyum.
" ayo "
.
.
.
.
Benar apa yang dikatakan nenek. Pesta ulang tahun 17 ku sangat mewah. Para maid dan beberapa orang yang tidak kukenal. Aah mereka memakai earphone dan memakai pakaian resmi tengah mondar mandir di lantai bawah dengan telunjuk kanan yang menunjukkan ke beberapa tempat. Aku yakin mereka adalah EO yang sudah kakekku pesan. Setelah berganti pakaian, aku hanya berdiri bersandar pada pagar lantai 2 dan masih mengamati beberapa orang yang sangat sibuk.
" noona "
Aku menoleh begitu melihat Daehan, anak dari kepala maid berdiri tak jauh dariku
" ya "
" anda ingin makan siang sekarang ?"
Menghela nafas, aku menatap Daehan dengan kesal. Dia benar-benar membuatku marah
" sudah berapa kali ku katakan, jangan memanggilku noona. Kau bahkan lebih tua dariku "
See, aku tengah marah tapi dia malah terkekeh
" maafkan aku Tae, aku hanya melakukan pekerjaanku "
" tapi aku tidak suka. Aiiissssh "
Bruuk
Aku menabrak bahunya dan pergi ke kamar. Setelah ini Daehan pasti tahu apa yang harus ia lakukan.
Aku duduk di kamar yang selalu aku tempati ketika kemari. Duduk termenung sambil menonton acara kartun dengan tokoh spons berwarna kuning.
Knock knock
Tidak perlu ku buka, aku sudah tahu siapa yang akan datang.
" aah ternyata kau benar-benar tahu apa yang harus kau lakukan "
" tentu saja, aku sangat tahu bagaimana kau "
Daehan menutup pintu kamar, dan mendorong trolly makanan mendekati ranjang. Taerin menyingkirkan selimut dan duduk bersila.
" kau kedinginan ?"
" tidak "
Jawabku sambil memasukkan potongan daging salmon setengah matang ke dalam mulutku
" kali ini apa hadiahku ?"
" aku tidak tahu, kau penasaran ?"
" hnng "
Aku bergumam tanpa menatap Daehan. Anak laki-laki lebih tua 9 bulan dariku hanya duduk diam disampingku sambil membaca novel yang kemarin aku pinjamkan padanya.
" apa nenek tidak bercerita pada bibi Oh ?"
" tidak, tapi yang kudengar. Hadiahmu kali ini adalah hadiah paling istimewa "
" sungguh ?"
Jika aku bisa melihat bagaimana diriku sendiri, mungkin aku akan mengeryit jijik karena dengan mulut penuh dan belepotan saus, aku menatap Daehan dengan antusias. Aah saus mayonaise sialan, kau membuatku tampak buruk di hadapan Daehan.
" yaa, aku tidak berbohong "
Lagi, aku tersenyum sambil mengunyah makan siangku. Begitu selesai ku telan, aku menjilat sisa saus di sudut bibirku.
Persiapan pesta ulang tahun sudah selesai. Aku baru saja bangun tidur dan mendadak ingin minum jus. Jadi ketika aku hendak turun, aku mengintip sebentar ke bawah. Yaa, Daehan benar. Pestaku mewah. Ini kan hanya pesta ulang tahun bukan pesta pernikahan. Ya Tuhan, nenek benar-benar berlebihan.
" selamat malam cantik "
Itu bibi Oh, ibu Daehan. Aku berjalan mendekat dan mengucapkan selamat malam lalu duduk di kursi meja dapur.
" ada yang ingin kubuatkan tuan putri "
" bibi Oh, berhenti menggodaku "
" hahaha tuan putri, kau ini mau berusia 17 tahun dan masih saja merajuk "
Aku hanya mencebik kesal dan menelungkupkan kepalaku di meja.
" aku ingin jus kiwi, bisa bibi buatkan ? "
" tentu, aah apa kau ingin mandu ?"
" mandu ?"
" yaa, Daehan yang membuat "
" baiklah, beri aku yang banyak "
" siap "
Bibi Oh melakukan pose hormat dan mulai melakukan hal yang kuminta.
Tap tap tap
" sayang "
" hy kek "
CHU
" kau baru bangun ?"
" yaa, dan aku haus. Apa kakek mau jus?"
" tuan, apa anda ingin jus kiwi ?"
" jangan terlalu formal Seo, dan berikan aku 1 "
Kakek mengernyit tidak suka dengan panggilan itu. Terlalu formal baginya.
" kemana nenek ?"
" nenekmu pergi dengan nenek Kim, entah kemana "
" kakek ?"
" kakek Kim akan menyusul malam ini. Kau tunggu saja "
" ayah ?"
Kakek diam, usapan di rambutku terhenti. Wajahnya mendadak datar. Namun setelah itu ia tersenyum kecil dan kembali mengusap rambutku.
" ayahmu akan datang "
" kakek tidak berbohong kan ?"
" tidak tuan putri, untuk apa kakek berbohong ?"
" seriiiiiiiiing "
Jawabku sambil mengaduk jus kiwi yang baru saja tersaji di depanku.
" 6 jam lagi kau akan berusia 17 tahun. Ada kado istimewa yang akan kau terima"
" huuuh... "
"..."
" sejujurnya, aku tidak menginginkan kado kek "
Seohyun yang mengerti lantas menjauh dari kakek dan cucu tersebut. Yifan menarik kursinya dan mendekati Taerin
" aku hanya ingin ayah menatapku, memelukku dan melakukan hal yang biasa ayah dan putrinya lakukan "
"..."
" ayah bahkan tidak pernah mengajakku menjenguk ibu. Tidak pernah bercerita bagaimana ibu. Dan ayah... "
Aku menggigit bibir bawahku. Menahan tangis, yaaa aku tidak boleh menangis di depan kakek. Aku hanya terlalu terbawa emosi.
Sreeet
Greeep
" tuan putri "
"..."
" jika sudah waktunya, kau akan tahu mengenai hal itu semua. Mungkin tidak sekarang. Tapi kakek yakin, semua yang katakan itu tidak benar. Ayahmu menyayangimu melebihi siapapun "
" hiks "
Dan setelahnya aku menangis di dekapan kakek. Menangis dalam diam.
X
X
X
X
Sekarang pukul 23.40. Aku sudah sabar untuk menatap jarum jam melewati pukul 12 malam. Biasanya ketika aku terbangun, aku langsung berlari turun kebawah dan melihat tumpukan hadiah sudah tersaji di ruang tamu. Dan jika biasanya aku tidur lebih cepat, tapi kali ini tidak. Aku tidak bisa tidur. Aku yakin esok ketika bangun, kantung mata sudah mewarnai wajahku dengan tidak elitnya. Dengan rasa penasaran, aku turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu. Menempelkan telingaku di daun pintu. Aku bisa mendengar suara nenek Wu dan Kim yang berbicara berbisik. Aku tersenyum ketika mereka berdebat untuk segera membawa hadiah-hadiahku turun lebih cepat. Aku seperti penguntit. 15 menit aku berdiri disana dan hening. Suara-suara itu sudah tidak terdengar lagi. Dengan berani, aku membuka pintu perlahan, mengeluarkan kepalaku dan mengintip. Hening, kufikir semua orang sudah kembali ke kamar masing-masing. Dengan perlahan, aku melepas sandal rumah dan keluar kamar. Aku berjalan berjinjit dan turun perlahan ke ruang tamu. Mulutku tidak menutup sedari tadi, ada 1,2,3, aah lebih mungkin ada 10 hadiah besar di ruang tamu. Aku hampir memekik senang meliaht semua hadiah ini. Senyumku tidak pudar. Sampai pada akhirnya, aku melihat ada sebuah gulungan kertas berwarna merah muda dengan pita merah.
" apa ini ?"
Gumamku sambil berjalan mendekati gulungan tersebut. Dengan jahil, aku mengambilnya dan membolak balikkan gulungan tersebut sampai ada akhirnya rasa penasaranku lebih besar.
Aku membuka gulungan kertas tersebut dan mulai membacanya.
" putriku Wu Taerin "
Ucapku pelan. Ini sebuah tulisan tangan yang begitu indah dan rapi. Aku melihat ada sekitar 6 lembar tulisan tangan yang disatukan oleh sebuah penjepit. Bahkan aku bisa memastikan jika tinta ini begitu kuno. Warnanya menguning, aah maksudku hampir.
" selamat ulang tahun ke 17 sayang, kau tumbuh dengan dewasa bukan? "
Aku menghentikan bacaan pada kalimat pertama. Siapa yang mengirim surat seperti ini.
" putriku ? ayah ?"
Ucapku ragu. Tapi sedetik kemudian aku membulatkan mata tidak percaya. Apa jangan-jangan ...
" ibu ?"
Rasanya jantung ini hampir terlepas dari tempatnya. Apa benar ini surat dari ibu untukku? Benarkah ? aku mendekap gulungan surat tersebut dan membawanya ke kamar. Berlari dengan cepat agar bisa duduk tenang di ranjang. Begitu sampai, aku duduk dengan tenang, menarik selimut sebatas pinggang dan menata bantal senyaman mungkin. Aku mulai kembali membaca surat yang kuyakini ini dari ibuku.
Flashback On
Author pov
18 tahun yang lalu...
Seorang gadis manis duduk sendiri di bangku taman halaman. Jika murid lain akan berlari kencang menuju kantin, tapi tidka dengan gadis ini. Dia malah pergi ke taman halaman dan duduk di bawah pohon untuk menikmati waktu luangnya bersama buku novel yang ia selalu ia bawa. Ditemani dengan botol minuman teh hijau yang selalu ia bawa dari rumah. Memasuki musim dingin, ia semakin mengeratkan syal dan juga menggosok kedua tangannya agar tetap hangat.
" jongin "
Gadis yang dipanggil itu menoleh ke sisi kanan. Tersenyum manis ketika sahabatnya datang dengan senyuman khas yang ada di wajahnya.
" tidak ke perpustakaan ?"
" tidak, besok baru aku kesana. Ada apa ?"
'menggeleng
" tidak, aku tadi pergi kesana dan tidak menemukanmu "
" kemarin sudah kesana, dan aku belum menyelesaikan bacaku "
Minseok, nama gadis berpipi tembam tersebut mengintip buku yang Jongin baca
" romeo and juliet ? kau mulai membaca novel picisan ?"
" aah, hanya ingin "
" ooohh, ternyata kau bisa romantis juga "
" jika aku membaca novel picisan, bukan berarti aku romantis "
Jawab Jongin kembali fokus pada novel nya. Minseok melakukan senam bibir dan meminum jus jeruk kemasannya. Bersandar pada kedua lengan di belakang tubuh dan menikmati cuaca yang mulai dingin. Sampai pada akhirnya mata almond miliknya menatap 3 orang anak laki-laki yang berjalan di depan. Ada jarak kurang lebih 7 atau 8 meter dari mereka. Minseok tersenyum dan memanggil sahabatnya
" jongin "
" hmmb "
" coba lihat di depanmu "
Jongin menghiraukan Minseok, sudah terbiasa dnegan ucapan tidak bermutu gadis ini
" aiiissh jongin, berhentilah bercinta dengan bukumu dan tatap ke depan "
" memang ada apa dideoan ?"
'membalik halaman novel'
" ada Luhan "
Pekik minseok membuatnya mengerutkan kening dengan tidak kentara
" pacarmu ?"
" bukaaaan... aah maksudku, beluuum... astaga kenapa dia semakin tampan ?"
" jika kau menyukainya, mengapa tidak emngatakannya saja ?"
' masih membalik halaman tanpa menatap minseok '
Minseok menoleh ke sisi Jongin dan berdecih kesal
" tidak semudah itu. Luhan bahkan tidak pernah melirikku sama sekali "
Cicitnya membuat jongin tertawa kecil
" bukan tidak melirikmu, kau saja yang selalu melihatnya dari jauh tanpa mau mendekatinya "
" aku tidak berani, aku malu "
Dan obrolan mengenai Luhan mengalir begitu saja sampai lonceng berbunyi.
Lonceng tanda pelajaran bearkhir sudah berbunyi, para murid segera membereskan peralatan belajar mereka lalu bergegasa pulang.
" bagaimana jika malam nanti kita menginap ?"
" baiklah "
" aku akan datang malam nanti, akan kubawakan semua makanan dari rumah "
Jongin tersenyum manis, ia mengnagguk dan melambaikan tnagan ketika melihat minseok masuk ke dalam mobil jemputan. Tersisa dirinya, paman Yu belum datang. Jadi Jongin menunggu digerbang sambil kembali membaca novel. Saat angin dingin menerpa kulitnya, Jongin spontan menjatuhkan novel dan ia berfokus pada syal yang sedikit longgar dan mengeratkannya. Ketika mengambil buku tersebut, ada tangan lain yang terlebih dahulu mengambil bukunya. Mata bulat Jongin tidak berani menatap siapa pemilik tangan tersebut sampai sebuah suara mengintrupsinya
" jangan berdiri disini, kau menghalangi murid lain "
Jongin tersentak dan menoleh ke belakang, aah benar. Ia sudah menghalangi jalan murid lain. Seharusnya ia bisa berdiri agak kepinggir tapi yang ada malah berdiri di tengah gerbang.
" terima kasih "
Ucapnya lirih sambil berpindah tempat. Dan barulah setelah itu ia berani mendongakkan wajah dan melihat pemuda yang berjalan santai menuju halte bus. Jongin tidak bodoh untuk tahu siapa laki-laki itu. Dia Wu Sehun, salah satu pewaris perusahaan terkenal di Korea.
X
X
X
X
Jika kalian menebak jongin adalah gadis pendiam, maka kalian benar. Jongin memang gadis pendiam, tidak banyak bicara dan ia gadis yang patuh. Segala macam peraturan di keluarga Kim, entah peraturan yang logis sampai tidak masuk diakal, Jongin lakukan tanpa bantahan. Sebagai putri satu-satunya di keluarga Kim, Jongin harus menjadi gadis idaman dan kebanggan untuk ayah dan ibunya. Seperti sekarang, di usia menginjak 18 tahun, Jongin tidak buta, bodoh dan tolol untuk tahu hal apa yang terjadi di ruang keluarganya saat ini. Perjodohan, yaa.. ia tahu ini adalah perjodohan untuknya. Ada keluarga Park di ruang tamu dengan anak laki-laki seumurannya. Ia tahu jika Park Chanyeol, anak tunggal dari keluarga Park akan di jodohkan dengannya. Oleh karena itu ketika sang ibu memintanya untuk berdandan, dengan patuh Jongin melakukan hal yang diminta sang ibu.
" kau cantik sekali nak "
Jongin tersenyum tipis menanggapi pujian dari nyonya Park
" terima kasih nyonya "
" aigoo, selain cantik kau gadis yang manis. Sayang, aku sudah tidak sabar untuk menjadikannya menantu "
Ujar nyonya Park tanpa banyak bicara. Jongin kembali tersenyum tapi tidak dengan Chanyeol. Laki-laki itu berdecih membuat semua orang kecuali Jongin menatapnya sangsi.
" chanyeol, jangan bersikap seperti itu nak "
" ibu, ayah. Berhenti berbasa basi. Aku sudah tahu untuk apa kita datang kemari. Kalian ingin menjodohkanku dengannya bukan ? "
" CHANYEOL ! "
" aku menolak perjodohan ini. Bahkan aku tak mau menatap wajahnya "
Sejak saat itu, Jongin menjadi pribadi murung. Bukan bukan karena apa-apa, bukan karena hinaan dari Chanyeol. Tapi ada hal lain. Yakni, ia tidak bisa membuat orang lain tersenyum. Itu adalah hinaan paling keji baginya. Tak apa jika ia dicemoh, tapi melihat orang lain tidak senang atas dirinya, itu adalah sebuah penghinaan.
" sayang "
Jongin menoleh ke arah pintu ketika sang ibu datang ke kamarnya. Ia merubah posisi yang awalnya telungkup menjadi duduk.
" kau sedang apa ?"
" membaca novel. Ada apa bu ?"
Taemin tersenyum, ia menggeleng dan bangkit dari duduk. Mengambil sisir berwarn cokelat dan menyuruh putrinya untuk membelakanginya. Jongin mempunyai rambut hitam lurus dan halus. Taemin tersenyum tipis
" maafkan ibu "
" ya ?"
" kau pasti terkejut dengan perjodohan ini "
Jongin terdiam, pandangannya meneduh dan ia menggeleng kecil
" tidak bu, ini pasti yang terbaik bukan ?"
" Kim Jongin, putriku. Selama 18 tahun, kau tidak pernah mengecewakan kami. Kau selalu menuruti semua ucapan ayah dan ibu "
"..."
" katakan jika ini menjadi beban bagimu nak "
Jongin memutar tubuhnya menjadi berhadapan dengan sang ibu. Aah ibu cantiknya menangis. Jongin mengusap air mata tersebut dan menggeleng.
" tidak bu, Jongin tidak menganggap ini beban. Jongin tidak suka melihat ibu sedih. Jangan menangis bu "
Taemin meneteskan air mata lalu memeluk putri semata wayangnya. Tradisi keluarga dalam perjodohan membuat putrinya masuk ke dalam hal ini. Taemin juga korban dari perjodohan tapi ia bertahan karena baginya, menikah dalam seumur hidup adalah 1 kali. Tidak peduli kau membeci hal ini, kau harus melakukannya. Dan yang Taemin lihat dari Jongin adalah, ia melihat cerminan dirinya di diri Jongin.
Pertunangan keluarga besar Park dan Kim akan dilakukan 2 hari lagi. Semua persiapan telah matang. Baju jahitan dari butik terkenal juga sudah datang. Undangan untuk kalangan tertentu pun sudah disebar. Ada 1 kendalanya, chanyeol menolak mentah-mentah hal ini. Ia bahkan beberapa kali mengancam Jongin agar gadis itu mau menolak perjodohan mereka. Tapi jongin tetap pada pendirian. Ia akan menjalankan tradisi keluarganya turun temurun.
" dengar Kim, aku bisa melakukan lebih dari ini jika kau masih meneruskannya. Tidak hanya kau, tapi keluargamu "
Ancam Chanyeol begitu ia melepaskan cengkraman di rahang Jongin membuat gadis ini terduduk lemas di lantai.
" maafkan aku, tapi aku tidak bisa "
1 kalimat lirih terdengar dari mulut Jongin. Chanyeol menarik lengan Jongin agar berdiri lalu ia menjambak rambut hitamnya agar mendongak
" dasar kau wanita murahan, berapa harga yang harus kubayar agar kau menolak hal ini huh? aku tidak sudi menikah denganmu, bahkan menatapmu saja aku muak "
Brak
Lagi, Chanyeol mendoron keras tubuh kurus Jongin ke dinding. Tadi, saat ia pulang sekolah. Chanyeol menyempatkan diri untuk mendatangai calon istrinya. Dengan sedikit ucapan manis dan belaian lembut, ia berhasil membuat lebam di lengan dan punggung Jongin.
Flashback end
Taerin pov
" chanyeol ? paman chanyeol ?"
Aku tidak salah baca bukan? Tertera nama yang begitu aku tahu. Paman Chanyeol, bukankah dia sepupu ayah ? jadi ibu... paman? Ayah... ?
" mengapa begitu rumit? Lalu... ayah ?"
.
.
.
.
Tebeceh...
Hay nunaa kali ini bawa cerita NON FIKSI artinya bukan khayalan yaa.. ini real, hanya nama, beberapa tempat dan sedikit tambahan disana sini. Tapi selebihnya real. Kali ini nunaa mengangkat cerita dari seperti biasa, temen nunaa yang berkenan kisahnya nunaa tuangkan di FF ini. Ia tidak keberatan ketika nunaa minta ijin untuk share kehidupan pribadi dia. Justru ia mau berbagi tapi nama tetep di sensor wkwkwk.. sama seperti beberapa chapt terakhir di UGLY CYBER ( ini nunaa post di FFN ) dimana nunaa harus wawancara dulu ke narasumber. Jika berkenan kalian bisa membacanya, jika tidak silahkan close saja. Tapi tetap, setiap kisah pasti ada pembelajarannya. Dan asli, selain UGLY CYBER, nunaa mewek sejadi-jadinya. Dan ini juga meweknya gak ketulungan.
Baiklah sekian cuap-cuapnya.. byee annyeong
