Hetalia – Axis Power belongs to Hidekaz Himaruya. I gain no profit from writing this fic. Just for fun.
[dimensi waktu] by nocturnenx
kumpulan drabble dan flashfics NetherlandsxOc!Indonesia
#1 delman
Kirana menghentakkan kaki, berusaha mengukur seberapa lama Lars memilih duduk diam di sana, menolak menoleh. Tapi, sungguh, Kirana tidak tahan lagi, ditariknya tangan Nederlander yang satu itu. Dan Lars? Sampai hampir terantuk lengan kursi bambu kakinya pun tapi berani bertaruh Kirana tak melihat, tak mengasihani.
"Ayolah, Lars!"
"Tapi aku baru sampai, Kir—sial!" Lars refleks menghentakkan cengkeraman tangan Kirana, beringsut melompat ke belakang. Dan hampir saja terucapkan sumpah serapah dalam bahasa Belanda. Sudah diduga ini tidak akan baik.
Kuda itu meringkik menyebalkan, memperlihatkan gigi-gigi lebarnya yang besar lagi jelek. Terutama tawa lepas Kirana, baginya sama saja.
"Mau sampai kapan takut? Lihat aku!" Dengan membawa setengah keengganan, Lars melirik Kirana lewat ekor mata. Tangan perempuan itu tengah sibuk mengelus surai kuda, sesekali mengusap, dan tampak jelas kuda itu senang. Tetap saja beda.
"Nah, jadi ayo coba naik!"
Kirana baru akan jahil menarik cepat tangan Lars kalau saja dia punya cukup keberanian saat Lars menatap tajam. "Kalau mau makan di sini ya harus kerja. Waktu kita tak banyak, Lars. Sudah siang."
Kirana naik ke kursi pengemudi. Masih ada cukup ruang untuk Lars di sebelah dan Lars harus diingatkan.
Siang itu, Lars tidak menolak ikut tapi dia juga tidak ingat untuk turun dari delman, atau meninggalkan Kirana menarik delman sendiri. Apalagi saat Kirana sibuk menghadapi keingintahuan anak-anak sekolah yang sepertinya dalam rangka belajar alat transportasi tradisional, Lars tidak sadar tidak sedetik pun dia melepaskan pandangan.
▫️▫️▫️▫️
#2 hari tua
Kirana berbicara soal menghabiskan hari tua di kampung halaman tempat Abah dan Amak, memandangi sawah sambil menunggui padi menguning, atau duduk-duduk di saung melihati anak-anak berlarian di pematang dengan gulungan benang layang di tangan.
Lars datang menyahuti, adalah lebih baik sore hari yang tenang dengan ditemani pipa rokoknya di sebuah rumah kecil dekat kincir angin besar dan ladang tulip. Seperti di kampung halamannya. Tetapi ada yang lain, ada Kirana yang menghidangkan teh untuknya, lalu mereka duduk-duduk berdua. Wah, payah.
▫️▫️▫️▫️
#3 a rebel
Indie, tahukah kau kenapa hanya ada sekolah angka satu dan dua? Tahukah kau alasan dibaliknya tak lain adalah agar kau berbatas baca-tulis-hitung saja? Kemudian kau tidak boleh terlampau pintar. Tapi Indie-ku telah sangat pintar. Perlahan kau menahu segala bahwa dunia bukan milikku seorang; bahwa ada dunia di luar kemanutanmu yang kau tunjukkan lewat berontakan-berontakan kecil—membuatmu lepas dari tanganku. Dan Indie-ku telah sangat pintar.
end.
[19/01/19]
